[Motivasi Menulis] Sebelum Kita Habis

Friday, March 23, 2012

[Motivasi Menulis] Sebelum Habis

Kita semua sadar kalau kita sedang berjalan menuju masa depan. Dan masa depan setiap makhluk di bumi ini adalah sebuah penghabisan. Habis. Selesai. Usai. Tamat.
Kita tidak sedang berada dalam sebuah permainan video game yang bisa mendapatkan nyawa berkali-kali dan kalau mati bisa dapat kesempatan hidup sekali lagi. Tidak. Kita hanya punya kesempatan hidup satu kali. Tanpa kita bisa memilih waktu yang tepat untuk
habis.

Saya baru saja selesai menamatkan novel Gadis Jeruk. Sekonyong-konyong saya menangis karena cerita ini sedikit banyak mirip dengan apa yang saya alami. Setahun setelah alm. Ayah saya meninggal, seseorang datang di FB dan mengatakan kalau dia adalah anak dari
mantan pacar ayah saya. Perlu saya tegaskan di sini, mantan pacar jauuh sebelum
Alm. menikah dengan ibu saya, ya. Tentu saja mantan pacarnya sudah menikah dengan pria lain dan jadilah anak tersebut. Jadi sepanjang hidupnya ayah saya ngga pernah
mendua, lho :) beliau setia dan monogami.
Yang membuat saya kaget karena anak itu ingin sekali bisa berkenalan dengan alm ayah saya. Saya katakan bahwa ayah saya sudah meninggal satu tahun yang lalu dan dia ikut sedih karenanya. Bagi dia, ayah saya adalah panutan. Kenapa? Karena dia mengenal alm ayah saya lewat surat-surat cinta ayah saya kepada ibunya saat jaman pacaran dulu. Sebelum ayah
menikah dengan Mama saya.

Surat cinta?
Lemas rasanya. Tapi untung dia langsung menambahkan, bahwa surat-surat itu lebih banyak berisi tentang pemikiran-pemikiran tentang kehidupan bukan kata-kata romantis kismis yang berbuncis-buncis. Tapi isinya seputar Apa, sih, hidup itu? Bagaimana kita
hidup? Bagaimana kita bertauhid kepada Allah? Dan lain sebagainya. Anak itu
takjub dengan isi surat yang jumlahnya puluhan. Bahkan ketika alm. Ayah saya
menikah dengan mama, Alm masih mengirimkan surat kepada ibunya. Surat mengapa
akhirnya ia memilih mamaku dan bukan ibunya. Surat berisi bagaimana menjadi
seorang perempuan sholehah, bagaimana menjadi ikhlas dan menerima keadaan.
Aaah… meski sampai saat ini aku belum pernah memegang surat itu, tapi bagiku
itu adalah sebuah keajaiban.

Tentu saja aku langsung melakukan kroscek dengan mamaku. Ia pun bercerita kalau dulu alm. Ayahku juga suka mengirimkan surat cinta untuknya, sayang surat itu sudah hanyut waktu perumahan kami dilanda banjir besar. Sedih rasanya, andaikan aku bisa membaca
surat-surat itu. Tentu saja selain surat, Ayah menulis banyak sekali buku hasil
pemikirannya. Dua kali menang lomba pusbuk, menjadi juara 1 dan juara 2
membuatku bangga kepadanya. Selain naskah lomba, ada beberapa naskah lainnya
yang belum menemukan jodoh penerbit.

Tapi pasti beda rasanya bila mendapatkan tulisan berupa surat yang memang ditujukan untuk orang-orang yang kita kenal dengan baik. Aku selalu ingin merangkumkan pemikiran-pemikiran ayah lewat buku tapi ingatanku tak begitu bagus. Dan surat-surat ayah yang dipegang anak itu bisa menjadi media untuk membantuku mengingat dengan baik. Sayang
sampai sekarang kami belum punya waktu untuk bertemu.

Surat…
Adalah sebuah tulisan yang
ditujukan untuk orang lain. Tiba-tiba aku tersentak, sadar bahwa sudah terlalu
lama aku tidak menulis surat. Padahal surat-surat ini, tulisan-tulisan ini
suatu saat akan bisa bermanfaat untuk orang lain. Untuk orang-orang yang kelak
akan kita tinggalkan di belakang saat kita akan masuk ke dalam masa penghabisan
di dunia. Kemudian bangkit lagi menuju tempat baru bernama alam barzah.
Kita tak pernah tahu kapan napas kita berhenti.

Jadi janganlah berhenti menulis meski hanya satu hari
saja. Kalau memang pikiran kita sedang buntu saat ini. Bingung ingin menulis
apa. Kamu bisa menulis sebuah surat. Surat cinta untuk ibumu, ayahmu, kakakmu,
adik-adikmu, suamimu atau anakmu. Kalau pun tidak jadi sebuah buku kelak
tulisan itu bisa membantu mereka yang ditinggalkan menjadi sedikit lebih
berarti. Sedikit belajar bahwa hakikatnya setiap manusia akan pergi dan tidak
akan pernah kembali lagi.
Salam
Achi TM
Anak Ayah Tercinta

Lomba Menulis Surat Cinta untuk Adam dan Ratu (LOVE ASSET)

Sunday, March 18, 2012

RUMAH PENA BEKERJA SAMA DENGAN WOMEN SCRIPT n CO mengadakan
LOMBA Menulis Surat Cinta untuk RATU DAN ADAM.

Siapakah Ratu dan Adam? Dua sejoli ini adalah sepasang kekasih yang dipertemukan dalam novel LOVE ASSET. Segala duka dan suka mereka alami untuk bisa mempersatukan cinta sejati mereka. Bisakah mereka bersatu dan menempuh hidup baru? Atau terjebak pada kehidupan masing-masing yang juga penuh dengan lika-liku?

Nah!
Sekarang saatnya kamu mengarang bebas.

Kalau kamu PEREMPUAN maka kamu menulis surat untuk ADAM
Kalau kamu LAKI-LAKI maka kamu menulis surat untuk RATU.

Syaratnya MUDAH

Posting di dokumen RUMAH PENA dengan subjek : [SURAT CINTA UNTUK RATU/ADAM]
Panjang tulisan sebanyak 300 kata saja.
Tag ke 20 teman kamu.
Peserta harus anggota di Grup RUMAH PENA.

HADIAHNYAAA!!!

2 Buah novel LOVE ASSET seharga @Rp.99.000,- rupiah untuk 2 orang pemenang.

Hadiah Hiburan
Pulsa @20 ribu untuk 1 orang pemenang.

Yuuuk... Monggo ditulis!

DEADLINE-nya tanggal 6 APRIL 2012
Pengumuman Pemenang pada saat acara BEDAH BUKU LOVE ASSET DI GRAMEDIA MATRAMAN pada tanggal 8 April 2012 pada jam 14.00 sd selesai. Diharapkan semua peserta yang berada di jabodetabek mengikuti acara bedah buku LOVE ASSET. Karena peserta lomba akan mendapatkan kesempatan kupon doorprize sebanyak 2 kupon! WOW!

Ayo ikutaan!



Salam
Achi TM
Deka Amalia (WSC)

[Motivasi Menulis] Jurus Pena Mabok!

Saturday, March 10, 2012

Alkisah di sebuah negeri panda hiduplah seekor panda yang sangat gemuk. Di perguruan kungfu panda, semua panda mampu menguasai kungfu dalam waktu 1 tahun. Tapi si panda gemuk, sama sekali tidak bisa kungfu. Jangankan menendang dan melompat, untuk berjalan saja ia kelelahan karena tubuhnya sangat gemuk!

Tapi setiap hari, si panda gemuk selalu duduk di pinggir perguruan kungfu. Ia memperhatikan setiap gerakan yang diajarkan oleh gurunya, memperhatikan bagaimana kawan-kawannya melompat, memukul dan menendang. Semua itu direkam dengan baik oleh si Panda Gemuk. Hampir setiap malam, si Panda Gemuk melihat sang guru besar minum arak kemudian mengeluarkan jurus mabok.

Hingga suatu hari, sekawanan gajah hitam menyerang perguruan kungfu panda. Semua murid kungfu turun ke lapangan untuk bertarung. Adegan demi adegan seru terjadi, bahkan tak sedikit ada pertumpahan panda di mana-mana. Karena terdesak, guru besar perguruan pun turun tangan. Sayang kekuatan gajah hitam terlalu besar untuk itu. Karena tak ada lagi yang jago kungfu, perguruan pun mau diambil alih. Tapi si Panda Gemuk langsung mengambil arak milik guru besar dan minum sampai mabok. Dalam kondisi mabok itulah ia mengeluarkan semua jurus-jurus yang selama ini hanya ia rekam dalam kepala. Karena badannya yang besar tenaganya pun kuat. Beberapa gajah hitam jatuh. Hal itu membangkitkan semangat kungfu panda lainnya yang sudah loyo.

Ciaaaat... satu per satu kungfu panda bangun dan mengusir pasukan gajah hitam! Setelah semua damai, sang guru berkata pada Panda Gemuk :

"Hebat sekali kamu panda, kamu adalah pesilat instan! Ngga pernah belajar kungfu tau-tau jadi menonjol!"
Kata si Panda Gemuk : "Pak guru, setiap hari saya ikut belajar kok, saya memperhatikan jurus-jurus yang diberikan pak guru. Tapi sekarang saya baru sadar kalau saya ternyata bisa kungfu."

***

Dalam menulis, seringkali kita mendengar istilah penulis instan. Penulis yang ujug-ujug nerbitin buku, terkenal, dan tidak menulis dari bawah (baca : media). Tapi seringkali kita lupa barangkali para penulis instan itu sama dengan si Panda Gemuk. Setiap hari mempelajari proses menulis, setiap hari mengendapkannya dalam kepala. Setiap hari mencoba untuk menulis meskipun susah. Sampai suatu hari ada kesempatan yang membangunkan 'singa besar' dalam dirinya. Dan ia pun menulis!

Saat tulisannya tiba-tiba best seller, saat tulisannya tiba-tiba masuk media terkemuka, saat tulisannya tiba-tiba jadi buku, tak sedikit yang mencibir ia sebagai penulis instan. Tapi saya yakin, tak pernah ada yang instan di dunia ini. Bahkan girlband yang tiba-tiba menjamur pun ternyata sudah dikarantina selama satu tahun tanpa kita tahu.

Bisa jadi, di benak para penulis instan itu, mereka sudah belajar teori menulis dan mencobanya berkali-kali di kepala dan benak mereka. Mereka mengendapkan ide mereka bertahun-tahun. Mereka harus memutari jalan yang panjang sebelum akhirnya bisa menulis. Yang instan itu adalah penulis yang tak pernah belajar, yang tahu-tahu nyebur ke lautan tanpa ilmu berenang.

Semangat menulis siang ini dan jadilah penulis seumur hidup ^_^
NB : Jangan sekali-sekali nulis sambil mabok nanti bisa nabrak laptop. Penulis minumnya air putih ajah... sehat wal afiat dan halalan toyyiba heuheuehu....

~ Achi TM ~
Bukan Motivator 

REVIEW Buku No More Galau oleh Shabrina WS

Wednesday, March 7, 2012

Alhamdulillah... ada salah satu blog sekaligus teman FB yaitu mba Shabrina Ws yang bikin review tentang buku No More Galau - Dear Bunda Cuwiy ini ^_^

Ini adalah buku 2 in 1, bagian depan ditulis oleh saya Achi TM dengan judul No More Galau.
Bagian belakang ditulis oleh rekan saya Widuri Al Fath dengan judul Dear Bunda Cuwiy.

Nah, pengen tahu seperti apa penampakan cover saya?








Nah mau tahu reviewnya seperti apa? Klik aja blog ini ^_^

Shabrina WS: No More Galau

So' ini buku bermanfaat banget buat siapa saja. Buat remaja usia ABG, buat remaja dewasa, buat emak-emak galau hehehe... buat hadiah anak, ponakan, tetangga ^_^

Pokoknya... bisa dibeli di gramedia terdekat. Kalau susah nyari letak bukunya tanya aja sama petugas komputer dan cek bukunya ada di mana. Minta dicariin ajaaaah... okeh okeh.

Semangat dan Move On!

Salam
Achi TM

[Puisi] Kamu

Tuesday, March 6, 2012

‎Kamu

Seperti senyummu yang beku di pagi ini
aku terduduk di teras rumah sambil merapal mantra matahari
Seperti matamu yang surut pagi ini
aku gali mimpi-mimpi kita di ruang imaji

Seperti itulah kamu menangisi pagi ini
aku tuang secangkir kopi untukmu

***
Rumah Pena 
10 Januari 2012

[Cerita Inspiratif] Bendera Baru

Ini cerita lama, kejadiannya tepat tanggal 16 Agustus 2011 silam.
Sebenarnya sudah lama ingin ditulis tapi baru sempat menuliskannya sekarang.
Sudah menjadi tradisi di negara kita, setiap tanggal 17 Agustus 2011 kita selalu memasang bendera merah putih dengan bambu kayu di depan rumah kita. Karena sudah 3 kali pindah rumah kontrakan, banyak baju dan kain-kain yang tercecer, termasuk bendera merah putih.

Sehari sebelum hari kemerdekaan pun, suamiku akhirnya memilih untuk membeli bendera merah putih yang baru.  Lebih tepatnya, sih, ngga enak hati karena sudah ditegur Pak RT : "Yang lain sudah pasang bendera, kok, Bapak belum?"

Ya sudah, akhirnya daripada tidak pasang dan rasa nasionalisme berkurang, akhirnya suami saya memutuskan beli bendera baru. Kalau dipikir-pikir sebenarnya agak mepet, karena suamiku mulai mencarinya sore-sore sekali, tepatnya selepas shalat ashar. Tukang bendera yang biasa mangkal di dekat pasar terdekat juga sudah tidak ada. Alhasil suamiku harus pergi ke pasar lain yang agak jauh dari rumah. Di sepanjang jalan, ia juga melihat ke sekeliling, siapa tahu saja ada tukang bendera yang sedang mendorong gerobak untuk menjajakan dagangannya. Tapi sia-sia, tukang bendera malah susah dicari kalau sedang dibutuhkan.

Setelah muter-muter beberapa menit, akhirnya suami saya menemukan dagangan bendera yang membawa dagangannya dengan sepeda. Senyum sumringah pun mengembang di pipinya. Akhirnya....
Sayang, setelah ditunggu dan tanya sana-sini, ternyata tukang benderanya tidak ada di tempat. Tukang di sekitar juga tidak tahu pergi kemanakah tukang bendera itu. Suami saya menunggu beberapa menit tapi tukang bendera tidak kunjung tiba. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi lagi ke tempat yang lebih jauh demi mencari bendera merah putih tercinta.

Setelah mencari di beberapa pasar dan perumahan yang ramai, nyaris 1 jam muter-muter dengan motor, akhirnya suami saya menyerah dan kembali ke tukang bendera semula. Syukurnya si tukang bendera sudah mangkal di tempatnya dan dengan senang hati melayani suami saya. Iseng-iseng suami saya nanya :
"Saya tadi ke sini si abangnya ngga ada. Saya cari muter-muter eh ngga ada tukang bendera lagi, ya, emang udah rejeki abang, ya." kata suami saya sambil menyerahkan uang kepada tukang bendera.
"Alhamdulillah, Mas. Tadi saya sholat dulu. Dagangan saya belum laku dari tadi pagi. Alhamdulillah... rejeki saya."

Deg!
Subhanallah. Suami saya langsung berdecak kagum. Si tukang bendera, meninggalkan dagangannya untuk shalat dan Allah langsung memberikan rezeki kepadanya. Bandingkan dengan kebanyakan dari kita yang berlomba-lomba mengejar rezeki dunia dan seringkali lupa untuk shalat. Suami saya pulang dengan hati penuh keriangan. Riang karena ia diingatkan oleh Tukang Bendera bahwa kalau Allah sudah menetapkan rezeki tidak akan pernah salah alamat.

Salam
Achi TM

[Motivasi Menulis] Ini Tentang Aku dan Rasa Percaya Diri

Sunday, March 4, 2012

Sebagai seorang penulis yang dikasih jatah nyemplung duluan ke dunia tulis menulis, banyak yang bilang saya ini orangnya super pede. Tapi sejujurnya saya juga manusia biasa, bahkan masih tergolong ababil. Jadi untuk urusan tidak pede, saya juaranya. Kok, saya malah bangga? Iya, karena kalau saya over pede, saya ngga mungkin mau belajar terus dan terus belajar ^_^.

Tulisan ini bukan untuk menjatuhkan saya, hanya mengajak kita berpikir. Pernahkah terlintas di kepala teman-teman semua bahwa seorang artis yang sangat terkenal pernah mengalami rasa tidak percaya diri? Saya rasa bukan rahasia umum lagi kalau banyak artis yang memakai narkoba hanya untuk meningkatkan rasa PD mereka. Wait... wait, saya tidak memakai narkoba, lho. Saya hanya pemakan narkoba, nasi rendang kopi dan bakwan ;p

Saat menulis ini, saya berada dalam sebuah rasa TIDAK PEDE, bagaimana bisa saya menulis Motivasi Menulis sedangkan di sini sudah banyak teman-teman yang terus menerbitkan buku baru mereka. Makin hari jadi makin ciut, sambil melihat naskah buku saya tidak selesai-selesai. Saya juga bukan ahli membuat artikel, saya tidak tahu bagaimana pakemnya. Yang saya tahu adalah saya ingin berbagi semangat :)

Jadi... daripada galau ngga bisa tidur karena mangkir lagi dari tugas, lebih baik saya menulis ini. Dan sebagai penulis buku No More Galau, dillarang galau lah yaw!

Saat teman semua telah kehilangan rasa pede dalam menulis, cari tahu apa sih kira-kira yang bisa membangkitkan rasa percaya diri Anda lagi? Kalau ngga kepikiran apa pun mungkin cara-cara saya di bawah ini bisa dilakukan oleh Anda :

1. Jangan baca cerpen/buku yang bagus! Saya biasanya punya stok buku dengan cerita jelek di rumah saya. Jadi kalau sedang butuh rasa pede, saya selalu baca buku dan meyakinkan diri saya bahwa "Saya bisa menulis lebih baik dari dia."

2. Menjauhlah sejenak dari orang-orang yang suka asal mengkritik. Lebih baik selesaikan naskah Anda dulu baru kasih ke orang lain untuk diberi masukan. Kadang tak sedikit masukan itu bersifat kritik pedas yang malah membuat kita down dan malas melanjutkan naskah kita. Carilah tukang kritik yang berbobot dan berilmu, bukan tukang asal kritik. Tukang kripik boleh, lumayan dapet kripik gratis :D

3. Jangan mengikuti lomba menulis yang tidak berbobot. Ini penting! Karena banyak sekali penulis pemula yang selalu menjadikan ajang lomba sebagai sesuatu yang WAJIB dimenangkan jika kamu ingin jadi penulis. Sudah jadi sesuatu yang tersirat jika Anda memenangi sebuah perlombaan menulis maka Anda sudah dicap penulis! Tahukah Anda, sekarang sudah banyak sekali lomba menulis yang berserakan di dunia maya dan nyata. Lomba-lomba menulis dengan hadiah sebuah buku saja, atau dijanjikan akan diterbitkan tapi oleh penerbit POD. Untuk lomba semacam itu, akan sangat sulit menentukan kualitas tulisan kita. Bisa jadi, tulisan kita yang sebenarnya bagus dan layak menang di lomba DKJ misalnya, harus kalah di lomba dengan hadiah pulsa hanya karena si juri tidak paham sesungguhnya dengan 'bagaimana cerpen/novel yang baik itu".

Parahnya lagi, jika kalah dalam lomba 'ecek-ecek' kita malah semakin down dan down. Beda, kan, kalau kalah lomba di majalah terkenal. Biar kalah yang penting terhormat. Halah ;p

4. Jika mengirimkan naskah ke penerbit, coba buat semedi dulu, timang-timang dulu. Kira-kira penerbit itu cocok ngga, ya, sama karya kita. Chemistrynya ada ngga, ya? Jangan sampai salah lempar penerbit. Kalau ditolak, sakitnya bisa bikin ngedrop 2 kali lipat. Baiknya, melempar naskah ke penerbit yang memang sedang membutuhkan naskah :).

5. Jangan baca tulisan jaman dulu! Udah ketahuan tulisan jadul lebih jelek dari tulisan sekarang, masih juga dibaca. Bisa ngedrop nantinya. Tapi eitttss... kalau kita merasa tulisan kita jaman dulu lebih bagus dari jaman sekarang boleh juga tuh diintip-intip ^_^ sebagai pemacu semangat dan rasa percaya diri kita.

6. Abaikah tanggapan bahwa ada penulis senior dan juga junior. Ini hanya akan membuat Anda semakin ciut berkarya. "Hei kamu penulis junior! Saya penulis senior!" Sama halnya seperti manusia yang menikah duluan dengan yang menikah belakangan. Belum tentu yang duluan anaknya lebih berkualitas dengan yang menikah belakangan ^_^

Kalo kata Pak Ustadz ane, sih, "Kebetulan aja saya lahir duluan dari kamu, jadi saya menyampaikan dakwahnya duluan daripada kamu."

So' Tetap semangat menulis, ya. Buat yang belum pernah menang lomba jangan takut. Jalan menjadi penulis bukan hanya dari menang lomba lalu masuk antologi semata. Tapi dari ketekunan Anda menulis dan menulis! Jadilah penulis yang mampu berdiri sendiri. Mampu mempunyai novel/buku solo. Mampu untuk berbagi dengan penulis pemula lainnya. Dan mampu melawan rasa tidak percaya diri Anda.

Pssst... selama 6 tahun eksis jadi penulis, saya belum pernah menang lomba kepenulisan APA PUN! Padahal dulu saya paling rajin ikut lomba. Pantang menyerah!

Ehm... Pernah, sih, sekali, waktu ikut lomba nulis cerpen tingkat kota. Juara dua tapi dari tiga peserta. Hadeeh... pingsan dulu, deh.

Salam
Achi TM
Penulis No More Galau
 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati