Ngga Ada Waktu Buat Belajar Nulis? Berhentilah Mimpi Jadi Penulis

Thursday, December 18, 2014

"Mbak saya mau jadi penulis tapi saya sibuk kuliah dan mengurus organisasi."
Maka saya kehilangan kata-kata untuk menjawab. Jadi saya harus jawab apa dong? Kalau mau jadi penulis tapi karena alasan 'sibuk' sehingga tidak menulis lalu apa yang mau saya ajari?
Saya juga pernah kuliah dan jadi mahasiswa. Saya mulai fokus belajar menulis secara profesional itu kuliah semester 2. Umur waktu itu 19 tahun. Saya mulai ikut kelas menulis di Dewan Kesenian Tangerang, belajar dengan KSI Tangerang. Setiap sabtu saya bolak-balik ke sana untuk belajar, dari sore jam 3 sampai malam jam 9. Di sanalah saya jadi kenal banyak sastrawan dari lokal sampai tingkat nasional.
Lalu tugas-tugas kuliah? Tetap saya kerjakan. Tugas-tugas menulis? Saya kerjakan juga. Main? Tetap dong. Tugas domestik rumah? Kerjain juga. Tapi kan ngga organisasi, mbak.
Umur 20 tahun, saat masih belajar nulis, saya sudah didapuk jadi ketua Karang Taruna tingkat RW. Yang membawahi 7 RT. Yang sibuknya naudzubillah karena saya tidak menyangka jadi ketua karang taruna itu harus urus ke tingkat Kota, koordinasi dengan lurah, dengan camat, rapat sama bapak-bapak pejabat, dicemplungi jadi panitia acara Karang Taruna tingkat nasional. Memimpin seabrek rapat sama pengurus, setiap bulan selalu ada acara bakti sosial. Harus jadi pengurus remaja masjid juga.
Sampai-sampai pernah ada cowok yang naksir saya terus mundur. Gara-gara, setelah dia nganterin saya dan teman saya dari meeting Karang Taruna Nasional, dia ngajak saya jalan. Dengan polosnya saya ngga bisa : "Setiap sabtu saya belajar nulis. Minggu saya belajar nulis juga." Mundurlah dia... batal ngegebet saya.
Di umur 20 tahun itu juga, jelang 21, saya gabung dengan FLP DKI. Nyaris ngga pernah absen ikut pelatihannya setiap hari minggu. Dari beberapa belas orang anggota pra muda, hanya 3 orang saja yang dilantik karena sisanya hilang entah ke mana.
Terus kapan nulisnyaaa???
Ya, saat malam hari, satu jam sebelum tidur, saya biasa menulis. Hari sabtu atau minggu pulang dari pelatihan menulis, saya langsung ngetik. Saya menulis di buku agenda tebal karena tidak punya laptop. Komputer pun punya ayah dan sering tidak diizinkan make. Saya sekuat tenaga punya target 1 minggu 1 cerpen. Lalu mulailah naskah saya dimuat di berbagai media.
Jadi, kalau ada orang mau belajar menulis tapi bilangnya TIDAK PUNYA WAKTU BUAT MENULIS KARENA SIBUK! Maaf... saya tidak respek lagi mau mengajari. Setiap orang punya waktu yang sama. Tinggal bagaimana niatnya aja.
Saya belajar nulis harus merelakan waktu masa muda saya. Banyak teman-teman kuliah bilang saya ngga asik. Diajak nongkrong sabtu minggu sibuk melulu. Kadang di kampus, waktu luang saya pakai buat nulis. Makanya saya jadi jomblo lumutan sampai akhirnya mas Agung datang menyerang halah....
Terus setelah menikah saya dan berhenti berorganisasi saya jadi punya banyak waktu luang gitu? Upss... cuma ibu-ibu yang ngerti gimana repotnya mengurus dua anak dan rumah. Masih lebih mudah mengurus remaja satu RW cyiin....
Selalu ada waktu buat menulis.
Harus ada waktu buat menulis.
Apalagi kalau kamu mau menjadikan menulis itu sebagai ladang dakwah. Selelah apa pun. Seletih apa pun harus bisa.

(Wajib dibaca buat yang mau nulis FTV) Jangan Pake Setting Planet Mars

Wednesday, December 10, 2014

Banyak inbox, mention twitter atau email yang meminta kesediaan saya untuk membaca sinopsis FTV atau skenario yang mereka buat. Dengan harapan saya bisa mengajukan sinopsis dan skenario itu ke PH kemudian tadaa jadilah satu tayangan FTV. Tidak semudah itu :( pertama saya bukanlah produser yang bisa dengan mudah memutuskan ini Acc yang itu ngga Acc lalu ajukan ke TV.

Oke, cara kerja nulis FTV versi saya begini, saya ngga tahu kalau versi penulis skenario lain. Kan tiap-tiap PH dan Stasiun TV punya kebijakan berbeda. Tapi pada umumnya, dari pengalaman menulis FTV di 3 PH inilah jalur yang harus ditempuh.

Stasiun TV punya keinginan program/tema apa yang mau diangkat lalu order ke PH ---> PH lalu order sinopsis ke penulis-penulis mereka (saya salah satunya) ---> saya  lalu membuat beberapa sinopsis ---> kirim pe PH, disortir produser ---> Produser kirim ke TV, disortir orang program, ACC or TOLAK ---> kirim balik ke penulis sinopsis yang di ACC ---> TULIS ---> Kirim ke PH, dikoreksi di PH, OK, kirim ke TV, OK, ada dua kemungkinan setelah itu : SYUTING (dapat bayaran) Batal Syuting karena kebijakan TV yang berubah (Ngga dapat bayaran)

Nah, cukup panjang kan jalur yang harus ditempuh? Jadi, saya ngga bisa dengan mudah serta merta kirim sinopsis teman-teman ke PH. Apalagi kalau orangnya tidak saya kenal, kirim sinopsis sambil bilang : Saya butuh uang cepat buat biaya berobat dll dll. Bukan saya ngga mau bantu, tapi kalau sinopsisnya jelek, saya harus gimana? Setidaknya saya tahu standarnya apa yang dimaui TV. Kemudian kalau pun di ACC proses penulisannya bisa seminggu, bisa untung kalau habis tulis langsung syuting, kalau tiba-tiba batal dan ngga dapat duit gimana? Masa saya harus nombok?

Ne ne ne

Saya sudah kapok sekaliii... kasih kerjaan sembarangan ke orang. Karena pernah naskah yang dia tulis dicancel, saya ga bisa bayar dia, eh dia ngamuk-ngamuk di FB, jelek-jelekin saya sebagai makhluk jahat sejagad raya. Padahal dia orang yang saya kenal baik. Gimana kalau sama orang yang ngga saya kenal?

Padahal, nih, selama 8 tahun nulis skenario (masih seumur jagunglah) saya sering banget FTV-nya dicancel. Sampai puluhan juta juga saya ga bisa dapat honor. Saya cukup sekali nagih, kalau mereka ga kasih, saya ngga punya kekuatan kontrak apa pun. Karena kontrak dilakukan di akhir proses penulisan kalau disyuting. Kalau ngga syuting ya ngga kontrak. Tapi dengan saya sabar, ya udah ikhlasin, saya kirim lagi ke PH yang sama, PH itu akan welcome sama kita dan kita terus dikasih kerjaan. Tentu saja ini PH yang kredibel. Kalau PH abal-abal dan keseringan ga bayar honor mah... capek deeh....

Oke

Setelah tahu proses nulis FTV yang sebenarnya ngga terlalu ribet. Sekarang saya mau kasih sedikit TIPS supaya sinopsis FTV kamu bisa nembus ke PH. Salah tiganya ini :

1. Boleh memasukkan nilai-nilai moral, tapi buatlah tersirat. Moralnya ngga usah ditulisin sampai setengah halaman. Tapi buat melalui cerita, melalui adegan, sehingga lebih enak dibaca.

2. Buat cerita yang komplit padat dan ringkas dan lucu (buat komedi romantis) dramatik dan ngenes (buat FTV Drama) sehingga saat produser membaca, dia sudah punya bayangan nih akan seperti apa naskahnya, akan seperti apa penampakan di filmnya.

3. Buat judul yang unik. Contoh saya pernah diorder sama PH untuk membuat FTV Spesial Ultah SCTV. Saya buat judul : 22 Cinta Surya Untuk Citra. Nah, isinya sih ditolak sama SCTV, masih biasa katanya. Tapi karena mereka SUKA sama judulnya, mereka meminta saya untuk menulis cerita baru dengan judul yang sama dan tadaa... jadilah 22 Cinta Surya Untuk Citra.

4. Ingat ini nulis FTV bukan nulis novel. Kalau nulis novel kamu bisa membebaskan dirimu seluas-luasnya dan segila gilanya imajinasimu. Mau bikin tokohnya ngebom Monas, kek, atau si tokoh menghancurkan gedung, terbang ke planet mars, atau dia jatuh cinta sama alien sah sah aja... kalau kapasitasnya adalah FILM dengan catatan filmnya punya budget gede, tapi kalau FTV?

Dengan budget yang 200-500 juta apa bisa bikin seperti itu? Sah sah aja kamu mau cerita pakai setting di Kalimantan, Papua, atau Aceh, asal untuk FTV berbudget tinggi, spesial dan budgetnya di atas 500 juta itu. Kalau budgetnya standar ya paling Yogya, Bali, Bandung dan sekitarnya. Itu pun kalau ke Bali atau Yogya, pihak PH biasanya minta 3-4 naskah FTV yang di acc TV supaya bisa balik modal. Jadi ingat FTV juga pemainnya terbatas, ngga bisa bikin adegan kolosal. Nah batasan-batasan ini seharusnya membuat yang mau nulis sinopsis jadi lebih kreatif. Dengan batasan yang ada gimana caranya bikin cerita OKE punya.

Okee... itu dulu sharing tentang FTV, good luck ya ^^

Salam
Achi TM
Novel terbaru yang akan terbit : My YELLOW LETTER dan a Couple Of Writer


Jangan Bosen Buat Meraih Mimpi

Saturday, December 6, 2014

Malam ini saya mau ngeblog dulu sebelum kembali mengerjakan naskah tulisan yang belum selesai.
Sejujurnya beberapa waktu belakangan ini saya sedang menerima banyak sekali masalah, bukan masalah pribadi saya akan tetapi masalah sahabat-sahabat saya. Saya hanya bisa mendengarkan, memberi masukan dan memberikan support untuk masalah-masalah mereka.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQdkFkt_qBRxpsFwHE9SN87CxmHPkHRf-q9wiqlAmNhJsrqGl_u

Lantas tiba-tiba saya ingat bahwa saya sendiri punya masalah. Masalah sepele sebenarnya, saya kurang bersyukur. Banyak hal-hal luar biasa yang saya anggap kurang dan kurang, alhasil saya jadi galau juga. Berikut hal-hal yang luput saya syukuri.

1. Saya masih bisa hidup sampai detik ini : saya bersyukur sekali. Apalagi bila mengingat alm ayah saya, alm tante, nenek, kakek, dan om saya yang sudah tidak ada lagi di dunia. Lalu melihat di beranda facebook banyak sekali orang hilir mudik mengucapkan bela sungkawa atas kematian seseorang. Satu per satu akun facebook non aktif karena pemiliknya telah kembali kepada Allah. Lantas mengapa saya tak bersyukur?

2. Saya dikaruniai dua anak yang sehat, lucu dan cerdas. Anak saya tidak mengidap penyakit serius, tapi saya sering mengeluh mengurus mereka berdua. Mengeluh karena berat badan anak saya kurang, padahal di luar sana, banyak bayi yang kurus karena kurang gizi, banyak balita yang turun ke jalan untuk minta-minta. Duh Gustii... kurang bersyukur banget saya nih.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQaUCkGeDi1oTzcyh5aLfNVw0glPvg-klt0Pqj2e7rXFmhZMwDr6w

3. Saya sering mengeluh belum punya rumah. Duluuu waktu belum punya mobil, saya sering mengeluh capek naik motor. Rahim suka keram dan sakit. Kalau ngangkot pasti sinusitis kambuh dan lain sebagainya. Sudah ada mobil, ngeluh belum kebeli rumah karena ini dan itu. Ah... dasar manusia ngga pernah puas. Ya, setidaknya saya masih manusia berarti ya, belum jadi serigala hehehe....

4. Saya mengeluh kalau suami lagi ngga sensitif dan bikin sebal. Padahaalll suami saya baik, sholeh, ganteng, ngga pernah main fisik dan mau turun tangan ngurus anak dan rumah. Pinter masak pula. Kurang apa cobaaah kurang apaah? Ya... saya kurang bersyukur :(

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQpO0j-mfp7pH4hQLpFFmENY61Bh9zBkGQHariNwPyAL3jKmRO3

EFEK seriusnya adalah :
Kehilangan semangat meraih mimpi.
Ngeluh dan ngeluh! Nah ini yang bahaya. Kehilangan semangat dan impian adalah EFEK bahaya dari sikap mengeluh saya. Rasanya saya mau tampar mulut ini bolak-balik, ups... karena sering ngeluh itu. Kesandung masalah dikit udah merasa menderita seantero alam semesta. Padahal ada banyak teman-teman saya yang punya masalah lebih pelik. Banyak orang di luar sana yang lebih rumit kisah hidupnya.

Jadi malam ini, saya mendapat sebuah lagu yang menyentak-nyentak kesadaran saya. Lagu J-Rocks, Meraih Mimpi...


https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQIEghP3x1wSx_CEJ4vmDQKRokhgq8zw5RczOlkeOt9ju6ly0wy

Mari berlari
Meraih mimpi
Menggapai langit yang tinggi
Jalani hari dengan berani
Tegaskan suara hati
Kuatkan diri dan janganlah kau ragu
Tak kan ada yang hentikan langkahmu
Yaya... kita kan terus berlari
Takkan berhenti di sini
Marilah meraih mimpi
Hingga nafas tlah berhenti

Kita kan bertahan
hadapi rintangan, perlahan-lahan dan benar
jalani hari dengan dengan berani....

Catat besar-besar di hati : KUATKAN DIRI DAN JANGANLAH KAU RAGU. TAK KAN ADA YANG HENTIKAN LANGKAHMU... kecuali kematian tentunya.

Ayo terus berlari.
Tapi bukan lari ke hutan, terus belok ke pantai ya....

Achi TM
coming soon novel : My Yellow Letter.




 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati