[Motivasi Menulis] Tak Ada Tulisan Yang Sia-Sia

Tuesday, September 25, 2012

Jumat minggu kemarin saya berencana nonton film, ngedate sama suami tercinta. Tapi saat masuk studio, mood menonton kami musnah, karena belum ada film yang memikat hati. Sedang ingin menonton film romance tapi yang banyak dipampang adalah film poconglah, kuntilanaklah. Akhirnya kami sepakat untuk pergi saja ke Gramedia. Uang untuk nonton akan kami belikan buku.

Aku belum tahu, buku apa yang mau aku beli. Stok novel-novel romance banyak yang belum dibaca, tertumpuk rapih di pinggir kasur. Niatnya mungkin ingin membeli komik atau buku untuk Abiy. Tapi sampai di sana, jadi semakin bingung mau beli apa. Banyak sekali buku-buku yang ditata rapih, buku baru, best seller, sampai buku-buku lama. Karena sepi pengunjung dan waktu kami masih banyak, kami pun berpencar dan memuaskan diri masing-masing. Mencari buku satu per satu. Mencari buku yang berhasil memikat isi dompetku.

Setelah kurang lebih satu jam berkutat dengan proses memilih buku, akhirnya aku mulai mengubek-ubek bagian bawah lemari. Wah, ternyata di sana tersembunyi buku-buku lama yang bagus. Aku menemukan sebuah judul buku yang promosi dan sinopsisnya pernah aku baca di wall sebuah penerbit. Dulu aku ingin membeli buku itu tapi karena tak punya waktu buat order jadinya aku batalkan.

Aku ambil buku itu dan tanpa basa-basi langsung pergi ke kasir. Finally, setelah nyaris satu tahun melihat promosi buku itu, baru kali ini aku beli. Berarti butuh waktu 1 tahun, bagi aku dan buku itu untuk hidup masing-masing sebelum akhirnya berjodoh untuk bertemu.

Ketika itulah aku jadi teringat pengalamanku saat mempromosikan Lembaga Pendidikan Talenta Rumah Pena yang aku dirikan. Aku promosi ke sana kemari, menyebarkan brosur tak henti-henti. Meski banyak yang membuang brosur itu tapi aku yakin, tak ada yang sia-sia dalam sebuah promosi.

Terbukti, berbulan-bulan kemudian, ada dua orang yang datang ke RUMAH PENA, mendaftar untuk belajar menulis karena mereka melihat brosur yang aku sebar berbulan-bulan yang lalu. Brosur itu mereka dapatkan dari temannya teman mereka! Wow!

Kembali aku teringat pada perjuanganku dalam menulis novel. Aku tulis-tulis-tulis... untuk diikutkan dalam lomba. Sayangnya aku selalu kalah dan kalah. Tapi naskah yang mengendap berbulan-bulan itu akhirnya bisa ketemu dengan penerbit juga. Seperti halnya saat menulis sinopsis FTV, aku kirim dan kirim. Bertahun-tahun tak ada kabar, tiba-tiba saja sebuah PH meneleponku dan mengatakan kalau sinopsis itu di acc oleh stasiun TV. Jadi menurutku, setiap perjuangan kita, setiap promosi kita akan sebuah karya, penawaran dan lain sebagainya tidak akan pernah sia-sia.

Ketika saat ini kita menulis hal yang tak menjual atau tidak menarik menurut orang lain. Boleh jadi di suatu hari nanti, tulisan itu malah jadi trendsetter. Bisa jadi nanti akan penerbit yang iseng melirik tulisan-tulisan penulis pemula.

Sama seperti buku yang aku temukan.
Naskah pun mungkin butuh bertualang selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun agar bisa bertemu dengan jodohnya sendiri.

Jadi, jangan merasa menulis A ini sia-sia. Menulis B itu ngga ada gunanya. Menulis C tidak menghasilkan. Tulis saja! Tulis semua hal yang kamu pikirkan. Tulis sesuatu yang mendorong hati dan pikiranmu. Tulis dan yakin, semua tulisan itu tidak akan sia-sia. Suatu hari pasti akan bertemu pasangannya. Entah media atau penerbit.

Salam Menulis ^_^
Achi TM
Penulis novel Cloud(y)

Mengisi Pelatihan Menulis (Character Building) di SMA BUDI LUHUR

Friday, September 21, 2012

Lokasi : SMA Budi Luhur
Busana : Kedai Batik Trust Me

Tanggal 12 September 2012 kemarin saya berkesempatan diundang untuk mengisi pelatihan menulis. Dalam rangka mengisi Character Building di SMA Budi Luhur.

Saya mengisi materi untuk kelas 1, 2 dan 3. Mulai dari jam 8.45 sampai dengan jam 14.00. Tentu saja dengan dua kali istirahat.

Mengisi pelatihan menulis di SMA Budi Luhur merupakan sebuah pengalaman tersendiri buat saya. Selain karena pesertanya yang sangat banyak (bila dihitung dari kelas 1,2, dan 3) kira-kira mencapai 300-an orang. Saya pun menemukan banyak karakter-karakter remaja masa kini. Yang cuek, kemana-mana bawa BB/Android, ngantuk, tidak bersemangat dan murung. Ya, mungkin mereka capek karena harus sekolah dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore.

Maka hal yang harus saya lakukan pertama kali adalah. Ice Breaking! Yeay! Biasanya saya mulai dengan games-games tapi berhubung peserta per gelombang mencapai 100 lebih dan waktu begitu singkat, maka saya menggunakan media video. Tentu saja video yang saya setel adalah video FTV saya sendiri. Tepat saat nama saya muncul sebagai penulis skenario saya memencet tombol pause. Di sanalah saya mulai memperkenalkan diri dan perhatian mereka langsung tertuju pada saya.

Buat teman-teman yang ingin mengisi pelatihan menulis, buatlah sebuah pembukaan yang berbeda. Dengan memperkenalkan siapa diri teman sekalian. Kalau perlu langsung perkenalkan apa karyanya baru kenalkan pengarangnya. Dengan demikian, para peserta akan respek dan yakin kalau pembicara yang ada di depan mereka memang kompeten dalam bidangnya ^_* yaitu menulis.

Ini foto-foto seru saya :








Yang istimewanya lagi saat saya memberi pelatihan di Budi Luhur saya memakai baju dari sponsor ^_^
Didesain dan dibuat langsung oleh Batik Trust Me asli Cirebon. Bahannya bagus, desainnya juga unik.

Yang mau punya batik dengan kualitas keren
bisa langsung hubungi Batik Trust Me di http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10150908495707991.414713.789952990&type=1 CP : Aji Seto

Ini contoh-contoh bajunya :)
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151081987222991&set=a.10150908495707991.414713.789952990&type=3&theater

Seri What Abiy Doing ^_^

Sunday, September 16, 2012


Cerita 1
My Prince
(Abiy Usia 1 Tahun-3 tahun)

Okey, perkenalkan tokoh dalam cerita-cerita di bawah ini bernama Abiy Arsena Dimyathi. Dan gue adalah Mama Achi yang cantiknya bukan main ngga keliatan. Dia laki-laki tulen, ganteng pastinya, kalau dilihat dari sedotan agak mirip sama Dude Herlino, tapi yang jelas ngga mirip sama tetangga gue.
Sejak lahir kulitnya putih ngga kayak pualam. Yang sering jadi bahan decakan
kagum orang-orang adalah :
Orang-orang : Ya ampun, anaknya cantik banget. *sambil nunjuk bulu mata.
Gue : *nunjuk orang-orang Ya ampun, bulu idungnya banyak banget.
Tentu aja gue ngga bener-bener ngomong begitu, sih. Yang gue katakan pada
mereka adalah :
Gue : Ibu-ibu, anak saya ini cowok, tuh liat*nunjuk bulu ketek Abiy-ups salah
tunjuk... tuh liat buu... ada gajahnya, kan!
Dengan bangga gue pamerkan gajah ke arah mereka. Semua manggut- manggut. Hiks... okeylah, kalau Abiy masih bayi ngga apa-apa banyak orang salah sangka. Soalnya siapa sih yang bisa bedain muka bayi cewek apa cowok? Susah kali, ya. Cuma anting aja yang bisa jadi pembeda.
Bulu mata anak gue emang lentik banget dan super lebat. Kayaknya kalau spidermen jatuh dari lantai satu bisa ditangkep sama tuh bulu. Udah gitu kulitnya putih, matanya sipit kaya orang cina. Padahal muka gue item bleketek, suami gue juga gak putih-putih amat. Semoga tidak ada eksiden putra yang tertukar. Tapi bibir Abiy yang tipis dan merah itu, membuktikan dia anak gue. Dan bibirnya yang seksi itu makin membuat orang ngira kalau dia cewek!
Sebulan gue masih sabar kalau ada orang yang ngira dia cewek. Tapi lama-lama, kan, capek juga. Masa iya, gue mesti dodorin pampers anak gue dan ngasih unjuk gajah dia ke mana-mana. Iih... bisa ditangkep ame Kak Seto nanti. Memalukan anak ganteng di muka umum.

ket foto : Abiy abis makan - belepotan\

Saking gantengnya si Abiy saat usia satu tahun, bikin gue turun derajat. Suatu hari, saat gue lagi jalan-jalan sore keliling komplek pake stoler, beberapa gerombolan ibu-ibu menegur. Karena gue pendatang baru (baru ngontrak maksudnya) di situ. Gue pun pasang senyum ala orang mau makan bakso.
Ibu Tetangga 1 : Wah anaknya cantik banget.
Gue : *bosen* cowok, Bu.
Ibu Tetangga 2 : Oooh cowok, ih bulu matanya lentik, ya. Jadi ganteng.
Gue : Iya ganteng *bangga stadium akhir
Ibu Tetangga 1 : Ibunya mana, Mbak? Udah berapa lama kerja jagain bayi?
Gue : *nguik?!
Buru-buru gue ngelirik baju gue. Jilbab lusuh, baju kaos lusuh yang gue pake sejak gue SMP! Celana yang bagian bawahnya udah robek-robek dan sendal jepit item. Ngelirik Abiy : pake topi, muka putih, harum abis dimandiin, baju baru gambar jerapah, celana keren, kaos kaki baru.
Gue : Saya ibunya. *senyum penuh kesabaran
Ibu Tetangga 1 : Ya ampuun... saya kira yang ngasuh dia*nunjuk Abiy.
Gue : *ngelirik sadis ibu tetangga... maksud looh gue pembantunyaaa?
Daripada gue berubah jadi Angelina Jolie, lebih baik gue pergi!



Kalau suka, please share dan tinggalkan komen ya di blog ini ^_^ Terima kasih sangat.

LOMBA FILM PENDEK ; Andi Short Movie Awards

Saturday, September 15, 2012

ANDI SHORT MOVIE AWARDS


HADIAH :
  • Juara I         : Rp 7.500.000,-  dan kontrak dengan Penerbit ANDI untuk project pembuatan video
  • Juara II        : Rp 4.000.000,- 
  • Juara III       : Rp 2.500.000,-
  • Juara Favorit : Rp 1.000.000,-
  • Untuk Juara I,II,III dan Favorit karya filmnya akan diputar di seluruh Toko Buku Gramedia di seluruh Indnesia


 SYARAT & KETENTUAN :
  1. Peserta tidak dipungut biaya
  2. Karya dapat berupa Animasi 2D atau 3D
  3. Peserta Individu atau kelompok, beranggota maksimal 5 orang(crew minus cast)
  4. Lomba bersifat umum sehingga peserta tidak dibatasi umur, pendidikan, atau masalah lainya
  5. Peserta wajib mengisi formulir pendaftaran yang terdapat didalam buku novel "CLOUD(Y)" Terbitan Sheila imprint Penerbit Andi, yang bisa didapatkan di toko buku terdekat
  6. Formulir hanya dapat digunakan untuk satu judul karya (tidak diperkenankan untuk menggandakan formulir)
  7. Tema mengambil dari isi cerita novel "CLOUD(Y)" , cerita bisa diambil sebagian atau seluruh bagian novel
  8. Wajib menampilkan fisik novel "CLOUD(Y)" dalam cerita
  9. Ide cerita harus orisinil dan karya belum pernah dipublikasikan, diikutsertakan dalam perlombaan ataupun festival film manapun
  10. Karya film merupakan karya asli peserta,bukan milik orang lain,maupun sedang dalam persengketaan
  11. Karya film tidak boleh mengandung unsur SARA dan Pornografi
  12. Durasi karya film maksimal 5 menit (termasuk bumper dan credit title)
  13. Karya film dikirim dalam bentuk DVD dengan format AVI,MPEG
  14. Batas akhir pengumpulan karya pada 31 Desember 2012
  15. Hasil karya Pemenang akan diputar serentak diseluruh Toko Buku Gramedia di Indonesia.
  16. Hasil karya yang diserahkan sepenuhnya menjadi hak milik panitia dan panitia memegang hak sepenuhnya atas penggunaan hasil karya
  17. Dengan mengikuti Lomba ini,semua peserta dianggap menyetujui semua ketentuan lomba


PENILAIAN :
  1. Pemenang Lomba ASMA ditentukan oleh dewan juri
  2. Keputusan Juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
  3. Pemenang favorit ditentukan berdasarkan penilaian management PENERBIT ANDI
  4. Panitia ASMA memiliki hak untuk mendiskualifikasi penyertaan lomba yang palsu, dokumen atau klaim yang tidak lengkap, tidak sesuai ketentuan dan syarat yang berlaku


PENGUMUMAN DAN PEMBERIAN HADIAH LOMBA :
  1. Hati - hati penipuan. Untuk Lomba ini peserta tidak dipungut biaya apapun. Apabila ada pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja meminta biaya pendaftaran atau pungutan tertentu tanpa seijin dan sepengetahuan Panitia ASMA maka itu bukan tanggung jawab dari panitia.
  2. Pemenang lomba terdiri dari Juara I,II,III,serta Juara Favorit yang akan diumumkan di seluruh Toko Buku Gramedia  dan TogaMas di Seluruh Indonesia, serta dapat dicek di website www.andipublisher.com pada tanggal 15 Januari 2013.
  3. Konfirmasi pemenang dapat menghubungi Panitia ASMA di telp. 0274 – 561 881 ext. 222 (Rina) atau 0888 0282 1249 (Sulardi) pada jam kantor 09.00-15.45 WIB



PENGIRIMAN KARYA KE :
PENERBIT ANDI Jl.Beo 38-40 Yogyakarta 55281, Telp.  0274 - 561 881
 disertai formulir pendaftaran dan diberi tanda ASMA disudut kanan amplop.



PEMBEBASAN TANGGUNG JAWAB :
  1. Panitia tidak bertanggung jawab atas penundaan, kehilangan atau kerusakan akibat dari keterlambatan pengiriman jasa pos.
  2. Peserta akan bertanggung jawab penuh dalam kasus cedera apapun,  atau klaim kerusakan akibat kesertaan dalam program dan / atau penebusan hadiah.


  
LAIN-LAIN :
  1. Jika ada salah satu pernyataan dan/atau aplikasi dari persyaratan & ketentuan ditemukan batal, melanggar hukum atau tidak dapat dilaksanakan maka poin tersebut tidak mempengaruhi ketentuan & syarat lain untuk tetap berlaku, legal dan/atau dilaksanakan.
  2. Panitia memiliki hak untuk mengubah Syarat dan Ketentuan,  jika dianggap perlu, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
  3. Syarat dan Ketentuan berlaku.





[KELAS] Pelatihan menulis On-Line 2012

Thursday, September 13, 2012

Saya sudah pernah belajar sama Bhai Benny Ramdhani ini ;)
Pokoknya banyak banget ilmu yang saya dapat. Nah, sekarang beliau buka kelas online lagi, nih.

KELAS AJAIB ;)



Mau jadi siswa Kelas Ajaib?
Mau belajar nulis langsung dari Kepseknya?
Nggak bisa belajar langsung atau tatap muka?

Yuk, ikutan Kelas Ajaib Online 2012!
 

- Kelas Picture Book Dongeng
- Terbatas untuk 15 orang
- kelas akan berlangsung di akhir September 2012.
- 4 kali pertemuan, jam belajar pukul 21.00 WIB
- Kelas dibimbing langsung oleh Benny Rhamdani, Kepala Sekolah Kelas Ajaib, Mentor dan penulis cerita anak favorit.
- Kontribusi : Rp 400 ribu per siswa
early bird (hingga 25 September 2012) Rp 250 ribu.
- Untuk Alumni Kelas Ajaib, kontribusi khusus Rp 50 ribu.

Yang ingin belajar serius, silakan mengirimkan pendaftaran ke email: kelasajaibfunwriting@gmail.com
 

Pendaftaran hingga 28 September 2012.

[Motivasi Menulis] Berani Berkarya

Semalam saya meeting dengan produser perempuan, produser PH dan seorang sutradara yang sudah malang melintang selama dua puluh tahun lebih. Malam itu kami memutuskan bertemu di Bakso Senayan, Mal Cijantung. Saya bertolak dari rumah pukul 4 sore dan kemacetan membuat saya serta suami baru sampai di Pasar Rebo jam 6.45. Kami berusaha mencari masjid untuk shalat tapi apa daya di sana sedang macet luar biasa, manusia, motor, mobil dan bus saling berebutan untuk jalan, adzan isya sudah berkumandang. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke lokasi meeting. Tapi di lokasi ternyata belum ada yang datang. Melihat Toko Buku Gramedia ada di seberang lokasi meeting, saya dan suami pun langsung masuk ke sana. Selama sepuluh menit kami melihat-lihat beberapa buku di rak best seller, sambil di dalam hati terus merapalkan doa semoga novel-novel saya yang akan segera terbit juga bisa masuk ke rak itu. Baru saja mau mencari novel romance untuk saya beli, ponsel saya berbunyi. Produser perempuan saya, Bunda Yeyet sudah sampai di lokasi meeting. Saya dan suami bergegas ke sana.

Malam itu, sebenarnya kami janjian dengan pihak Stasiun TV untuk membicarakan program baru yang saya tulis. Tapi ternyata pihak Stasiun mengabarkan kalau dia tidak bisa datang dikarenakan meeting di kantornya belum selesai. Akhirnya yang meeting malam itu hanya saya, suami, Pak Haji (Sutradara senior) Bunda Yeyet dan Pak Rizki dari PH.

Kami membicarakan tentang isi cerita yang saya dan suami tulis. Setelah memberikan beberapa masukan serta rencana produksi ke depannya, Pak Haji pun cerita tentang kerja keras seorang pemilik PH Genta Buana, yang kini sedang menguasai tayangan program di sebuah stasiun TV.

"Pak Budi itu orangnya tekun. Dulu, pertama kali dia bangun PH, dia bawa kaset ke mana-mana dengan vespa bututnya. Dia tawarkan ke TV-TV. Perjuangannya panjang, sampai rela hutang sana-sini. Tapi lihat sekarang, setelah 12 tahun berlalu, dia sudah punya puluhan hektar studio."

Aku dan suami manggut-manggut. Perkataan Pak Haji seolah menyadarkan aku dan suami, bahwa di balik sebuah kesuksesan selalu ada kerja keras, pengorbanan dan berani maju. Ya! Berani! Kata ini kembali digaungkan oleh Bunda Yeyet. Di usianya yang tak lagi muda, ia masih cekatan, supel dan sehat. Malam itu di sela diskusi kami dia berkata ;

"Kalau terjun di dunia entertainment begini, kita harus berani. Ngga boleh takut ngga dibayar, ngga boleh takut ditipu, ngga boleh takut diplagiat, ngga boleh takut karya kita ngga diproduksi atau ditonton. Yang penting kita berkarya sebaik-baiknya dan berani. Kalau kita berani, pasti ada jalan." (redaksi disesuaikan)

Ya, di dunia menulis, dunia entertain, kita memang tidak boleh menanamkan rasa takut. Hidup ini penuh dengan lika-liku. Ibarat bisnis, menulis pun bukan sesuatu yang nyaman. Yang kamu menulis lantas pasti akan segera diterbitkan. Ketika diterbitkan lantas karya kamu best seller dan kamu jadi kaya raya dalam sekejap. Tidak begitu! Ada banyak proses yang harus kamu lalui. Yang kita harus lalui.

Tidak ada yang bisa memprediksi tulisan kita akan diterima baik dengan masyarakat atau tidak. Bunda Yeyet sempat cerita ada beberapa film karya sutradara terkenal yang secara cerita, visual dan segala macamnya bagus. Kalau masuk festival bisa menang dan mendapat penghargaan. Tapi tidak semua film-film yang menang festival itu bisa laku ditonton dan disukai oleh masyarakat luas. Ada film yang menghabiskan 35 produksi tapi hanya balik modal 5 milyar.

"Berkarya saja terus. Kalau kita rajin berkarya, yakin, deh, suatu hari nanti akan ada satu atau dua karya kita yang meledak!" tandas Bunda Yeyet.

Kesadaran baru kembali tumbuh. Mungkin sering kita mendengar ucapan di atas. Tapi kalau ucapan itu diucapkan dari mulut seseorang yang sudah puluhan tahun berkarya, sudah mempunyai karya bagus, tidak pernah berhenti berkarya, tentu ucapannya akan lebih masuk ke hati.

Maka saya pun memutuskan harus terus berkarya. Anda, saya, kita semua.... teruslah menulis!

Salam
Achi TM

[Cerpen] CINTA AKAN MENEMUKAN TEMPATNYA SENDIRI

Wednesday, September 12, 2012


CINTA AKAN MENEMUKAN TEMPATNYA SENDIRI
~ Achi TM ~
                        

                Seperti semerbak harum hujan menyusup ke dalam bulu halus hidung, seperti itulah napas yang pecah-pecah datang pada Silvia. Napas yang selalu membacakan pesan cinta, pesan rindu angin pada titisan embun pagi. Pesan dari tanah untuk titik pasukan langit yang terus menghujam bumi. Suara camar yang hilang di cakrawala lautan lepas, Silvia tiba-tiba merindukan napas itu pada malam ini. Ia tersentak pada suatu kesadaran bahwa ia sudah melampaui batas perasaan.
            Ping!
            Sebuah pesan singkat masuk ke Facebooknya. Silvia sedang chating dengan seorang pria di ujung sana, namun bukan pria yang biasa memberikan ia napas cinta. Pria ini memberikan lebih dari sebuah napas. Ia menjulurkan sebuah nyawa bernama ‘selingkuh’.
            Dani : Sil… gimana? Besok bisa ketemu di kantin kampus?
            Silvia menghela napas. Ragu-ragu ia menjawab, mengetik tuts keyboard pelan-pelan.
            Silvi : Tapi aku ngga bisa meninggalkan Rangga. Dia masih di rumah sakit.
            Dani : Ini terakhir kalinya, Sil. Ijinin gue buat buktiin kalau cinta gue lebih besar dari Rangga.
            Silvi : Aku ngga bisa, Dan… ngga bisa … di saat Rangga sedang sakit. Maaf.
            Suara napas pecah-pecah itu datang kembali menerobos gendang telinga halus Silvia. Suara Rangga bertalu-talu, memaksa tangannya menutup layar laptop. Membiarkan Dani dalam ketidakpastian.
            Hujan masih mengguyur Jakarta malam ini. Silvia terkejut saat sebuah tangan menarik bahunya halus. Tergeragap ia memasukkan laptop kecilnya ke dalam tas laptop. Silvia tersenyum pias pada wajah Bu Azizah, calon mertua yang kini ada di hadapannya.
            “Silvia, Rangga sudah sadar. Ia terus memanggil nama kamu. Masuklah….”
            “I… iya, Bu….”
            Silvia mencangklong tas laptopnya lalu dengan takzim memohon diri. Berjalan memasuki kamar rawat inap Rangga. Koridor rumah sakit nampak senyap, menikmati nyanyian air bumi.
***
            Di ujung langit paling dalam yang terletak di hati Silvia sesungguhnya ada sedikit rongga yang membuat napasnya lega. Rongga menguap bersama rayu-rayuan seorang Dani. Ketika kekosongan mencabik-cabik hubungannya dengan Rangga, Dani datang menutupi rongga hampa di dalam jiwanya. Dani membawakan sekuntum tawa dan sebingkai mimpi-mimpi indah tentang sebuah hubungan.
            Bukan Rangga yang selalu memberikan kepastian dengan tergesa-gesa termasuk meminang Silvia di umurnya yang masih 20 tahun. Hanya tinggal menunggu Rangga mendapatkan pekerjaan, ia akan segera menikahi Silvia. Cinta lelaki itu pada Silvia melebihi cintanya pada diri sendiri. Tidak terlalu overprotektif namun cukup membuat Silvia merasa terkekang. Ia tak kuasa menolak segala kebaikan Rangga. Perhatian lelaki tampan, kebaikan Rangga yang terus membuncah-buncah, memanjakan Silvia seperti Putri Tidur yang baru terjaga dari mimpinya. Silvia terbuai… nyaman dalam ‘rahim’ ciptaan lelaki itu. Terkurung dalam selaput beningnya yang membuat napas Rangga selalu pecah-pecah di hati Silvia. Napasnya seolah ada menempel dalam setiap langkah gadis itu. Rangga sudah beranjak 25 tahun. Tepat di hari ulang tahunnya, ia sakit.
            Bukan sebuah sakit yang parah, hanya tipes biasa.
            Namun cinta kasih Bu Azizah yang luar biasa, membuat seolah Rangga sakit begitu keras. Rupanya segala curahan kasih Rangga mengucur dari keran cinta sang Bunda.
            Pagi ini Silvia menyuapi Rangga.
            “Dokter bilang, sore ini udah bisa pulang, say….”
            Rangga menerima suapan cinta dari Silvia. Ia mengunyah begitu bersemangat. Nafsu makannya sudah bertambah sejak dirawat seminggu yang lalu.
            “Bunda ngga percaya sama obat cina, sih….” Rangga bertahak di tengah kunyahannya, matanya menatap Silvia lekat-lekat. “Padahal kalau pakai obat tradisional itu, ngga perlu sampai selama ini di rumah sakit. Kalau gini terus, pernikahan kita bisa ketunda melulu…” jemari telunjuknya menghentikan sendok yang disuapkan ke arah mulutnya. Rangga menyadari sesuatu, mata Silvia menerawang jauh menembus jendela. Rangga menjentikkan jari. Silvia tergeragap dan berpura-pura batuk. Tanpa sengaja ia menjatuhkan sendok, suara dentingannya beradu dengan lantai. Silvia gugup, ia membenahi sisa-sisa bubur yang jatuh ke kasur.
            “Maaf, Rangga… aku ngelamun….”
            Segaris kekecewaaan mengerucut dalam mata Rangga. “Yes I know….”
            “Rangga… aku….”
            “Ya sayang?” suara Rangga kembali lembut. Menghentikan protes yang meledak-ledak dalam diri Silvia.
            Wanita itu menunduk, mengenggam asa yang pedih.
            Rangga aku… mencintai lelaki lain. Aku mencintainya….
***
            Dani berlari menyusuri koridor kampusnya, ia menerabas beberapa mahasiswa yang sedang bermain bola di koridor atau mengabaikan sapaan hangat mahasiswi cantik yang memuja ketampanannya. Dani bergegas, memanjangkan langkahnya demi menggamit lengan seorang Silvia. Gadis itu tersentak, ia takjub melihat lelaki berdada bidang, berambut cepak, dengan gingsul lucu di taringnya, tengah tersenyum padanya seraya menjulurkan sebuah kalung perak dengan bandul tiga tangkai bunga mawar.
            “Apaan, nih, Dan?” Silvia tergelak. “Pagi-pagi udah bikin rusuh aja….”
            “Aku, kan, udah janji… setiap pagi aku bakalan kasih kamu kejutan. Apapun itu. Besok kamu mau apa?”
            Jemari Dani menarik kelingking Silvia. Mata gadis itu nampak jenaka, sengaja diputar-putarkan seolah sedang berpikir keras.”Ngga tahu, ya, mau apa… coba dong sekali-sekali kamu yang bilang mau apa…. Nanti gantian aku kasih. Kamu, kan, udah ngasih banyak barang ke aku… tapi jangan mahal-mahal, ya.” Jawab Silvia setengah manja.
            “Ngga mahal, kok…” Dani memakaikan kalung perak ke leher Silvia. Gadis itu menyibakkan rambutnya. Dani menepuk kepala Silvia lembut. Ditatapnya gadis penuh senyum yang mempesona itu. “Aku cuma ingin kamu putus dari Rangga dan nikah sama aku….”
            Silvia menggeleng spontan. “Ngga bisa, Dan… ngga bisa. Rangga udah baik banget sama aku. Dia tunangan aku dan… dan kita….”
            “Dia baru jadi tunangan kamu Silvia… kita masih punya kesempatan buat bersama. Aku tahu kamu ngga bahagia sama dia….”
            “Aku bahagia!”
            “Lantas sama aku?”
            “Aku juga bahagia….” Silvia tercekat pada pernyataannya. Ya… ia memang bahagia bila berada di antara dua lelaki itu. Silvia berbalik badan dan hendak berlari ke dalam kelas. Memunggungi Dani begitu keras. Namun tangan Dani dengan cekat menariknya hingga tubuhnya terhempas jatuh, kepalanya membentur tiang tembok kampus. Dani spontan mengangkat Silvia. Gadis itu mendorong tubuh Dani menjauh. Dani memeluknya erat, Silvia terengah. Dani segera mengeluarkan sapu tangan putihnya dan menyeka darah di dahi Silvia. Silvia merebut sapu tangan putih itu.
            “Aku ngga apa-apa… minggir… malu dilihatin orang-orang tauk!” Silvia mendorong tubuh Dani. Beberapa orang sudah mengerubungi mereka untuk melihat apa yang terjadi. Dani mengejar Silvia.
            “Silvia maaf sayang… aku ngga sengaja….”
            “Oke… oke… oke… ugh….” Silvia mengerang kesakitan, ia menutupi lukanya dengan sapu tangan. Dani menarik Silvia ke arah ruang kesehatan. Pagi itu, mereka kembali tidak kuliah.
***
            “Sudah berapa lama kita pacaran?” tanya Rangga di teras rumah Silvia malam itu.
            “Tujuh tahun… sejak aku masih SMP dan kamu sudah SMA,” Silvia tersenyum kecil mengingat masa pertama perjumpaan mereka. Rangga merenggangkan tubuhnya lalu mengambil helm di stang motor Pulsar kebanggaannya.
            “Apa tujuh tahun belum cukup meyakinkan dirimu? Bahwa… pernikahan kita ini memang sebuah keniscayaan. Karena nasib sudah menjodohkan kita lewat benang-benang hening yang kita nikmati berdua.”
            “Bukan nasib yang menjodohkan kita tapi Tuhan…. Tuhan juga yang menentukan apakah nanti kita akan menikah atau tidak. Jadi pernikahan kita bukan keniscayaan.”
            “Udah ah… jangan beretorika terus… sekarang jujur sama aku. Siap ngga kamu buat nikah sama aku?”
            Silvia mengatupkan bibirnya sejenak. Bayangan-bayangan tentang Dani seperti berkelebat jauh di atas kepalanya, menumbuk-numbuk kepastian jiwa Silvia. Namun genggaman lembut Rangga mematutkannya pada sebuah anggukan kecil. Sebuah anggukan yang memaksanya untuk memilih. Mencintai Rangga seumur hidup dan meninggalkan nyawa kecil yang bernapas dalam rongga kesetiaannya.
            “Aku harus pulang secepatnya, ada janji sama pemilik percetakan. Besok kamu lihat hasil undangannya, ya… pasti kamu suka.”
            “Ya…” jawab Silvia kecil. Ia menahan urat-urat matanya mengguyurkan curahan tangis. Sebelum akhirnya Rangga menggas motornya kencang-kencang, keluar dari halaman rumah mungil orang tuanya.
            Silvia bersandar pada tiang kayu teras, mengelus bahunya yang digelitiki oleh desau angin malam. Dingin mengiris kesadarannya yang tipis.
            Bolehkah? Bolehkah jika aku memilih Dani?
            Silvia terisak.
            Tapi aku tak mampu kehilanganmu, Rangga… tak sanggup sendiri berjalan…. Selama ini langkah kita begitu nyata.
            Napas Rangga pecah-pecah pada kenangan cinta mereka.
***
            “Tulislah keluhanmu dengan ini….” Dani menyodorkan sebuah pulpen emas yang berharga mahal. Tinta pulpen itu awet dan tak mudah dihapuskan. Silvia meraih pulpen itu dengan sumringah lebar. Ia memekik girang. Hanya dengan Danilah ia bisa lepas, membebaskan segala gejolak jiwa mudanya. Meskipun Dani baru 22 tahun namun ia bisa mengimbangi Silvia. Ialah yang paling mengerti Silvia.
            “Ayo… katanya pengen banget punya tinta emas… ini mahal, lho.”
            “Mentang-mentang orang kaya, sombong… biar mobil kamu aja aku tulisin! Dani gombal! Dani gombal! Hahaha….”
            “Enak aja… baru di cat nih mobil… sini jidat kamu aku tulisin….”
            “Ngga mau!”
            Silvia terbahak-bahak. Tawanya menyeruak. Pecah dibawa oleh kepakan sayap burung gereja. Dani dan Silvia saling berebutan pulpen, berlarian mengelilingi mobil Honda Jazz Dani. Akhirnya pulpen emas itu hanya didekap di dada. Napasnya terengah. Ia masih dalam nuansa tawa.
            “Pulpennya aku simpan aja, ya… siapa tahu berguna….”
            Dani mengangguk. Membiarkan Silvia melakukan apa yang ia suka.
***
            Rangga menyematkan bros melati di kerah kemeja pink yang dikenakan Silvia. Gadis itu tersenyum manis. Ia menatap undangan pernikahan mereka penuh dengan rekahan bibir. Indah sekali undangan itu, membuat siapapun akan berdecak kagum menantikan mewahnya pesta pernikahan mereka.
            “Bagus banget Rangga… tapi ini foto kita dua tahun yang lalu, kan? Kenapa ngga pakai foto yang sekarang?”
            “Soalnya, di foto itu aku hanya melihat diriku di matamu… entah mengapa. Akhir-akhir ini aku tak menemukan bayanganku di matamu.”
            Jantung Silvia berdegup. Ya… tepatnya satu tahun yang lalu. Pancaran cinta itu meredup. Sejak Dani bertemu dengannya di Mall dekat kampus. Sejak Dani menolongnya dari tangan jahil om-om hidung belang. Sejak Dani mengajaknya berkeliling Jakarta dengan bus kota. Sejak Dani membiarkannya bebas, mendengarkan segala keluh kesahnya tentang Rangga dan sejak itulah sejumput rongga setia telah direnggut oleh Dani. Silvia tersenyum ringkih. Rangga menatap mata Silvia dengan pedih.
            Meski diam-diam, Silvia paham bahwa Rangga bukan lelaki bodoh. Ia tahu bahwa Silvia menduakan cintanya dan ia diam. Diam menunggu cintanya kembali penuh kepangkuannya. Rangga tak marah. Silvia terguncang dalam senyumnya.
***
            Ia tuliskan kalimat itu di sapu tangan putih milik Dani. Sapu tangan yang masih menyisakan seberkas darah di keningnya. Ia tuliskan kalimat itu dengan air mata.
            CINTA AKAN MENEMUKAN TEMPATNYA SENDIRI…..
            Cinta akan menemukan tempatnya sendiri….
            “Cinta akan menemukan tempatnya sendiri, Dan….”
            “Tapi cintaku sudah menemukan tempatnya, di hatimu, Silvia!”
            “Tapi hatiku telah diisi oleh Rangga. Begitu lama terisi sampai sesak rasanya membiarkan ia pergi. Aku tak bisa meletakkan dua cinta pada satu tempat, Dan. Maafkan aku… maafkan.”
            “Aku tak bisa menemukan tempat lain untuk cintaku kecuali hati kamu!”
            “Maaf, Dani! Maaf!”
            Silvia menyelipkan sapu tangan itu ke genggaman tangan Dani. Ia lambaikan satu salam perpisahan tanpa kesan. Ia biarkan air mata bebas mengumbar-ngumbar tariannya di udara. Ia sudah cukup tertekan mengambil keputusan ini. Biarlah kini Rangga yang bersarang di jiwanya. Menyuburkan kesetiaannya sebagai wanita. Menjadikannya perempuan yang memegang teguh pada komitmen. Silvia tak mau dimabuk cinta sementara. Ia yakin bahwa Rangga adalah terakhir dan terbaik. Melebihi segala kebaikan yang pernah Dani berikan.
            Dan ternyata….
            Malam itu kembali langit memecahkan mendung. Rintik pasukan langit menghujam jalanan setapak yang dilalui Silvia. Gadis itu beringsut di pinggir sebuah ruko. Ia menekan nomor HP Rangga. Saat ini yang ia butuhkan adalah Rangga.
            “Rangga… Rangga cepet ke sini, ya… aku butuh kamu.”
            “Kamu kenapa, Silvia?” suara Rangga terdesak di ujung saluran. “Kamu dimana?”
“Di depan ruko-ruko deket kampus….”
Silvia mengigil. Rangga bergegas mematikan HP. Ia keluar dari nyamannya balik selimut kamarnya lalu pergi ke garasi dan menyalakan motor Pulsar besarnya. Disambarnya jaket tebal, jas hujan dan helm. Rangga menyalakan mesin, meraung-raung melintasi suara halilintar. Ia gelisah, pandangannya kacau. Mengkhawatirkan cintanya yang terisak.
 Dani menghampiri Silvia dalam derasnya hujan. Tubuhnya basah kuyup.
“Jadi kamu udah milih dia?”
“Iya… maafin aku, Dan….”
“Oke! Oke! Terserah kamu SAYANG! Terserah! Aku emang cowok bodoh yang cuma mengharapkan cinta dari seorang Silvia!”
“Maafin aku, Dan!”
Dani berteriak keras. Memekakkan telinga Silvia. Ia menendang body mobilnya lalu membuka pintu mobil dengan kesal.
“Pulang, Sil… aku anterin kamu pulang.”
“Ngga… aku ngga bisa bikin Rangga terus sedih. Aku udah banyak nyakitin dia. Aku mau malam ini Rangga yang jemput aku pulang!” Silvia setengah berteriak dalam isaknya.
Dani menahan geram, dengan sedikit menyesal ia masuk ke dalam mobil. Memutar kemudi dengan kencangnya. Mobilnya melesat kencang, melaju gelap malam. Silvia memejamkan mata. Ia berharap ketika mata itu terbuka. Ia bisa melihat Rangga datang menghampiri dan memeluknya. Menenangkan ia bahwa semua baik-baik saja. Namun Rangga tak kunjung tiba. Meski mata itu telah lelah oleh air mata.
***
Suara tabrakan yang keras terdengar di sudut kota Jakarta. Sebuah mobil Honda Jazz yang melaju kencang menabrak Pulsar hitam seorang pemuda.
Silvia terhenyak dalam penantiannya. Hatinya berdebar. Ia berlari.
“Silvia! Rangga! Rangga kecelakaan!” suara panik suara di HP membuatnya tak ingin berhenti berlari.
***
“Rangga! Rangga bangun! Rangga bangun!” teriakan pilu Bu Azizah mengguncang nurani terdalam Silvia. Tubuh itu kini beku, berlumuran darah, basah oleh hujan yang mendera. Tubuh Silvia seolah terpasung sebelum akhirnya yang menghamburkan dirinya dalam kubangan darah. Perawat membawa tubuh Rangga ke ruang ICU namun terlambat. Tak ada lagi nyawa bersarang di sana.
Kini napasnya telah pecah-pecah. Benar-benar pecah. Napasnya pecah-pecah di pelipis Silvia. Napasnya terhenti pada emosi Dani yang menghantam Pulsarnya sedemikian hebat. Dan kini lelaki itu harus membujur bisu. Membiarkan cintanya luluh oleh maut.
Silvia menatap Dani, lelaki itu berjalan terseok dengan luka ringan di dahi dan tangannya. Ia meremas sapu tangan putih yang bertuliskan tinta emas ‘Cinta Akan Menemukan Tempatnya Sendiri.’
Dani menitikkan air matanya. “Aku menabraknya, Silvia… sumpah… aku tidak tahu bahwa yang aku tabrak adalah Rangga! Aku tidak tahu! Demi Tuhan aku tak bermaksud membunuhnyaaaa….!!!” Dani mulai histeris.
Silvia tak mengacuhkan jerit penyesalan Dani. Ia melewati tubuh itu tanpa rasa.
Kenapa Tuhan? Kenapa di saat aku letakkan cinta itu… kau merengutnya?
Dua orang berseragam polisi menahan tangan Dani dan menggiringnya menjauhi rumah sakit. Dani berteriak keras, menjelaga hingga ke dasar koridor rumah sakit.
“Silvia! Aku tidak akan mencintaimu lagi… Aku tidak akan mencintaimu lagi! Tapi aku akan menunggumu! Menunggu cintamu di tempatnya! Di hatiku!”
Bahu Silvia naik turun. Napasnya pecah-pecah. Sembilu oleh desakan waktu.
***
Rumah Pena
26 Januari 2010


Pesan penulis :
Nantikan novel terbaru Achi TM berjudul CLOUD(Y)
Diterbitkan oleh Sheila Book, imprint Penerbit Andi. Launching bulan OKTOBER tahun 2012

LOMBA MENULIS KISAH DILEMA CINTAMU (Dalam Rangka Pre Launching Novel CLOUD(y)

Monday, September 3, 2012

Alhamdulillah, dalam rangka pre launching novel terbaru saya, Cloud(y). Penerbit Andi membuat sebuah lomba yang sangat mudah, asyik dan hadiahnya menggiurkan.






Lombanya seperti apa, sih? Nah... simak ini ya ^_^

***

Ikutan lomba cerita pengalaman cinta pribadimu yuk. Like fanpage ini lebih dulu dan baca pengumuman di gambar ini ya.
KETENTUAN :
- Tema tentang Dilema Cinta.
- Paling lambat tanggal 22 September 2012 pukul 24.00 WIB (mengikuti waktu indonesia barat).
- Cerita berdasarkan kisah nyata.
- Satu orang hanya boleh mengirimkan 1 cerita.

Terinspirasi dari novel Cloudy karangan Achi TM yang akan launching bulan Oktober 2012, mengenai kebimbangan perasaan Mendung akan Niko yang membuat semangat Mendung kembali untuk berjuang membangun bisnis impiannya dan bangkit dari keterpurukannya, dan sosok cowok bermata elang yang menawarkan cintanya yang tulus dan dengan caranya yang istimewa mencintai Mendung





Ini dia poster lengkapnya.





Ini link fanpagenya penerbit Andi :)
http://www.facebook.com/pages/Penerbit-Andi/153733191342120

FAN PAGE FB PENERBIT ANDI
 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati