tag:blogger.com,1999:blog-12603869922879223822024-03-13T01:09:49.324-07:00.Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.comBlogger117125tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-62768646149378172822023-10-05T00:37:00.002-07:002023-10-05T00:37:24.034-07:00Puisi : Riuh<p> Ayah </p><p>Di sini ternyata terlalu riuh</p><p>Banyak kata puja puji melantun </p><p>Saya profesor, saya anak ulama, saya cucu raja, saya dan saya. Semua kebanggaan semu terlempar di udara lalu sesak masuk ke dada. </p><p><br /></p><p>Aku bukan siapa-siapa ayah </p><p>Aku hanya menjadi anakmu saja</p><p>Kamu yang selalu bilang ayah bukan siapa-siapa</p><p>Hanya hamba Allah yang berusaha berjihad melawan hawa nafsu. </p><p><br /></p><p>Aku juga ingin menjadi bukan siapa siapa itu ayah</p><p>Tapi rasa tinggi hati menjulang selangit</p><p>Sakit rasanya meruntuhkan ego</p><p>Ingin rasanya ikut riuh</p><p>Aku adalah begini aku adalah begitu</p><p>Ikut menjadi mulut-mulut yang basah oleh status dunia semata, di antara mulut-mulut yang ribut mengakui dirinya terhormat.</p><p><br /></p><p>Lantas aku bungkam</p><p>Jariku gemetar menahan diri</p><p>Untuk apa aku ikut berisik ya, Ayah? </p><p><br /></p><p>Toh kelak hidup ini hanyalah penggalan sunyi di dalam tanah. Sepertimu yang telah damai bersama-Nya. Iya, kan Ayah? </p><p>Tangerang, 5 okt 2023 </p><p>*ketika insecure merajalela</p><p><br /></p>Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-19372150915766553062023-07-08T21:24:00.002-07:002023-07-08T21:24:33.368-07:00Puisi - Selayaknya Tak Perlu Cinta<p> Judul : Selayaknya Tak Perlu Cinta</p><p>Karya : Achi TM</p><p><br /></p><p>Selayaknya memang tak perlu dirayakan </p><p>Hari pernikahan itu, yang menjadi awal seteru</p><p>Kisah cinta, romantisme dan asmara hanya datang di sela amarah. Menyusup perlahan saja kemudian hilang disekap air mata. </p><p><br /></p><p>Selayaknya memang tak perlu dirayakan pernikahan itu. </p><p>Karena kelambu malam pertama</p><p>Atau bunga bunga yang segar menjelma layu seperti rinduku atas kelembutan mu</p><p><br /></p><p>Selayaknya memang tak perlu dirayakan pernikahan itu</p><p>Meski tahun berganti, angka dibuka dan ditutup, usia dilewati dan ditiup </p><p>Tak mengubah apa apa soal cinta kita</p><p>Aku masih dengan cangkang kosong yang merindu kasihmu</p><p>Kamu masih dengan bara yang menolak bahagia </p><p><br /></p><p>Pun ketiga pasang cahaya mata yang hadir tak membuat kita Seiya sekata dalam segala hal. </p><p>Bentakanmu</p><p>Tatapan bengismu</p><p>Kebencianmu</p><p>Berpadu dengan cinta dan kasih sayangmu</p><p><br /></p><p>Tapi</p><p>Bak </p><p>Air susu</p><p>Tercampur air parut</p><p>Akan membuat air itu keruh</p><p>Tak bisa kunikmati</p><p><br /></p><p>Pun </p><p>Sajian cintamu </p><p>Penuh onak duri</p><p>Tak mampu kukunyah</p><p>Tak sanggup kutelan</p><p>Rongga hatiku tetap kosong</p><p>Hampa</p><p>16 tahun berjalan </p><p>Dan aku masih menghitung usia yang sia sia </p><p><br /></p><p>Menyesali bunga yang kau selipkan di jemariku, tak lantas mengubah hidup ini. </p><p><br /></p><p>Aku akan menunggu</p><p>Ketiga cahaya mata kita berpendar terang di angkasa</p><p>Kelak mereka akan menunjukkan jalan padaku</p><p>Kemana aku harus keluar dari kemelut pernikahan </p><p><br /></p><p>Mereka akan membentangkan jalan padaku</p><p>Memberi aku ruang untuk mengenali diriku yang dulu </p><p><br /></p><p>Yang hilang sejak aku bertemu denganmu</p>Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-29809666185546762172023-07-03T19:10:00.006-07:002023-07-03T19:10:55.087-07:00Puisi - Menggantung Malam<p> Menggantung Malam</p><p>Oleh : Achi TM </p><p><br /></p><p>Puisi </p><p><br /></p><p>Aku ingin mati dalam kenangan masa lalu</p><p>Berhenti di situ</p><p>Saat kita tertawa dengan lepas </p><p><br /></p><p>Berbaring di kasur dingin</p><p>Menatap langit kamar yang bolong</p><p>Seraya mengupas hal hal remeh </p><p>Tak ada perdebatan</p><p>Atau bentakan</p><p>Ringan saja cerita kita</p><p>Sampai mata sulit terlelap</p><p>Sampai janji saling menua</p><p><br /></p><p>Sayang</p><p>Aku masih hidup</p><p>Dalam deru marahmu</p><p><br /></p><p>***</p><p>Buat kamu </p><p>Yang merasa lelah atasku</p>Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-67970362171997585352022-09-21T08:11:00.000-07:002022-09-21T08:11:03.922-07:00<p> Sudah di fase tidak punya kata-kata lagi untuk diucapkan.</p><p>Ada banyak masalah yang kemudian aku simpan sendiri saja dan enggan membagi kepada siapa pun. Kepada teman atau media sosial. Tapi ternyata aku butuh sarana untuk berbagi kesedihan dan air mata. Anak-anakku sudah semakin besar. Mereka bisa memahami bahwa ibunya sedang terluka dan menangis. Tak bisa lagi dibohongi dengan kalimat : perut mama sedang sakit, mau PMS atau sekedar mata kelilipan. Mereka tahu mama menangis karena tersakiti. Mereka tahu air mata mama keluar setiap hari. </p><p>Ingin mencurahkan isi hati tapi aku tahu setiap orang memiliki lukanya sendiri-sendiri. Aku pikir setelah semakin tua, aku bisa semakin kuat menghadapi hidup tapi nyatanya ada seseorang yang selalu membuat aku rapuh. Seorang teman pernah berkata : Jangan mengumbar kesulitanmu di media sosial, kau tidak tahu berapa banyak orang yang akan bersorak sorai atas penderitaanmu. </p><p>Aku hanya menuliskannya di blog ini. Aku tak yakin blog ini dibaca oleh banyak orang. Aku hanya ingin mencurahkan sedikit kesedihanku. Aku merasa sedang sakit. First, aku memang sakit keras tahun kemarin. DBD dan komplikasi hipertensi membuatku nyaris kehilangan nyawa. Efeknya aku terkena pembengkakan jantung dan diminta minum obat hipertensi setiap hari untuk mengontrol agar jantungku tidak semakin bengkak. Setahun lewat 6 bulan sudah. Tapi lambat laun seseorang itu terbiasa dengan rasa sakitku, orang-orang tak lagi memberi perhatian ketika kukatakan : jantungku sakit. </p><p>Itu mungkin sekedar terdengar sepertinya, hidungku gatal. </p><p>Sehingga aku berhenti mengatakan jantungku sakit saat aku kesakitan dan badanku jadi sangat lemah karenanya. Balitaku terus memintaku bermain, meski kukatakan jantung mama sakit dan butuh istirahat, dia tak memahami hal itu. Ketakutan terbesarku adalah, aku kena serangan jantung dan tidak punya cukup waktu untuk memberitahu orang-orang bahwa aku sekarat. </p><p>Tapi aku berharap, tulisanku sudah cukup banyak dan cukup untuk menjadi amal jariyahku di masa depan. Aku berharap demikian. </p><p>Secara fisik aku sudah lelah. Secara mental pun aku sudah lelah. Aku ingin meminta dukungan orang-orang terdekatku tapi aku tahu, sebagian besar merek sedang punya masalah. Rasanya terlalu remeh jika aku menceritakan bahwa aku sakit, aku lelah, aku kehilangan semangat bekerja. Aku nyaris kehilangan motivasi untuk menulis lagi. Tapi aku berusaha untuk terus menulis meski tertatih mengerjakan naskah novelku. </p><p>Aku sudah di posisi memberikan bimbingan dan support kepada murid-murid menulisku. Tapi aku sadar, tak ada lagi yang memberikan semangatku untuk menulis. Untuk sekedar mengatakan sudah halaman berapa sekarang? Kecuali editor yang 3 bulan sekali mengirimi pertanyaan : sudah selesaikah naskahnya? Tapi naskahnya belum selesai. Aku dihdang kembali dengan pekerjaan menulis skenario yang memang aku butuhkan untuk mencari nafkah bersama suamiku. Tapi percayalah aku sedang kehilangan semangat. </p><p>Semangat itu aku dapatkan jika ada pembaca atau penonton yang memberikan komentar positif terhdap karya karyaku. Terima kasih, kalian memperpanjang napas kepenulisanku sekali lagi. Aku tidak akan berhenti dalam sekejap sampai nyawa ini benar-benar diambil oleh-Nya.</p><p>Tapi sungguh, aku ingin curhat sesekali. Ingin meluapkan rasa ini. Kesedihan ini. Ingin memberitahu dengan lantang bahwa aku ingin dicintai dengan layak. </p>Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-9010381649965631002020-11-01T17:07:00.000-08:002020-11-01T17:07:01.647-08:00Aku Penanam Bibit Kata <p> Terkadang aku merasa, Allah SWT menciptakan aku ke dunia ini memang untuk membimbing penulis-penulis baru. Karena banyak penulis yang semula seperti benih di tanganku, kemudian melesat jauh melintasi awan-awan di angkasa. Aku masih seperti petani yang berdiri di atas tanah, menemukan bibit-bibit baru dan menanamnya. </p><p><br /></p><p>Tahun 2007, baru sebulan menerbitkan novel perdana, aku sudah ingin berbagi semangat dan ilmu kepenulisanku kepada banyak orang. Aku membuat pelatihan menulis sendiri. Benar-benar mengurusnya sendiri. Bekerja sama dengan sebuah sekolah, setiap hari ke sekolahan itu untuk promosi dari kelas-ke kelas, tidur di ruangan OSIS, bergaul dengan anak-anak OSIS-nya. FYI, sekolah ini pun bukan almamater aku. Karena saat aku menawarkan ke sekolahan SMA-ku, aku ditolak mentah-mentah. </p><p><br /></p><p>Aku masih ingat nama sekolah yang menerimaku untuk mengadakan kelas menulis pertama kali adalah SMA PGRI 109 Di Tangerang. 3 Bulan lebih persiapan. Mengundang sekolah-sekolah lain juga ikut serta. Biayanya murah meriah hanya 15 ribu saja. Habis untuk bayar narasumber (selain aku ada 2 narsum lainnya), makan siang, snack, panitia dan untung saja dapat sponsor yang mau memberikan notes lucu dan pulpen kepada peserta. </p><p><br /></p><p>Ada kepuasa batin saat kulihat ada yang bisa menulis dari sana. Dua di antaranya kemudian menjadi penulis, mencari nafkah dari menulis. Lalu tahun 2009, bersama Alm Ayahku, membentuk RUMAH PENA TALENTA. Pesan ayah, didiklah penulis-penulis baru sehingga mereka menemukan bakat mereka. </p><p><br /></p><p>11 Tahun sudah mengajar, nyaris setiap bulan selalu buka kelas. Mulai dari kelas privat, rombongan, atau kelas tertutup. Apa artinya ilmu sudah seluas samudera? Tidak begitu. Justru setiap aku mengajar, aku mendapatkan ilmu baru. Setiap aku mendapat pertanyaan kasus-kasus masalah kepenulisan, aku belajar hal baru. </p><p><br /></p><p>Kini aku belajar platform. Setiap hari oprek sana-sini, promo sana sini untuk tahu seperti apa, bagaimana dan celah seperti apa agar bisa sukses di platform-platform lokal. Begitu tahu, aku langsung share ke teman-teman di grupku. Karena aku senang melihat penulis-penulis baru bertumbuh. </p><p><br /></p><p>Ada selip haru melihat anak SMP yang dulu datang malu-malu ke Rumah Pena untuk belajar menulis denganku, kini sudah jadi narasumber seminar. Ada semangat baru ketika melihat murid Rumah Pena yang dulu belajar menulis skenario kini sudah memenangkan perlombaan skenario. </p><p><br /></p><p>Sungguh, dulu aku bertanya-tanya untuk apa aku dilahirkan Ya Allah? Kini aku tahu, mungkin ini salah satunya. </p><p><br /></p><p>Aku mungkin tak pernah Engkau takdirkan jadi penulis melegenda. Tapi jalan-Mu mengijinkanku membuka jalan panjang membentang bagi penulis baru. Jalan mereka yang masih luas di depan sana dengan imajinasi-imajinasi yang masih merekah, segar dan insya Allah membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin dalam naskah mereka. </p><p><br /></p><p>Sementara aku mungkin jalan di tempat, renta, penaku menua.</p>Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-82132663701067525282020-04-30T08:34:00.000-07:002020-04-30T08:50:09.092-07:00Dua Juta Dalam Doa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><i><b>Kebaikan Berbagi</b> akan terus mengalir meski kamu dalam masa sulit. </i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Malam itu, pertengahan Ramadhan tahun 2019. Seorang
mahasiswa datang bertamu ke rumah saya, membawa proposal pengajuan donasi
santunan yati<a href="https://donasi.dompetdhuafa.org/" target="_blank">donasi.dompetdhuafa.org</a>m dan dhuafa. Sudah dua tahun terakhir, saya dan suami menjadi donator
tetap dalam setiap santunan yang diadakan oleh kampusnya. Namun tahun 2019,
adalah tahun terburuk kami dalam keuangan. Kontrak novel saya yang seharusnya
dibeli oleh PH dan dibayar April 2019 harus dibatalkan sepihak. PH melanggar
perjanjian yang sudah tertera di kontrak dan kami tak punya cukup daya dan
upaya untuk mempermasalahkannya ke ranah hokum. Naasnya, kami sudah terlanjur
membeli 200 novel dari penerbit yang rencananya akan kami bayar dari uang pembelian
right film novel dari PH. Rupanya manusia memang hanya berencana, Allah yang
berkehendak. Alhasil kami harus menggunakan uang tabungan kami untuk membayar
novel yang sudah terlanjur dibeli. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tentu saja, menjual novel dalam waktu singkat bagi saya bukan
hal mudah. Saya belum menjadi penulis sehebat itu yang membuka PO Novel dalam
sekejap 1000 eks terjual. Semua tabungan digunakan untuk membayar novel ke
penerbit, maka biaya hidup sehari-hari kami gunakan dari jualan novel yang
sudah dibeli. Saya dan suami adalah penulis freelance. Kami menulis skenario
dan buku. Maka harus pandai-pandai mengatur keuangan. Rupanya awal tahun 2019,
kami harus salah perhitungan juga. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Mahasiswa itu masih menunggu di sofa ruang tamu. Saya
menghela napas panjang lalu mengambil novel terbaru saya dari dalam kardus
besar yang diletakkan di sudut ruang tamu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Tahun ini, saya ngga punya uang. Tapi saya mau sedekah,
silahkan bawa 10 novel terbaru saya ini. Harga normalnya 80 ribuan. Kamu jual
saja 50 ribuan, mudah-mudahan ada yang mau beli.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Awalnya, mahasiswa itu ragu-ragu menerima novel yang saya
berikan tapi akhirnya dia menerima dengan optimis. Yakin pasti ada yang beli.
Saya hanya minta didoakan semoga rejeki saya dilancarkan. Setelah mahasiswa itu
pamit dan menghilang di balik pintu gerbang, saya mengelus perut saya yang
mulai membuncit. Ya, bertepatan dengan pembatalan kontrak penerbit saya
mendapat sebuah kenyataan jika saya hamil 2 bulan. Masya Allah nikmat mana lagi
yang mau kamu dustakan? Saya tetap mensyukuri hadirnya janin ini. Anak ketiga
saya. Meski dokter mengatakan bahwa saya kena Toksoplasma dan harus melakukan
sesi pengobatan yang cukup mahal setiap pertemuannya. Itu pun tak ada jaminan
bayi saya lahir dengan sempurna. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tak terbayangkan, berapa banyak tangis saya. Bahkan untuk
berobat ke dokter pun saya berjualan macam-macam barang. Suami sedang tidak ada
pekerjaan menulis skenario. Bukan berarti ia tak berusaha, sudah sangat keras
usahanya tapi entah kenapa setiap program TV yang hendak ia ikuti selalu batal
atau gagal. Saya mencoba berbaik sangka kepada Allah. Di sinilah ujian berbagi
dimulai. Tapi saya yakin <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">kebaikan
berbagi</b> selalu ada. Alhamdulillah, novel itu laku dan semua hasil
penjualannya disedekahkan. Allah langsung membayar kebaikan berbagi saya.
Seorang sutradara, menawarkan saya untuk menulis novel autobiografi ibunya. Meski
dengan harga kecil dan baru dibayar setengah dimuka, tapi cukup untuk saya dan
suami melewati sisa ramadhan, idul fitri dan tentu saja membayar <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">zakat</b>. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Namun setelahnya, tak
ada lagi pekerjaan menulis yang menghasilkn uang untuk saya dan suami saya. Salah
satu klien menulis saya menghubungi saya dua bulan setelah ramadhan, ia mengajak saya
untuk menulis artikel di bulletin masjid yang sedang dia buat. Bulletinnya
gratis untuk umat, ujarnya. Dia bercerita kalau sedang membuat Rumah Tahfidz,
dia menggelontorkan banyak uang untuk itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“Umur gue udah 38
tahun, rasanya dunia udah cukup gue raih. Gue lagi mau ‘<i style="mso-bidi-font-style: normal;">berdagang’</i> sama Allah, dagang sama Allah ngga bakalan rugi. Udah
saatnya lebih banyak ngeluarin duit buat akherat,” katanya membuat jantungku
berdegup kencang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Dia memang pengusaha
muda yang sukses. Sedekahnya kencang, karena dia tahu kebaikan berbagi tak akan
pernah pudar selama hayat di kandung badan. Mendengar ceritanya saya mau sekali
ikut berbagi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Jadi berapa harga satu
artikelnya, Chi?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Mas, saya juga mau
coba ‘<i style="mso-bidi-font-style: normal;">berdagang’</i> sama Allah, mas. Saya
akan nulis artikel gratis, mas untuk bulletinnya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> “Masya Allah, bener,
nih?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Saya menjawab, saya
sedang tak punya uang lebih. Sebenarnya butuh banget uang hari iu. Makan pas-pasan, buat biaya periksa janin, biaya
PKBM anak saya yang homeschooling, biaya kursusnya dan lain sebagainya itu
kadang masih kurang. Maka saya sedekah pakai kemampuan saya saja.
Alhamdulillah, sudah lebih dari 6 artikel bulletin yang tayang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Begitu kita berbagi,
maka <b>kebaikan berbagi</b> itu akan segera datang kepada kita. Saya ‘hanya’ sanggup
sedekah tulisan tapi Allah SWT membalasnya bertubi-tubi. Pertama melalui tangan
beberapa orang, Allah memberikan saya pekerjaan sebagai pembicara/narasumber
dalam acara-acara pelatihan menulis. Masya Allah meski hanya dibayar 1,5 juta
atau 2 juta sekali isi pelatihan, sudah saya dan suami syukuri. Sebulan bisa
2-3 kali pelatihan menulis. Dengan uang 5-6 juta dan hidup di kota Tangerang,
bersebelahan dengan DKI Jakarta tentu uang segitu sangat pas-pasan tapi tetap
kami syukuri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyQh5mVmU3V8911rd3x8VjWYPrVW1ge7d-K9QHzBxHx0ve6tZiGThg4Y2vEC5Qzmyv7sC5XkxT_uizCUgblhYxaZS9xAZt29FThiyjaRro-CGXOGedBxS268yvFtdMFLxBjXwmhXOUQ6o/s1600/foto+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyQh5mVmU3V8911rd3x8VjWYPrVW1ge7d-K9QHzBxHx0ve6tZiGThg4Y2vEC5Qzmyv7sC5XkxT_uizCUgblhYxaZS9xAZt29FThiyjaRro-CGXOGedBxS268yvFtdMFLxBjXwmhXOUQ6o/s320/foto+3.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Puncaknya sampai suatu
hari, saya dapat surat peringatan dari PKBM tempat anak saya belajar karena
belum melakukan pembayaran selama 6 bulan sebesar 2 juta rupiah. Ya Allah uang
darimana sebanyak itu? Ketika keadaan begitu sempit, jumlah 2 juta sangatlah
besar. Sementara bayi di kandungan saya sudah siap untuk dilahirkan. Saya
meminta keringanan kembali dari pihak PKBM tapi hanya bisa melakukan pembayaran
dua kali saja. Akhirnya saya sempat sampaikan di grup orang tua murid bahwa
kemungkinan anak saya tidak ikut UAS. Semalaman saya menangis dan memohon
kepada Allah. Darimana saya bisa dapat uang 1 atau 2 juta dalam waktu singkat? Allah
Maha Besar dengan segala kehendak-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Esok pagi selepas
shalat shubuh, saya mendapat pesan WA dari admin PKBM kalau biaya PKBM anak
saya sudah dibayarkan oleh salah satu orang tua murid yang tidak mau disebutkan
namanya. Allahu Akbar. Hati saya menghangat. Pagi itu saya menangis. Saya
meminta info siapa nama orang tua murid itu, rupanya memang benar-benar
dirahasiakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Hati saya bergetar.
Belum pernah saya mendapatkan bantuan sebesar itu. Sungguh saya merasakan
dipeluk seolah ‘dipeluk’ oleh Allah SWT. Sangat dicintai. Benarlah memang
memintalah dan memohon hanya kepada-Nya saja. Maka saya berdoa, Ya Allah jika
engkau memberikan hamba kelebihan rejeki. Maka hamba akan sebarkan <b>kebaikan
berbagi </b>ini. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Kebaikan harus disebar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBImZzwEGOqDzAlBR3nOUjuSbnviCEJfRj_RAqj8TzU4CPitHlSo5mnH8UcYFO0mcCV3-xTF1DCmEVtd7QbjgAHBPB2uiOrmtS7ZvcO9wuX4U4iGEbCYoKWvcLIfeotffmFBr4sKmLt2A/s1600/foto+BLOG.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="770" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBImZzwEGOqDzAlBR3nOUjuSbnviCEJfRj_RAqj8TzU4CPitHlSo5mnH8UcYFO0mcCV3-xTF1DCmEVtd7QbjgAHBPB2uiOrmtS7ZvcO9wuX4U4iGEbCYoKWvcLIfeotffmFBr4sKmLt2A/s320/foto+BLOG.jpg" width="192" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Saya tidak menunggu
Allah memberikan kelebihan rejeki untuk menyebar kebaikan itu kembali. Tepat sebelum saya melahirkan, seorang teman
meminta bantuan cameramen tim film pendek saya untuk proyeknya. Jika saya mau
mengambil keuntungan, saya bisa menjadi makelar. Tapi tidak saya lakukan karena
saya yakin jika membuka pintu rejeki orang lain, maka pintu rejeki kita akan
dibuka oleh Allah. Tahun 2019, proyek film pendek kami juga mandek karena saya
sendiri kesulitan keuangan. Terlebih cameramen saya juga orang tak berpunya
yang butuh makan. Maka saya sambungkan keduanya. Masya Allah… kasih sayang Allah
tak ada duanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Selang beberapa minggu
setelah saya lahiran dan cameramen saya mendapat banyak uang dari pekerjaan
barunya. Allah memberikan pekerjaan untuk suami saya. Seorang teman yang sudah
lama tak berkabar, mengajak menulis bareng. Hanya dalam kurang dari satu bulan,
suami saya mendapatkan proyek menulis bernilai lebih dari 50 juta. Masya Allah
kami sudah senang dan bersiap untuk segala rencana jalan-jalan dan pulang kampong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Qadarullah, covid-19
datang masuk ke Indonesia di awal bulan Maret. Bertepatan dengan seperempat honor suami
saya yang cair. Uang yang semula akan digunakan untuk jalan jalan dan pulang kampong
pun harus kami simpan baik-baik. Semakin hari, berita covid-19 semakin
mengkhawatirkan. Orang orang terdekat kami mulai mengalami masalah masalah keuangan.
Saat inilah, saya teringat pada janji kebaikan yang harus disebarkan ketika
mendapat bantuan 2 juta rupiah dari hamba Allah. Maka saya dan suami memutuskan
untuk membantu teman-teman dekat dan saudara yang terkena dampak covid-19 ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Termasuk membantu adik saya uyang merupakan salah satu kontributor artikel di <a href="https://donasi.dompetdhuafa.org/" target="_blank">donasi.dompetdhuafa.org</a> untuk melancarkan pernikahannya pada tanggal 23 April 202 kemarin. Tentu saja tidak banyak karena honor suami pun belum sepenuhnya turun. Meski
begitu, kami bersyukur di saat kondisi seperti ini Allah SWT limpahkan rejeki
dan kecukupan meski kami hanya diam di rumah saja. Dialah sebaik-baiknya
pembuat rencana. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Yakinlah, dalam keadaan
lapang atau sempit, kebaikan berbagi tak pernah kehilangan tempat. <span style="mso-spacerun: yes;"> Semakin sering kita menyebar kebaikan, semakin banyak kebaikan yang akan datang pada diri kita. </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> "</o:p></span><b style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: red; font-family: Montserrat, roboto; font-size: 14px; text-align: left;"><i style="box-sizing: border-box;">“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”</i></b></div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTPYrW6d7lqKzPVtbftDRYBoaaPs_88wOcSP-AQrFn6cyRYWuDoXSAve1wV8yXoLFax8mQlfwTn06DAkBIAByGS5DJykFypTkWAcyrcwRYzKuJPvsZgXRhWIErziSi9DQ6CcS4vbi1QI/s1600/FOTO+BLOG+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTPYrW6d7lqKzPVtbftDRYBoaaPs_88wOcSP-AQrFn6cyRYWuDoXSAve1wV8yXoLFax8mQlfwTn06DAkBIAByGS5DJykFypTkWAcyrcwRYzKuJPvsZgXRhWIErziSi9DQ6CcS4vbi1QI/s320/FOTO+BLOG+2.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #7a7a7a; font-family: Montserrat, roboto; font-size: 14px; text-align: left;">#MenebarKebaikan</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #7a7a7a; font-family: Montserrat, roboto; font-size: 14px; text-align: left;">#LombaBlogMenebarKebaikan</b></div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-39467889467379895862019-12-14T23:15:00.000-08:002019-12-14T23:15:56.335-08:00Yakin Anakmu Baik-Baik Saja?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yakin Anakmu Baik-Baik Saja?<br />
<br />
Saat anak pertama usia 1 tahun, saya rajin ikut kegiatan parenting. Bukan hanya seminar tapi juga workshop parenting untuk guru guru paud meski saat itu saya belum jadi guru paud. Semua atas dorongan mama saya, katanya supaya saya paham mendidik anak. Saya jalani berbagai seminar dan workshop Alhamdulillah banyak ilmu yang saya dapat untuk membesarkan anak saya.<br />
<br />
Anak pertama saya, Abiy Alhamdulillah anak yang mudah dididik. Bisa diajak main mainan edukatif, mampu main puzzle ukuran kecil usia 3 tahun, mampu main catur lawan orang dewasa usia 4 tahun, bisa diatur, bisa dinasehati, bisa diajak diskusi pokoknya lempeeeng.<br />
<br />
Waktu punya anak kedua, Arkan, saya sedang sibuk sibuknya jadi narasumber seminar menulis di berbagai tempat. Waktu dia masih menyusui, saya bawa dia kemana mana karena dia tidak mau susu formula. Tapi ketika ada event event pelatihan/penjurian yang mengharuskan saya menginap selama 3 hari bahkan sampai 6 hari, akhirnya saya tinggalkan Arkan. Saat Arkan usia 3 tahun, hampir sebulan sekali saya tinggalkan dia untuk menginap di hotel. Sampai kemudian saya mendapati anak saya main game dan nonton YouTube terus menerus sampai lebih dari 8 jam.<br />
<br />
Saya tahu ini kesalahan saya, saya pun mulai mengatur jam dia main game dan mulai berusaha mengajarkan dia mainan edukatif seperti yang dulu saya ajarkan ke abangnya. Tapi dia sama sekali tidak paham cara bermain mainan edukatif, tidak bisa menyusun puzzle bahkan ngga ngerti memasang Lego ukuran besar. Saya mulai stress dan kesal karena dia ngga seperti abangnya. Sempat khawatir kalau dia teernyata anak bodoh 😭😭 Dia tantrum terus menerus.<br />
<br />
Jurus menenangkan tantrum ala abangnya sudah saya lakukan yaitu abaikan saja, keinginannya ngga usah dipenuhi kemudian alihkan dengan kegiatan lain. Mengatur Abiy ya semudah itu, paling 10 menit selesai. Tapi tantrumnya Arkan bisa sampai 2 jam dan semua barang dibanting sama dia. Ngamuk luar biasa, kalau abangnya dipeluk sudah tenang, dia dipeluk tambah meradang.<br />
<br />
Masalah hape mudah dikendalikan, tidak perlu kaish dia hp. Beres tapi yang terjadi dia gampang marah, uring2an, tantrum, semua kegiatan edukatif di rumah yang saya berikan tak bisa dia lakukan. Bahkan dia tidak suka saya bacakan buku. Lagi lagi saya membandingkan dengan abangnya.<br />
<br />
Ada apa dengan anak kedua saya? Kalau dari yang saya pelajari, ada yang salah dengan perkembangannya. Seharusnya umur 3 tahun dia sudah bisa menyusun puzzle sederhan, bisa menyusun Lego/balok. Akhirnya saya memutuskan untuk tes sidik jari demi mengetahui seperti apa anak saya (meski banyak yang meragukan metode ini) tapi saya terbantu.<br />
<br />
Anak saya ternyata tipe anak kinestetik. Kebutuhan nya adalah berlari dengan kaki, bermain dengan tangan, banyak berbicara dengan mulutnya. Psikolognya berkata, kalau mau dia konsentrasi bermain, ajak dia ke taman. Habiskan energinya dulu. Lalu saya terapkan. Setiap hari ke taman, tapi bukan energi dia yang habis melainkan energi saya.<br />
<br />
Pulang dari taman, hatinya Arkan riang, masih sanggup dia bermain lagi. Main air, main lari larian dekat rumah dan sebagainya. Malam harinya baru dia agak redup, mulailah saya ajak main mainan edukatif, saya bacakan buku, pelan pelan. Amazing dia mau dan bisa.<br />
<br />
Saya senang, setiap hari begitu. Setelah energinya dihabiskan sepanjang pagi sampai sore, malamnya dia memperlihatkan hal hal amazing buat saya. Ternyata dia cerdas. Tapi dia masih tantrum. Kemudian saya ke psikolog kedua, penjelasan nya sama. Anak saya kinestetik, kebutuhan geraknya tinggi tinggal difasilitasi dan berlatih membuat kesepakatan dengannya supaya dia tidak tantrum.<br />
<br />
Saya lakukan semua nasehatnya. Karena psikolog kedua susah ditemui (beda kota) akhirnya saya ketemu psikolog ketiga. Kurang lebih sama penilaian mereka, psikolog ketiga ini banyak support saya dan memberikan saya masukan.<br />
<br />
3 tahun terakhir yang lumayan melelahkan buat saya. Karena saya harus punya stok seribu sabar hehee. Yang paling berat adalah menurunkan waktu bermain hp/menontonnya. Dari yang 8 jam sehari sekarang hanya 40 menit sehari. Saya tidak pakai metode games Sabtu Minggu karena buat saya susah saya jaga ritmenya.<br />
<br />
Saya tidak masukkan Arkan ke PAUD sampai 3 bulan yang lalu ketika usianya 6,5 tahun. Perkembangan Arkan selama belajar dengan saya juga pesat, sudah bisa konsentrasi main Lego (bikin rancang bangun), bisa menggambar, menggunting, menulis sendiri, menari, bernyanyi, berhitung cepat, bahkan dia sekarang bisa bikin animasi (yang dulu saya berpikir Arkan tak mungkin bisa melakukan nya) oh iya dia gampang belajar berenang karena anak kinestetik, di kolam pun ga bisa diam. Main cemplung aja. Makanya suka was was kalau dia berenang sendirian.<br />
<br />
Saya tidak susah2 mengajarinya. Cukup bawa dia ke taman, biarkan dia bermain. Atau kita jalan jalan ke Playground, atau main kemah2an, pokonya habiskan energi dia. Saya pernah memberikan 1 buku latihan anak paud dan dia kerjakan dalam waktu 30 menit saja, semuanya benar. Setelah itu dia bosan dan merengek mau pergi ke suatu tempat.<br />
<br />
Pada masanya ketika dia puas main main, 3 bulan yang lalu dia minta sekolah ke paud. Saya fasilitasi.<br />
<br />
Ayah bunda, kalau menemukan hal hal janggal seputar perkembangan anak bunda segera teliti apa yang salah. Yang pertama harus dilakukan adalah tarik ponsel dari tangannya. Meski dia hanya mendengar video klip atau lagu lagu saja di hapenya, tapi kalau dilakukan terlalu lama justru menghambat perkembangan nya. Ada 6 aspek perkembangan anak dan semua ada waktu waktunya. Kalau anak tidak berkembang saat waktu yang ditentukan, jangan termakan ucapan orang : setiap anak berbeda perkembangan nya.<br />
<br />
Ya memang tiap anak berbeda perkembangan nya, tapi ada batas waktu maksimal yang harus diperhatikan. Apakah anak saya baik baik saja? Normalkah? Turunkan ego bunda, tepiskan rasa malu dan gengsi. Pergilah ke psikolog. Tidak mahal kok, akan lebih mahal rasanya kalau kita telat memfasilitasi tumbuh kembang anak kita. Apalagi langsung menitipkan anak ke sekolah TK tanpa mendampingi proses tumbuh kembangnya.<br />
<br />
Setiap anak berbeda dan istimewa'<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrcCF22aTzRv8_WoZgy4JglVXyRUwZfCx30SXzSNF712YIS6__QgsDTluO32GRNhsnrL8YPy36rgeB4COgv7TdPn7lY_6xEjCcW7keppbhcFMcW7VssKFqlfSQgG5ua-SUs5OG1wfL0vw/s1600/IMG_20191005_165741.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrcCF22aTzRv8_WoZgy4JglVXyRUwZfCx30SXzSNF712YIS6__QgsDTluO32GRNhsnrL8YPy36rgeB4COgv7TdPn7lY_6xEjCcW7keppbhcFMcW7VssKFqlfSQgG5ua-SUs5OG1wfL0vw/s320/IMG_20191005_165741.jpg" width="180" /></a></div>
<br />
<br /></div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-18777084911225135762019-08-16T00:59:00.002-07:002019-08-16T00:59:56.785-07:00Saya Tidak Memaksa Anak Saya Untuk Berbagi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saya Tidak Memaksa Anak Saya Untuk Berbagi<br />
<br />
"Ayo, dek mainannya dikasih pinjem temen kamu. Kamu jangan pelit."<br />
<br />
Si adek tidak mau tapi tetap dipaksa berbagi oleh orang tuanya. Kasus lain.<br />
"Kaka kan minta makanan kamu, ayo dibagi," lalu tanpa ijin sang adek, ibu langsung membagi dua makanan yang notabene milik si adek.<br />
<br />
Saya pikir dulu, mengajarkan anak berbagi harus sejak usia dini. Kalau perlu sejak dia usia 1 tahun. Tapi ternyata setelah belajar parenting di komunitas HS, terkuaklah bahwa anak usia 1-3 tahun tidak perlu diajarkan berbagi. Karena fase umur itu adalah fase mereka egois dengan barang mereka sendiri dan sebaiknya biarkan mereka puas merasa memiliki. Cmiiw ya soal fase ini.<br />
<br />
Ketika anak kedua saya berumur 4 tahun saya baru dapat ilmu ini. Cara cara saya mengajarkan anak pertama saya berbagi, ternyata salah. Akhirnya saya terapkan ilmu baru pada anak kedua saya. Apa itu?<br />
<br />
Yaitu belajar kepemilikan. Wah bagi saya ini ilmu baru soal kepemilikan. Hal yang disepelekan tapi rupanya punya dampak besar.<br />
<br />
Jadi sejak kecil jangan langsung diajarkan harus berbagi tapi ajarkan kepemilikan.<br />
<br />
Ini makanan kamu. Ini milik kamu. Kamu boleh membaginya dengan orang lain boleh tidak.<br />
<br />
Ini mainan kamu. Ini mainan kakak.<br />
Itu barang ibu. Itu barang kakak.<br />
Kalau kakak minta makanan kamu dan kamu tidak mau kasih, kakak tidak boleh memaksa. Begitu juga sebaliknya. Selama 1-2 tahun pertama dia ogah berbagi sama orang lain. Tidak apa apa batin saya, dia belajar menikmati kepemilikan dia dulu.<br />
<br />
Efeknya ternyata luar biasa buat anak kedua saya. Di umur dia ke-5 saya terkaget-kaget melihat dia begitu mudahnya berbagi pada orang lain. Kalau beli susu kotak dia beli 3, untuk dirinya untuk kakak dan untuk sepupunya. Minggu lalu, teman lama datang ke rumah bawa bayinya. Karena gemas dengan si dedek, anak kedua saya langsung ambil boneka kesayangan nya dan dikasih ke si dedek Bayi itu..benar benar dikasih. Syok sekaligus takjub melihatnya. Padahal setahun lalu, minjemin mainan ke teman aja pelit banget.<br />
<br />
Lalu esoknya lagi dia jajan dengan uang THR nya dan dia bagi bagi makanan ke temannya. Lalu berbagi mainaan ke teman ke abangnya. Dan saya bahagia mengetahui kenyataan bahwa saya tak perlu memaksa dia untuk berbagi.<br />
<br />
Manfaat lain dari belajar kepemilikan. Dia merasa memiliki kamarnya, maka saat kamarnya kotor dia rapihkan sendiri, dia sapu dan dia ganti sprei sendiri tanpa disuruh. Dia juga merapikan mainan sendiri dan menatanya. Karena dia merasa itu miliknya maka secara fitrah dia pasti akan merawat apa yang jadi miliknya.<br />
<br />
Kalau dia merusak milik orang lain dia harus ganti rugi sesuai kesepakatan dengan orang yang barangnya dia rusak. Soal belajar ganti rugi ini juga mengajarkan dia buat tanggung jawab dan akan berhati hati sama barang orang.<br />
<br />
Manfaat belajar kepemilikan lainnya adalah, jadi mudah mengatur dia main gadget.<br />
<br />
Ini, kan ponsel mama. Mama yang punya hak mau berapa lama kasih pinjam kamu. Jadi kalau kita belikan gadget buat anak, wajar kita akan susah kendalikan mereka karena itu, kan milik mereka. Secara naluri mereka akan masa bodo aja, bebas dong punyaku. Kalau kita rampas gadget milik mereka, mereka akan terluka karena merasa hak miliknya dirampok.<br />
<br />
Dengan belajar kepemilikan mudah mengatur anak kedua saya untuk tidak lari larian di rumah orang lagi.<br />
<br />
Ini rumah orang bukan rumah kamu. Kalau ada barang rusak kamu harus ganti rugi. Meski kadang buat bagian ini dia akan jawab : aku larinya hati hati kok. Hufft masih sulit bagian ini. Tapi setidaknya sudah bisa lebih dikontrol.<br />
<br />
Dia juga tidak akan mengambil barang orang lain tanpa ijin. Karena dia tahu nikmat nya memiliki maka dia juga akan paham rasanya kalau milik dia diambil paksa.<br />
<br />
Jadi jangan paksa anak anda berbagi dengan orang lain kalau dia belum mau berbagi. Cukup kita iklan kan sifat berbagi itu dari sikap kita, anak pasti akan mencontoh perilaku kita. Biarkan anak berbagi dengan bahagia.</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-63303633727809611932019-08-05T18:05:00.002-07:002019-08-05T18:05:22.272-07:00Catatan Homeschooling 2 : SUDAH SETAHUN HOMESCHOOLING, INI GAYA SAYA.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saya memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anak kembali alias Homeschooling tepat 1 tahun yang lalu. Tak terasa ya, satu tahun penuh dengan segala cerita naik turun hehehe. Memutuskan untuk HS itu tidak mudah, galaunya saja bertahun-tahun. Setelah mantap HS pun masih sering diterpa oleh kebimbangan, belum lagi kalau teman bertanya kenapa HS? Terus komentari : sayang banget anaknya berhenti sekolah. Atau orang tua dan mertua yang masih sesekali meminta anak-anak buat sekolah. Tapi apa pun itu saya dapat jawaban dari seorang psikolog.<br />
<br />
Kalau ditanya kenapa HS? Jawab saja karena ini pilihan cara belajar saya dan anak-anak.<br />
<br />
Sudah, tak perlu dijelaskan karena begini begitu. Dijelaskan seperti apa pun kalau orang tidak menerima konsep HS pasti akan menentang dan hanya akan mencari debat. Saya menghindari perdebatan. Intinya sekolah itu bagus, HS itu bagus. Metode mana yang tepat untuk diterapkan pada keluarga dan anak-anak itu adalah pilihan setiap keluarga. Karena setiap keluarga punya metode mendidik yang berbeda-beda. Saya tidak mau jelek-jelekin orang yang sekolah karena saya tahu, ada anak-anak yang memang cocok dengan konsep sekolah.<br />
<br />
Sayang sekali, sejauh ini anak-anak saya belum menemukan sekolah yang cocok dengan karakter mereka. Ya, sebelum HS saya konsultasi ke 3 psikolog dan menemukan karakter-karakter anak saya yang tersembunyi. Yang sebenarnya saya tahu tapi saya baru NGEH setelah diselepet sama psikolog wkwkwkw.<br />
<br />
Ada pertanyaan yang nonjok banget dari salah satu psikolog saya : emang kamu HS-in anak buat apa?<br />
<br />
Saya jawab : Ya buat mengembangkan bakat anak-anak saya.<br />
Psikolog : Misalkan anak-anakmu bakatnya main piano, kamu asah terus main piano dia sampai dia jadi masternya master piano, terus apa? Gimana kalau 20 tahun lagi ternyata pemain piano ngga diperlukan? Gimana kalau ternyata 20 tahun lagi, penulis, pemusik, tukang masak dll digantikan sama robot atau mesin?<br />
<br />
Makjleb banget saya bingung jawabnya. Diskusi-diskusi selama beberapa hari sampailah saya pada sebuah kesimpulan bahwa mendidik anak sesungguhnya adalah membuat anak mampu Akil Baligh dengan sempurna. Anak mempunyai daya juang, ngga baperan, bisa bermasyarakat dengan baik, mandiri, bisa mengelola emosi dll. Nah sikap-sikap begitu yang harus diutamakan. Dengan anak punya daya juang, dia akan berjuang untuk beribadah, belajar, memperbaiki diri dll.<br />
<br />
Jadi fokus saya HS selama setahun ini saya tidak membuat jadwal macam-macam. Untuk Abiy (11th) saya masukkan dia ke PKBM, karena tuntutan ortu dan mertua tetap mau dia punya legalitas. Belajar di PKBM online yang hanya seminggu 3 kali @2 jam. Ujian tengah semester ada, ujian akhir semester juga ada.<br />
<br />
Selain urusan belajar di PKBM, saya ngga menuntut Abiy belajar keras. Dia lagi suka bikin game sederhana (coding) dan animasi setahun ini, ya, saya biarkan saja dia kembangkan kesukaannya sambil setiap hari melahap buku-buku. Konsentrasi saya adalah di daya juang dia dan adiknya. Abiy jadi bisa masak sendiri, kalau lapar dan mamanya tidak sempat masak, dia masak telur sendiri. Setahun ini inisiatif dia meningkat, rumah berantakan dia rapihkan, ada yang tidak beres dia bereskan, Abiy juga hanya ikut kursus badminton dan tahsin. Tidak ada jadwal khusus yang membuat saya sebagai ibunya pusing wkwkwkw. Makanya ini HS yang santai buat saya.<br />
<br />
Karena saya tidak memindahkan sekolah ke rumah tapi menciptakan kebahagiaan belajar di rumah.<br />
Abiy tetap main game dan nonton youtube dengan syarat : harus mandi sebelum jam 8 pagi, sebelum jam 1 siang harus setor resensi buku yang dia baca. Ya saya mewajibkan dia menulis resensi pendek setiap hari dan menerjemahkan 3 kata bahasa inggris dari kamus Inggris-inggris, bukan kamus Indonesia-Inggris. Sejauh ini baru itu saja tugas pribadi dari saya. Tugas-tugas PKBM dikerjakan menjelang UTS dan UAS saja.<br />
<br />
Begitu juga dengan adiknya, Arkan. Kalau dia mau sesuatu dia harus berjuang. Misal dia mau mainan A, harga 50 ribu. Saya iyakan dengan syarat kamu harus kumpulkan 20 bintang dari mama, satu bintang harganya 2500. Bintang bisa didapat setelah dia mengerjakan Logico (search aja ya di google apa itu logico wkwkwk). Dia yang kinestetik mau dong mengerjakan logico yang mengharuskan konsentrasi. Wuih awalnya susah bikin dia konsen, 5 bulan pertama treatmentnya adalah diikutkan kelas lego. Karena Arkan ini kinestetik banget. Sampai kemudian bulan 6 HS barulah ketahuan dia suka menggambar dan JAGO meniru gambar. Masya Allah. Jadilah saya fasiitasi dia kertas berim rim dan spidol banyak-banyak.<br />
<br />
Awalnya susah membuat syarat-syarat ini karena kita sebagai orang tua harus konsisten dengan ucapan kita dan harus TEGA melihat anak menangis, kecewa, sedih ketika dia tidak bisa memenuhi syarat dari kita. Karena hidup itu kan memang berjuang wkwkwkw. Arkan ini karena kinestetik dan masih 6 tahun, masih suka tantrum awalnya. Saat main game hanya dibatasi 50 menit sehari dia ngamuk-ngamuk, wah butuh 2 bulan buat konsisten dengerin dia ngamuk sampai akhirnya ya... saat kita bilang waktu habis. Semua langsung nutup ponsel/laptop dan berhenti main game.<br />
<br />
Duh banyak banget yang mau diceritakan soal HS ini. Perjalanan 1 tahun kayaknya ngga cukup hanya dijabarkan di satu post wkwkw. Tapi saya malas ngisi blogspot sih. Ini aja maksain pengen nulis nulis biar ngga lupa huhuhu.<br />
<br />
Dari hasil finger print, Arkan ini ternyata mudah sekali meniru dan kinestetikm jadi kalau mau mengajarkan dia suatu hal, buat energinya habis dulu (kata salah satu psikolognya). Akhirnya ya kami lebih sering jalan-jalan hampir setiap hari minimal ke taman-taman kota Tangerang, thanks pak Walikota udah bikin banyak taman di Tangerang. Memfasilitasi Arkan. Sehari 1-2 jam buat main-main sampai capek, lalu main lagi di rumah, main pasirlah, minta diajarin masak telurlah, minta masak donatlah, pokoknya dia harus capek. Malamnya baru bacain Arkan buku.<br />
<br />
Arkan ini kalau dibacain buku selalu kabur-kaburan, ngga kayak abangnya, jadi saya harus sabar habisin energi dia. Alhamdulillah dengan metode habiskan energi dia di pagi-sore, maka malam harinya dia bisa konsentrasi buat dengerin buku meskipun yaa awalnya dia bosan. Lambat laun, dia ngga bisa tidur kalau belum dibacakan buku. Membacakan buku membuat dia penasaran sama huruf, dan dia pun mulai menanyakan huruf huruf namanya. Saya hanya menuliskan nama ARKAN di atas kertas dan dia meniru hanya dengan sekali goresan, saya saja melongo melihatnya.<br />
<br />
Padahal ABC-Z dia belum hapal wkwkw cuma modal meniru. Nah modal inilah yang saya nikmati, dia beljar banyak dari jalan-jalan. Belajar huruf, angka, warna dari jalan-jalan. Belajar mneghitung duit dari uang ampao lebaran dan semalam saya syok saat dia mengerjakan soal penambahan dan pengurangan matematik dengan cepat dan jawabannya BENAR. Wkwkwkw... jadi 2 tahun lalu saya membeli buku tambah2an dan pengurangan tapi Arkan ga tertarik sama sekali. Tiba-tiba sekarang dia tertarik sama hitung-hitungan. WOWWW.... terima kasih ampao lebaran.<br />
<br />
Jadi semakin percayalah saya bahwa setiap anak sudah ada fitrah belajarnya masing-masing. Fitrah belajar baca-tulis dan matematika Arkan muncul saat usianya 6,5 tahun. Kalau di TK sudah TK B itu, wkwkwkw... tapi saya tidak mengajarkan. Saya hanya menyediakan fasilitas, seperti Logico itu permainan logika dan dasar menulis membaca adalah bermain logika bukan? Thanks Logico (bukan ngiklan karena ngga jualan hahahaha)<br />
<br />
Intinya, saya mencoba memahami karakter belajar anak-anak saya. kalau Abiy lebih konsentrasi belajar dalam ketenangan dan kenyamanan, dia tipe anak rumahan. Beda sama Arkan yang hobinya main keluyuran di komplek dan pengen selalu main ke taman karena butuh menghabiskan energinya. Pernah berminggu-minggu Arkan setiap hari hanya menari ratoe jaroe dari meniru gerakan Asean Games dan saya biarin aja, sih. Asal dia capek wakakakaka.... dan dia belajar hal-hal lain dalam setiap kegiatannya.<br />
<br />
Sekarang dia bilang mau belajar baca Al-Qur'an wah saya sambut dong langsung deh ajakin hapalan, belajar Iqro. Sejak 2 tahun lalu saya coba ajarin dia tapi dia kabur-kaburan terus, ya sudah saya hanya memberikan contoh nikmatnya baca Al-Qur'an. Lama-lama dia merasa itu nikmat dan kepengen belajar. Kalau soal shalat, dia peniru ulung, jadi rajinlah ke masjid meski banyakan mainnya. Toh belum 7 tahun. Tapi beberapa bulan lalu, abangnya sudah mulai mengajarkan dia berwudhu dan gerakan shalat dengan benar, beberapa kali juga saya melhat mereka shalat berjamaah. Duh... emak santai beud deh. Karena Abang Abiy sudah bisa mengajarkan adik.<br />
<br />
Abang Abiy juga yang mengajarkan adik bikin telur dadar enak, ngajarin adik main badminton, ngajarin adik shalat, ngajarin adik bikin animasi wkwkwkw... asyiknya :D<br />
<br />
Ya, baru segini perjalanan HS saya. Masih panjaaang euy. Saya termasuk mama yang susah bikin worksheet atau program program apalah. Kalau ada buku aktifitas yang bisa dibeli ya beli. Karena pekerjaan menulis saja sudah menyita waktu dan tenaga, belum lagi kegiatan menjadi narasumber di sana sini, kegiatan bikin proposal dll. Alhamdulillah sih semua bisa dilakukan di rumah, kalau lagi jadi narasumber di beberapa tempat ya saya ajak anak-anak, karena mereka juga HS. Pekerjaan suami juga menulis naskah, jadi fleksibel deh kemana-mana. Alhamdulillah setelah 4 tahun menolak HS, suami tahun kemarin akhirnya juga mantap buat HS-in anak-anak.<br />
<br />
Satu hal yang saya rasakan luar biasanya HS. Saya dan suami juga dituntut buat belajar, dituntut untuk menjadi lebih baik lagi, belajar parenting lagi lebih giat, belajar sabar, dan yang terpenting adalah belajar menciptakan suasana BAHAGIA di rumah. Kalau nanti Abiy SMP/SMA mau HS jugakah?<br />
<br />
Wah itu belum tahu... tergantung Abiy-nya dan perkembangan dia selanjutnya bagaimana. Kalau ada sekolah yang cocok buat karakternya dengan harga terjangkau ya bolehlah. Kebanyakan sekolah bagus sedikit kan biaya masuknya aja 30 juta wkwkwkw....<br />
<br />
Ternyata nulis 1 blog ini 30 menit. Seharusnya saya bisa lebih rajin ngeblog, nanti kalau ada momen momen lain yang saya ingat, saya akan share. Terima kasih sudah baca blog saya ^^ </div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-31049522953937177932018-09-26T19:57:00.000-07:002018-09-26T19:57:21.421-07:00CATATAN HOMESCHOOLING : First Time<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Catatan Pertama, 27 September 2018<br />
<br />
<img alt="Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, orang berdiri, lapangan basket, anak dan luar ruangan" src="https://static.xx.fbcdn.net/rsrc.php/v3/y4/r/-PAXP-deijE.gif" /><br />
<br />
<img alt="Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, orang berdiri, lapangan basket, anak dan luar ruangan" src="https://static.xx.fbcdn.net/rsrc.php/v3/y4/r/-PAXP-deijE.gif" /><br />
<img alt="Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, orang berdiri, lapangan basket, anak dan luar ruangan" src="https://static.xx.fbcdn.net/rsrc.php/v3/y4/r/-PAXP-deijE.gif" /><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQHD7QH2GrdJLTPl02i3akmvMfbjRGgJedgKaLoic4EEO6NJekXlUb6UdcQ43B96zVbvAZeQpFy1vpQwy7zOopSm1LMhPILkMynd2t6ZOLRT2VkMmFWHK16IShlKRa6V1kmtp5LKI4LU8/s1600/38638488_10156692515605742_9199438709554937856_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="540" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQHD7QH2GrdJLTPl02i3akmvMfbjRGgJedgKaLoic4EEO6NJekXlUb6UdcQ43B96zVbvAZeQpFy1vpQwy7zOopSm1LMhPILkMynd2t6ZOLRT2VkMmFWHK16IShlKRa6V1kmtp5LKI4LU8/s320/38638488_10156692515605742_9199438709554937856_n.jpg" width="180" /></a></div>
<br />
<span style="font-size: x-small;">Foto : Ikut kegiatan JANGKAR OASE 2018</span><br />
<br />
<br />
Saya menulis catatan HS ini semata-mata untuk menjadikan ini portofolio dan pengingat diri sendiri yang pelupa. Anak-anak saya kelak harus tahu bahwa inilah yang menjalankan semasa mereka kecil. Semoga saya bisa konsisten memulai menulis ini.<br />
<br />
Saya bukan ahli parenting, hanya orang tua yang ingin belajar sampai akhir hayat, meski tertatih-tatih. Ingin membersamai anak semaksimal mungkin. Kalau ada manfaat dari catatan ini silahkan dikonsumsi, kalau ngga enak boleh dilepeh hehehe.<br />
<br />
Saya mulai HS tahun ini, memutuskan untuk mengeluarkan anak pertama saya dari sekolah. Abiy sudah naik kelas 4 SD tapi saya putuskan untuk HS. Kenapa? Panjang alasannya. Intinya, sekolah tidak cocok untuk Abiy. Saya tidak mau bilang sekolah itu jelek, nanti malah jadi pro dan kontra. Sekolah itu bagus, HS itu bagus, hanya masalah kecocokan dan kenyamanan saja. Ada anak yang nyaman sekolah dari pagi sampai sore lalu setelahnya kursus lagi sampai malam dan tidak merasa tertekan karena dia enjoy, ada yang merasa tertekan tapi diam saja, ada yang santai-santai saja, dan Abiy tipe anak yang tertekan tapi diam saja. Diamnya cukup lama, sampai kemudian dia meledak dan mengeluarkan keluh kesahnya.<br />
<br />
Jadi sekolah itu bagus, HS itu juga bagus, adalah sesuai kebutuhan masing-masing anak ya. Please gak ada pro dan kontra hahaha....<br />
<br />
Atas usul beberapa teman akhirnya saya membawa Abiy ke psikolog, buat mengenali diri Abiy lebih jauh seperti apa. Sampai pergi ke 3 psikolog berbeda dan memang ternyata dia bukan tipe anak yang tahan dibully, perasa sekali, halus dan bisa belajar dalam kondisi nyaman. Kalau suasana udah ngga nyaman, dia ngga maksimal dalam belajar.<br />
<br />
Mungkin ada beberapa orang tua yang beranggapan, anak dibully harus kuat karena di kehidupan sebenarnya banyak bullyan. Tapi mohon maaf, saya berpijak pada teori : masa kecil anak yang bahagia akan membuat anak menjadi kuat saat dewasa.<br />
<br />
Saya tidak mau memaksa anak saya sekolah dan tidak bahagia. Saya melahirkan anak saya, membesarkannya, bekerja keras untuk dia hidup adalah agar dia bahagia.<br />
<br />
Tentu memutuskan HS bukan tanpa kesiapan. Saya belajar tentang ruasdito dan bagaiman mempersiapkan akil baliq untuk Abiy. Saya memperbaiki konsep yang ada di kepala saya, bahwa mandiri bukan berarti anak ditinggal di sekolah artinya mandiri. Justru banyak anak yang sekolah tapi dimanja, dianterin sampai pintu gerbang, makanan selalu tersedia, dijemput, semua PR diurus orang tua dan lain sebagainya.<br />
<br />
Ketika saya memutuskan untuk HS adalah ketika libur panjang bulan Juni-Juli. Selama 1 bulan itu saya masih dalam pergulatan batin, stress, mau beneran HS-in anak atau batal aja? Mampukah saya? Bisakah saya? Sampai akhirnya saya bertemu dengan Kemah JANGKAR-nya Club OASE (bisa googling). Kemah yang isinya adalah para pegiat HS atau orang-orang yang memang berminat HS.<br />
<br />
Sejujurnya saat mau kemah JANGKAR itu, keuangan saya lagi seret karena banyak honor menulis yang mampet. Tapi hati kecil saya berkata saya harus ikut ini. Saya mau belajar dan saya mau menguatkan hati saya. Karena memutuskan HS tentu saja akan banyak pertentangan dari keluarga maupun masyarakat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrcHXjClgQgmQCB8iBYzQK1JuUrJyEw8iuvxSoLG5mtG7O6liHpXOLX3PvXEPrRTBvDtIrwpMN4pDlML1hPdRu5OMkH_4zFf0JHL3nX7X_bBMLrf_HssW7FPUK854VyImfRGrILeXu1Jo/s1600/39603154_10156726631935742_3317565187631874048_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrcHXjClgQgmQCB8iBYzQK1JuUrJyEw8iuvxSoLG5mtG7O6liHpXOLX3PvXEPrRTBvDtIrwpMN4pDlML1hPdRu5OMkH_4zFf0JHL3nX7X_bBMLrf_HssW7FPUK854VyImfRGrILeXu1Jo/s320/39603154_10156726631935742_3317565187631874048_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8QLeBZQ9VnlhNLA0jOCzivu-XYhXi6F4SlWUs_Iqjfbnh0my4D2xuwepGFXwlzo67SmXNRJo6qlJIUQiXufMgYT3Xaa2tDI4KMxc-QX0gVtn2ElxNtDfxtGTwRy1jCb_fcTMYSVk__ZM/s1600/41680178_10156792751210742_3313174206341971968_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="640" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8QLeBZQ9VnlhNLA0jOCzivu-XYhXi6F4SlWUs_Iqjfbnh0my4D2xuwepGFXwlzo67SmXNRJo6qlJIUQiXufMgYT3Xaa2tDI4KMxc-QX0gVtn2ElxNtDfxtGTwRy1jCb_fcTMYSVk__ZM/s320/41680178_10156792751210742_3313174206341971968_n.jpg" width="256" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf3Jz7VcmVf5oALAb3phntNeD3sSd_awcM4B-zW1k5RB4KlQdmY1S6G3AH9gAMlGFsiiO-jXvj_bfnsfeKCT_tNJIOiKpA_XR9xT5vAhLNIvDEMB8Uz8JkBcU0mTw4WxdWba9aE1a3QS0/s1600/41723603_10156792750690742_6724334320560898048_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf3Jz7VcmVf5oALAb3phntNeD3sSd_awcM4B-zW1k5RB4KlQdmY1S6G3AH9gAMlGFsiiO-jXvj_bfnsfeKCT_tNJIOiKpA_XR9xT5vAhLNIvDEMB8Uz8JkBcU0mTw4WxdWba9aE1a3QS0/s320/41723603_10156792750690742_6724334320560898048_n.jpg" width="256" /></a></div>
<br />
Alhasil dengan kerja rodi yang sangat keras, akhirnya saya bisa bayar biaya kemah yang lebih dari 2 juta itu hehehehe. Alhamdulillah go berangkat ke Kaki gunung gede! Banyak cerita di sana, yang seharusnya saya catat. Tapi nantilah saya tulis dalam catatan sendiri. Intinya di sana saya bahagia, anak-anak bahagia, Abiy pun semakin yakin buat HS saat ketemu dengan teman-teman seumurannya yang HS. Arkan apalagi... dia umur 5 tahun dan memang ngga pernah mau masuk ke TK meski drayu jungkir balik. Btw, Arkan ini ternyata adalah anak kinestetik.<br />
<br />
Ibaratnya, Jangkar ini adalah pintu gerbang kami sekeluarga untuk memulai HS. Suami saya saat kemping tidak bisa ikut kegiatan JANGKAR, dia hanya ada di kemah saja karena ada pekerjaan menulis skenario. Tapi bersyukur, sound system yang disediakan panitia suaranya kenceng banget. Jadi sambil ngetik, dia masih bisa menangkap beberapa materi. Dan ini semakin menguatkan dia untuk membersamai saya membimbing anak-anak saat HS.<br />
<br />
Salah satu kegalauan terbesar saya saat memutuskan mau HS adalah : mama saya mau ke ICU, karena kena serangan darah tinggi sampai 222/180 dan terkena resiko stroke serta gagal ginjal. Kurang lebih 1 bulan saya dan saudara-saudara bergantian untuk menjaga mama sakit. Karena saya kerja di rumah, saya sering kebagian menjadi dari pagi sampai maghrib sehingga anak-anak yang tidak sekolah itu, baru mulai HS itu tidak bisa pergi kemana-mana. Di rumah neneknya terus sehingga mereka terlihat bosan.<br />
<br />
Tapi alhamdulillah awal agustus mama bisa sembuh, sehingga kita bisa pergi ke Jangkar, dapat semangat baru dan pulang pun mulai HS dengan sesungguhnya. Hal pertama yang kami lakukan adalah melakukan Deschooling (bisa googling) yang intinya sih detox atas pikiran-pikiran sekolah. Jadi HS itu bukan memindahkan sekolah ke rumah. Jadi karena Abiy baru berhenti sekolah, saya harus berhenti berpikir bagaimana memindahkan kegiatan sekolah di rumah. Sehingga setelah deschooling selama 3 bulan (hanya jalan-jalan, baca buku, ikut kegiatan ini itu, kursus dll) akhirnya kami lebih santai untuk HS. Saya yang lebih santai sih dan ngga stress anak harus kursus ini itu. Ngga usah manggil guru privat dan bikin jadwal kayak sekolahan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxqOL_mbQBfgdyuJTVXZf8d3rfzKwQhPDRPZKPyai_6CsDGKDfz7voLl3WAO55DZ0hwvxj8kjmcy4WpsKbV1GOzaG9Ho0RTR3WIqpgfBFHba967s7D5U9oQfXM4jcjnEo1k_H51HLkD7U/s1600/31909445_10156441472135742_1719283740825354240_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxqOL_mbQBfgdyuJTVXZf8d3rfzKwQhPDRPZKPyai_6CsDGKDfz7voLl3WAO55DZ0hwvxj8kjmcy4WpsKbV1GOzaG9Ho0RTR3WIqpgfBFHba967s7D5U9oQfXM4jcjnEo1k_H51HLkD7U/s320/31909445_10156441472135742_1719283740825354240_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjve5R2PMiX2OSMbX_QQpTcjnZyp-T7_aK6EDbVzPJq7wRXA5vr-30WrnDmIQzc2r2HEPNDEMG81s_fyPI76MB9mTOwy193sBPOvGIdfrN7b8sUKwvQAhXsmSBJbb6l6QyNfTyPMsD3-EE/s1600/32548604_10156465932250742_3369833681198776320_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjve5R2PMiX2OSMbX_QQpTcjnZyp-T7_aK6EDbVzPJq7wRXA5vr-30WrnDmIQzc2r2HEPNDEMG81s_fyPI76MB9mTOwy193sBPOvGIdfrN7b8sUKwvQAhXsmSBJbb6l6QyNfTyPMsD3-EE/s320/32548604_10156465932250742_3369833681198776320_n.jpg" width="256" /></a></div>
<br />
<br />
Yang saya lakukan di Bulan Agustus dan September saat anak anak HS adalah :<br />
<br />
1. Abiy dan Arkan ikut kelas robotik seminggu dua kali. Selama 1,5 jam di RUMAH PENA (lembaga yang saya kelola sendiri).<br />
2. Seminggu sekali, Abiy ikut kelas belajar menulis kreatif bersama saya dan 4 murid lainnya yang seusia Abiy. So' dia tetap bersosialisikan dengan kursus-kursus itu.<br />
3. Setiap Senen dan Selasa, Abiy ikut kelas Tahsin. Di rumah juga hapalan Qur'an bareng-bareng saya yaaa meski banyak bolongnya hahaha.<br />
4. Saya belajar bikin catatan, hari ini anak-anak ngapain aja, meski banyak bolongnya. Yaaa maklum cyin baru belajar HS.<br />
5. Seminggu 2 kali Abiy saya kasih tugas menerjemahkan buku picture book bahasa inggris adiknya, buku-buku import yang saya beli di Big Bad Wolf, emang sengaja nyetok banyak buat belajar bahasa inggris dia. Insya Allah Oktober baru ikut kelas Bahasa Inggris lagi di RUMAH PENA (Lemabaga yang saya pimpin sendiri)<br />
6. Per September ini Abiy ikut kelas badminton seminggu 2 kali yaitu setiap Rabu dan Jumat sore.<br />
7. Oktober ini Abiy dan Arkan baru mau ikut kelas Bahasa Inggris di Rumah Pena. Tuh siapa mau ikutan juga kuy yaaak langsung follow IG @rumahpenatalenta<br />
8. Oktober ini dia juga bergabung di PKBM Generasi Juara, insya allah ikut kelas online aja biar bisa banyak jalan-jalannya.<br />
<br />
Sementara baru itu saja sih kegiatan rutin mereka. Kenapa kayaknya lebih banyak Abiy yang aktifitas kursus? Karena dia sudah kelas 4 SD dan butuh banyak kegiatan, sudah bisa memilih juga apa yang mau dia pelajari. Sementara Arkan kelasnya masih jalan-jalan aja, main di taman, belanja ke pasar, ikut mama ke pengajian, dll.<br />
<br />
Di luar waktu kursus mereka ngapain? Abiy tentu membaca buku nyaris sepanjang hari. Bermain lego. Bermain Fun Thinker, main catur, Main Logico Grolier, Membuat animasi atau baru-baru ini dia dan Arkan sedang senang mengukir batu. Ya biarkan sajalah... siapa tahu batu jadi berlian hehehe.<br />
<br />
Selain itu juga mereka beberapa kali ikut saya meeting, 2 kali menemani saya jadi juri di Festival Al-Adzom, jalan-jalan ke Asian Games, ikut pelatihan KKPK di Mizan, berenang tidak rutin lebih sering renang dadakan aja, jalan-jalan ke perpustakaan kota Tangerang sudah 2 kali, lebih sering eksplorasi ke taman, jalan-jalan bersama komunitas HS Tangerang (meramban taman kota Srengseng, jalan-jalan ke area Bandara), jalan-jalan ke mall, dll hahaha. Banyak kegiatan jalan-jlan yang belum kesampaian seperti kegiatan ke Museum, TMII, Ancol, Taman Bunga dan lain sebagainya.<br />
<br />
Mau ngajarin Abiy bikin jurnal perjalanan. Tapi Oktober ini mau beli PC baru buat dia dan printer dulu, peralatan bundling dll. Intinya sih, emaknya ini nyantai banget hahaha. Pelan-pelan gitu. Alhamdulilllah hampir 3 bulan deschooling Abiy sudah lebih mandiri dan inisiatif. Arkan juga kinestetiknya lebih terarah.<br />
<br />
Itu aja dulu, saya mau cus ke kelas privat menulis novel. Murid sudah menanti. Nanti kalau sengang mau cerita-cerita lagi yang lebih terarah hahaha... berasa banget ini nulis lompat-lompat.<br />
<br />
See you. Kalau mau sharing soal HS biar saya tambah pinter, boleh dong di kolom komentar.<br />
Jangan dibully karena saya newbie :p<br />
<br />
Salam<br />
Achi TM<br />
Penulis 29 Novel dan lebih dari 200 naskah skenario TV<br />
Penulis novel Insya Allah SAH dan Before I Met You.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-10415441519962214332017-09-10T12:11:00.002-07:002017-09-10T12:11:29.302-07:00BISAKAH HIDUP DARI MENULIS? BISA... INI CARA SAYA. <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
Sebagai penulis full time, saya dan suami tidak punya gaji bulanan. Tidak punya tunjangan sertifikasi atau apa pun. Oleh karena itu kalau mau hidup layak, kami harus bekerja keras dua kali lipat daripada mereka yang mendapatkan gaji. Karena apa? Karena dunia menulis itu pasang surut.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pernah dalam satu tahun kami mengalami surut sekali pekerjaan menulis skenario. Sampai kami rela menulis artikel yang dihargai 20 ribu rupiah hanya demi bisa makan. Agar bisa hidup layak, kami harus kerja keras menulis masing-masing 10 artikel dalam satu hari. Karena apa? Karena job nulis artikelnya tiba-tiba saja berhenti di bulan ke-4 kami bergabung. Job dihentikan maka berhenti juga rejeki yang ngalir dari artikel itu.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Di waktu yang lain, dapat panggilan menulis stripping lagi. Gembira. Kami menulis stripping tapi baru 13 episode, tayangannya berhenti. Maka berhenti juga aliran dana ke kami.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Ya, dunia menulis ini dinamis banget. Kalau lagi banyak proyek, banyaaaak sekali yang kami dapatkan. Kalau tidak ada sama sekali ya sama sekali kami ga dapat uang. Di 3 tahun pertama kami memutuskan jadi penulis full time (saya dan suami), kami belum tahu polanya dan tidak tahu bagaimana mengatur ritmenya. Sehingga ketika tidak ada job, uang tabungan pun terus kepakai lalu habis, lalu hidup serba ngepas meski kadang harus ngutang sama adik atau kakak yang kerja gajian.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sampai kemudian kami belajar tentang prioritas. Maka di tahun 2011, saya mulai fokus lagi menulis novel. Setelah terakhir novel saya terbit tahun 2009. Fakum 2 tahun kemudian bergerak lagi untuk nulis novel. Karena apabila tidak ada pekerjaan di dunia skenario, maka saya menulis novel. Itu strategi saya. Bahwa novel adalah pendapatan jangka panjang. Selain uang royalti bisa menjadi uang tambahan untuk keluarga, nama saya juga bisa naik lagi.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Percaya atau tidak. Rentang tahun 2008-2011 ketika saya fokus nulis ratusan naskah skenario. Nama saya mandeg. Ngga ada yang kenal saya. Apalagi kalau ikut tim nulis, boro-boro masuk TV. Kalaupun nama ditulis di FTV, berapa banyak penonton yang memerhatikan?</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Oleh karena itu dengan rajin menulis novel, saya punya bukti fisik bahwa saya penulis.Alhamdulillah setelah digeber, sejak 2011-sekarang, dalam satu tahun rata-rata saya menelurkan 3 novel. Tahun 2011 buku saya hanya ada 6 buah saja. Tahun 2017 sekarang sudah ada 24 novel.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sejak saat itu, royalti buku bisa membuat kehidupan keuangan rumah tangga kami agak sedikit stabil. Tabungan pun tidak diutak-atik terus saat tidak ada job menulis skenario. Meski tidak ada job stripping tapi kami terus menulis sinopsis buat FTV, ada masa ketika sinopsis kami ditolakin terus, kami masih bisa hidup dengan royalti buku sampai kemudian ada sinopsis yang nembus. dan seterusnya dan seterusnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Apa semua novel saya laku di pasaran? Tidak.<br />Tidak semuanya laku di pasaran. Ada perasaan lelah dan jengah ngga mau nulis novel lagi tapi selalu saja Allah memberikan semangat lewat cara yang berbeda-beda. Salah satu penyemangat saya tetap menulis adalah : ketika saya mendapatkan email dari salah seorang pembaca novel saya. Yang mengatakan bahwa dia menyukai novel saya dan menunggu karya-karya saya yang lain.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Seperti setruman semangat yang mengalir ke seluruh darah saya. Di suatu tempat, ada orang asing yang menantikan karya saya. Ada orang asing yang terinspirasi dengan novel yang saya tulis. Itulah yang membuat saya terus semangat menulis novel. Meski royalti kadang hanya dapat 200 ribu dipotong pajak 15% *halah tapi saya yakin dengan seyakin yakinnya kalau Allah selalu membayar setiap kerja keras kita.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pernah pula, selama 2 minggu saya ngga nulis apa-apa dan ini stressnya luar biasa. Setelah saya menulis, meski hanya sekedar puisi, saya merasa bahagia dan lega.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Novel Insya Allah SAH yang terbit tahun 2015, adalah momentum luar biasa dalam hidup saya. Hasil kerja keras dan kesabaran saya seperti dibayar sama Allah bertubi-tubi. Jadi kalau ada yang bertanya kenapa novel Insya Allah SAH bisa difilmkan? For Your Info, novel Insya Allah SAH dipinang oleh PH MD Entertainment saat satu bulan terbit.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Saya hanya mampu menjawab : ini adalah hadiah dari Allah.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Maka ketika saat ini ada PH yang rela bikin kontrak dengan saya untuk memfilmkan novel saya yang belum terbit, saya semakin yakin bahwa kasih sayang Allah begitu sangat besar.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pernahkah saya dan suami berpikiran mencari rejeki dari tempat lain? Pernah. 5 Bulan kami ngga nulis (untuk industri) sama sekali. Saya hanya nulis puisi, nulis curhatan galau di blog dan nulis status.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Uang tabungan kami, 30 juta, kami pakai untuk bikin usaha makanan selama 4,5 bulan dan hasilnya makanannya kami makan sendiri. Alias gagal total. Nelongso. Babak belur. Ngap-ngapan dan ya udahlah akhirnya seseorang bilang ke kami : selama ini periuk nasi kalian dari mana? Ya dari menulis.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Akhirnya kami balik menulis dan voila... langsung dapat pekerjaan yang terus mengalir sampai jauh. Allah kasih saya talenta menulis. Kasih suami saya talenta menulis. Kalau tidak bakat dagang barang fisik, yang jualan kata-kata saja.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Jadi kalau ada pertanyaan bisakah kita hidup layak dari menulis? Jawabnya : iya. Bisa. Asal menulis terus. Dan harus menulis lebih banyak dari orang lain. Bekerja lebih keras dari orang lain. Berpikir lebih banyak dari orang lain.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-top: 6px;">
Selamat menulis, selamat bersenang-senang.</div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-46272310354327477502017-07-14T08:32:00.000-07:002017-07-14T08:56:38.264-07:00RUMAH PENA DIGANDENG OLEH SEKOLAH INOVASI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sekitar dua bulan yang lalu, mbak Ade Ufi - teman lama di Love Asset- mengajak saya untuk mengisi pelatihan menulis di Sekolah CITA Buana. Lama ngga jumpa, rupanya mbak Ade sudah menjadi pengurus Sekolah Inovasi, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang training. Setelah ngobrol ngobrol sejenak soal Sekolah Inovasinya, saya pun tertarik buat join mengisi pelatihan menulis yang diselenggarakan Sekolah Inovasi. Bukan Juli ini, mereka punya jadwal mengisi di sekolah Cita Buana.<br />
<br />
Saya mewakili Rumah Pena, lembaga kursus yang saya dan keluarga dirikan bersama sama, mulai mempersiapkan materi khusus untuk sekolah inovasi. Sayangnya, dua hari sebelum hari H pelatihan dimulai, saya malah jatuh sakit.<br />
<br />
Ya, sakit yang muncul karena kelelahan. Kurang lebih sebulan belakangan, aktifitas saya keluar rumah memang seringkali sekali. Hampir setiap hari saya berangkat pukul 10 pagi dan pulang ke rumah pukul 10 malam. Mending kalau jaraknya dekat, tempat tempat yang saya datangi itu jauh jauh. Mulai dari Tangerang, Jakarta, Depok sampai Bekasi. Melelahlan memang tapi saya senang. Karena kegiatannya adalah kegiatan meeting sama beberapa PH, bahkan buku saya selanjutnya ada yang akan difilmkan lagi setelah film Insya Allah Sah. Btw film Insya Allah Sah masih tayang di bioskop, lho. Selain meeting saya juga promo film ke sana kemari. Menyenangkan memang. Tapi tetap saja badan saya butuh istirahat.<br />
<br />
Akhirnya selama 2 hari saya sakit, istirahat full di rumah. Minum obat ini itu dan dibekali. Tadinya nyaris gagal mau datang ke Depok, apalagi belum pulih benar. Tapi saya ingin sekali mengajar menulis lagi setelah hampir dua bulan sibuk ngurusin film Insya Allah Sah. Mengajar menulis adalah sharing yang menyenangkan. Selain memberikan ilmu, kita juga bisa belajar. Apalagi kalau kita mengajar bareng trainer yang lain.<br />
<br />
Di pelatihan menulis Cita Buana, yang digawangi oleh Sekolah Inovasi pada tanggal 13 Juli kemarin, saya mengajar bersama dua trainer lainnya. Yaitu mba Ade Ufi yang mengajarkan soal dunia menulis dan self editing, mba Anisa yang mengajarkan untuk membuat karakter dan mencari ide. Uniknya tema khusus pelatihan ini adalah belajar menulis cerita anak. Jadi saya pun belajar hal hal baru. Saya sendiri sharing seputar bagaimana membangun konflik, setting dalam cerita hingga membuat surprise ending.<br />
<br />
Pesertanya terdiri dari para guru Tk dan Sd sekolah Cita Buana. Ada 26 guru yang ikut serta. Bagian menyenangkan lainnya adalah : para guru ini smart banget. Jadi mengajarkannya pun semangat. Karena apa? Karena mereka ini cinta membaca, sehingga ketika diberikan materi menulis, cepat sekali tanggapnya.<br />
<br />
Bahkan, saat diberikan waktu hanya 1 jam saja untuk latihan menulis, mereka langsung ngebut bikin cerita. Tik tak tok... Wah asyik, satu jam sudah selesai 1 cerita anak. Luar biasa bukan? Saya pun mulai membaca satu per satu tulisan para guru sesuai dengan grup yang saya bina. Subhanallah, cerita cerita mereka unik banget dan seru seru. Padahal waktu bimbingan malah ada yang susah banget ngetik, setelah saya kasih motivasi, kurang dari satu jam sudah selesai 1 cerita.<br />
<br />
Menulis itu ternyata mudah, ya. Asalkan mau rajin membaca. Tanpa membaca kita akan kesulitan menulis karena minim kosakata. Di akhir acara, kami pun harus memilih 3 cerpen terbaik versi masing-masing trainer. Saya punya 3 pilihan sendiri, kisah tentang anak yang ditinggal ortunya ke rumah nenek, tentang Rusi si Rusa yang mandi hujan dan kisah tentang pensil emas yang membuat seorang anak jadi rajin belajar. Wah alhamdulillah banget, bisa bermanfaat hari ini.<br />
<br />
Terus menulis ya para guru tersayang. Semoga cerita cerita kita kelak bisa memberikan manfaat untuk anak didik kita 😊 terima kasih buat sekolah inovasi atas kesempatan yang menyenangkan ini.<br />
<br />
Salam<br />
ACHI TM<br />
Penulis novel INSYA ALLAH SAH<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil6yK_w10mEUEt3_8MpZdYfMHppMGZkA1oGRZXLm-MCoXVucfXQ9Hfe8O7dqxrPywt4Hoy5wbop9_jTxQwSSrukfhqeqtMMqe8P1-LzZzyShVjcHjgePPr0I52Du8qdg5aG30km7MsqZ8/s1600/IMG_20170713_155746.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil6yK_w10mEUEt3_8MpZdYfMHppMGZkA1oGRZXLm-MCoXVucfXQ9Hfe8O7dqxrPywt4Hoy5wbop9_jTxQwSSrukfhqeqtMMqe8P1-LzZzyShVjcHjgePPr0I52Du8qdg5aG30km7MsqZ8/s320/IMG_20170713_155746.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmlv2eBre-i1X-es6rt3pvHwcWHmwbcIiCgBYztH2nXIoUrLLYBjAbTOqj65MDg4evQyxJX0_kZJ2kxfOo3ZfP-zAuGoJzDI7QS0gdeko4uTGiuCPiUw_FhY-V6BAXLZuAu8nwQm6i7nw/s1600/IMG_20170713_160433.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmlv2eBre-i1X-es6rt3pvHwcWHmwbcIiCgBYztH2nXIoUrLLYBjAbTOqj65MDg4evQyxJX0_kZJ2kxfOo3ZfP-zAuGoJzDI7QS0gdeko4uTGiuCPiUw_FhY-V6BAXLZuAu8nwQm6i7nw/s320/IMG_20170713_160433.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIkXm4ekPI-REmZ4qN8ZAMRmQb4k64uKQ3VGNi7ShkZNPiSi4b1O7M6ZEGsm3Wt-p7Co7_t-usEOORb5XLZ5kv_noqz9HBdIvtrJlS3ia-M0mJwxbcEbICaqmyTHAshD1qQygNMS4q6IY/s1600/IMG_20170713_141657.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIkXm4ekPI-REmZ4qN8ZAMRmQb4k64uKQ3VGNi7ShkZNPiSi4b1O7M6ZEGsm3Wt-p7Co7_t-usEOORb5XLZ5kv_noqz9HBdIvtrJlS3ia-M0mJwxbcEbICaqmyTHAshD1qQygNMS4q6IY/s320/IMG_20170713_141657.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ5zNa4BtlJUxl-EENNM3yEf342ekCiSbQF18_YK7cQPr2xe-nGxqskTQJOheGC5_PK_OnzuZZUbk-Xe-I6IoI98I1h6F2Doo0HQsvtmtxrWO07DePmhdwaulTa5zoGdQDQfMl1VspMVs/s1600/IMG-20170713-WA0021.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="918" data-original-width="918" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ5zNa4BtlJUxl-EENNM3yEf342ekCiSbQF18_YK7cQPr2xe-nGxqskTQJOheGC5_PK_OnzuZZUbk-Xe-I6IoI98I1h6F2Doo0HQsvtmtxrWO07DePmhdwaulTa5zoGdQDQfMl1VspMVs/s320/IMG-20170713-WA0021.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0QoD8p1n7dK0TLE-0qK34FpBmE5rsIxP6hHbznQlNdrOFQcki8LfRWkQwE0qxMdxMN5sRRowt6foREi0AuQTKIa_23U4R4q-JySlcvf3_i1NCYQq0FLkgLb3M3m6ylXJY_oMjI34ODe4/s1600/IMG-20170713-WA0009.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0QoD8p1n7dK0TLE-0qK34FpBmE5rsIxP6hHbznQlNdrOFQcki8LfRWkQwE0qxMdxMN5sRRowt6foREi0AuQTKIa_23U4R4q-JySlcvf3_i1NCYQq0FLkgLb3M3m6ylXJY_oMjI34ODe4/s320/IMG-20170713-WA0009.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivY3LaG7Fvm2dTtyY97b7yAOahvK3Gp0pGeolWKVlRTntYyl3bzZ1t7pONPX1Ijoxv2eLwziIpUCLdv35WbaA9OXcfTP-wCBSMWkm3olhrhNGxMKbld_v_J_KxnoUU_G1jyZ8BInJQVCw/s1600/IMG-20170713-WA0007.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivY3LaG7Fvm2dTtyY97b7yAOahvK3Gp0pGeolWKVlRTntYyl3bzZ1t7pONPX1Ijoxv2eLwziIpUCLdv35WbaA9OXcfTP-wCBSMWkm3olhrhNGxMKbld_v_J_KxnoUU_G1jyZ8BInJQVCw/s320/IMG-20170713-WA0007.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBELELo0QLUT8IStjcUr_ZlPzB-u-EmLfdakZ3expwSUyB_8rgHvqpVmRSxs_jjdNX8D69HfsaC8PaXXCE0jlQ61rJGDx1yMrDCY27X3NhhnOf4MVQy-RPWLOBe6_HrrYG7vL5fZOgv0I/s1600/IMG-20170713-WA0019.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBELELo0QLUT8IStjcUr_ZlPzB-u-EmLfdakZ3expwSUyB_8rgHvqpVmRSxs_jjdNX8D69HfsaC8PaXXCE0jlQ61rJGDx1yMrDCY27X3NhhnOf4MVQy-RPWLOBe6_HrrYG7vL5fZOgv0I/s320/IMG-20170713-WA0019.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-29236413487586963712017-04-26T04:20:00.001-07:002017-04-26T04:20:29.658-07:00FILM INSYA ALLAH, SAH! BUAH DARI SABAR DAN DOA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiftIkqSlQZTMYaIIapW-xOue35jjJ8V2VF6e92Hwf-Hi5_iG6ptKQ390un_FXorZG5BMqOic_bHQ7suIG_Yx1FgpLN8M1GBcbUN3H_CDOtSySAxrCcDVsfxeVdij-awB4cJjsjsPRsMyo/s1600/IMG_1516.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiftIkqSlQZTMYaIIapW-xOue35jjJ8V2VF6e92Hwf-Hi5_iG6ptKQ390un_FXorZG5BMqOic_bHQ7suIG_Yx1FgpLN8M1GBcbUN3H_CDOtSySAxrCcDVsfxeVdij-awB4cJjsjsPRsMyo/s320/IMG_1516.JPG" width="123" /></a></div>
<br />
<br />
Sejak awal menulis novel di tahun 2007, saya selalu berharap agar novel saya diangkat ke layar lebar. Setiap menelurkan satu novel, saya selalu berdoa semoga novel yang ini difilmkan. Total sudah 22 novel saya yang terbit. Sudah 22 doa yang saya panjatkan. Mungkin lebih, karena setiap melihat film Indonesia terbaru, saya selalu berdoa. Setiap hujan turun deras, di antara dua shalat, selesai shalat, saat didzalimi sama orang, saya selalu berdoa agar ada novel saya yang difilmkan.<br />
<br />
Ketika harapan dan ambisi itu menggebu-gebu, kayaknya susah banget doa saya buat jadi kenyataan. Sebaliknya, di tahun 2015, ketika saya udah ikhlasin aja, deh, bikin novel ngga usah ngarep dijadiin film layar lebar. Udah lepas gitu aja. Tau-tau novel saya yang berjudul INSYA ALLAH, SAH dan terbit di Gramedia Pustaka Utama dilamar sama MD Entertainment/MD Pictures. Nah loh... Masya Allah, Allahu Akbar. Ketika kita udah pasrah, udah ikhlas, Allah kasih deh tuh ya ^^<br />
<br />
Kemudian rentang 2015 sampai 2017 saya gunakan untuk banyak-banyak berdoa lagi agar MD Pictures segera produksi film INSYA ALLAH, SAH punya saya. Harap-harap cemas, takut masa kontraknya habis, terus film ngga jadi diproduksi kan nangisnya bisa bombay banget. Setelah mendapat ttd kontrak film, saya menggebu-gebu sekali. Udah ngga sabaran, deh, pokoknya pengen supaya film Insya Allah, Sah ini segera disyuting dan segera tayang.<br />
<br />
Tapi rupanya, Allah sedang mengajarkan saya bersabar. Disuruh sabar. Saya disuruh nunggu 2 tahun. Ngga apa-apa, deh. Ngejomblo 22 tahun aja saya kuat kan yaaa ^^<br />
<br />
Di awal-awal tahun 2017 saya mendapatkan sebuah ujian yang sebenarnya ringan tapi berat menurut saya, yaitu ujian dalam pergaulan. Well... saya gak akan cerita di sini. Pokoknya ujian dengan beberapa teman. Sampai kepikiran, duh kok gini amat. Tapi ketika saya menyabarkan diri, memaafkan dan meminta maaf, mencoba untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah sampai lupa kalau novel Insya Allah, Sah, mau difilmkan hehehe.<br />
<br />
Datanglah berita baik itu, Produser saya yang cantik dan baik hati, Mbak Dian Sasmita menelepon dan minta dikirimkan 2 novel Insya Allah, Sah untuk diberikan kepada Benni Setiawan (penulis skenario sekaligus sutradara film). Malam itu juga, saya cari-cari novel ke orang yang pernah nyimpen novel saya. Kemudian suami pergi ke kantor pusat jasa kurir jam 10 malem cuma buat kirim paket ekspress yang nyampe esok paginya.<br />
<br />
Satu bulan kemudian dapat kabar kalau novel Insya Allah, Sah! akan diproduksi bulan April tahun 2017. Masya Allah... emang sih ulang tahun saya yang ke 32 tahun ini biasa-biasa aja, ngga ada perayaan heboh atau makan-makan. Tapi Allah kasih saya hadiah luar biasa *makasih Ya Allah. Novel Insya Allah, Sah syuting tanggal 24 April! Yeaaay... yippi! Alhamdulillah.<br />
<br />
Tanggal 24 April 2017 ini saya ke Bandung dan ngintip syuting hari pertamanya ^^ nanti ya saya bikin liputan mininya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy1JFK1jQ2x0WU2tW4Gy8nWmXCMaHVsunVefmBw2eyQjLmxjhwZrM-_MLUmlRRsynldMsguk83ikbugqjGeMqiiXlxFCyGmjzPP_CXHfqVlQl6hZQSBX1GEqB56WouZRrcfsRPRqbSoAo/s1600/DSC03698.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy1JFK1jQ2x0WU2tW4Gy8nWmXCMaHVsunVefmBw2eyQjLmxjhwZrM-_MLUmlRRsynldMsguk83ikbugqjGeMqiiXlxFCyGmjzPP_CXHfqVlQl6hZQSBX1GEqB56WouZRrcfsRPRqbSoAo/s320/DSC03698.JPG" width="320" /></a></div>
<br /></div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-86387289474414065272017-01-11T17:07:00.000-08:002017-01-11T17:07:20.671-08:00Pesan Ayah Kepada Anak Gadisnya Sebelum Meninggal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Pesan Ayah Kepada Anak Gadisnya Sebelum Meninggal <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Pagi ini aku membuka jendela dapur rumahku. Wajahku
disambut terpaan angin dingin sisa hujan semalam, lambaian pohon pisang dan
awan mendung yang masih menggelayut. Pandanganku menerawang melihat langit
kemudian tersadar kalau anakku harus segera sekolah. Dengan cepat aku
mempersiapkan sarapan praktis untuknya. Saat ini dapurku hanya berupa meja belajar
kayu berukuran kecil yang aku beli dari sekolah dasar, dua tahun yang lalu.
Artinya itu meja belajar bekas anak-anak SD dan banyak tulisan pulpen di
atasnya. Ada sejarah tersendiri kenapa meja belajar kayu itu bisa ada di
dapurku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Tapi saat ini aku mau bercerita tentang pesan almarhum
ayahku. Sebuah pesan yang lama kupendam, tapi pesan itu selalu terbit mendadak
seperti matahari yang kesiangan, setiap aku melihat kompor. Selama 9 tahun
menikah, kompor yang aku gunakan dengan suami adalah kompor yang dipasang
menyatu dengan tabung gas, otomatis hanya satu tungku dan bentuk kompornya juga
tidak seksi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Setiap aku melihat kompor, wajah almarhum Ayah selalu
terbersit sekilas kemudian pesannya menggaung-gaung di telingaku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Dulu sekali, satu
bulan sebelum aku menikah, Ayah selalu bilang : “Chi, kamu harus belajar masak.
Bagaimana pun juga, suami pasti mau makan masakan istri.” Jawabku saat itu
hanya, “Iya, ayah.” Tapi belum ada niatku untuk belajar memasak. Aku hanya bisa
memasak mie instant yang kadang kematengan atau masak nasi goring yang rasanya
antah berantah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Sampai kemudian aku punya bayi dan mengurus bayiku
sendirian, mulai hidup terpisah dari orang tua. Beruntung suamiku orang yang
pandai memasak dan memang hobi masak, jadi kami berbagi tugas rumah tangga. Dia
memasak, aku menanak nasi, aku menyapu, dia mengepel, aku mengurus bayi, dia
bekerja. Setelah beberapa kali berkunjung main ke rumah kontrakan petak kami,
ayah pun kembali berpesan. “Nak, belajar masak, masa suami terus yang masak.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Jleb. Mulai ada rasa malu di hatiku. Iya, ya, kemudian
aku mulai belajar masak dari yang mudah-mudah yaitu membuat bubur bayi sendiri
untuk bayiku, lalu membuat nasi tim, kemudian belajar bikin nasi goring lagi
buat suami yang seringnya gagal jadi enak. Kemudian datanglah kembali pekerjaan
menulis scenario dan nulis novel bertubi-tubi. Lalu kesibukan baru mengurus
kelas menulis Rumah Pena membuat aku lupa lagi belajar memasak. Beruntungnya,
karena keadaan ekonomi yang membaik, aku bisa menyewa ART yang juga memasakkan
makanan untuk kami. Selanjutnya selama 6 tahun, kami selalu makan masakan dari
ART kami, atau dari warung nasi terdekat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Saat anakku berusia 1 tahun 6 bulan, saat aku
keasyikan kerja, Ayah terkena penyakit kanker tiroid. Sontak saja dunia terasa
berguncang karena kanker telah membalikkan keadaan Ayah. Ayah yang dulu kekar
mendadak jadi rapuh, Ayah yang senang bercanda, mendadak sering menangis, Ayah
yang penuh semangat mendadak terlihat putus asa. Kanker juga yang merenggut
banyak impian dan cita-citaku bersama Ayah. Berbagai macam pengobatan kami coba
tapi memang semua sudah terlambat. Siang itu, saat aku mendapat jadwal merawat
Ayah, Ayah berkata : Chi, udah bisa masak? Gimana pun juga, suami dan anak-anak
pasti mau makan masakan istri dan ibunya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Satu bulan setelahnya, Ayah meninggal dunia.
Menyisakan banyak penyesalan. Maaf Ayah, belum bisa membahagiakan Ayah, maaf
ayah belum bisa menjadi anak yang berbakti, Maaf Ayah atas banyaknya
pertengkaran di antara kita, maaf Ayah karena banyak nasehat Ayah yang belum
aku jalankan. Ya, Ayah sering bilang : Nasehat ayah ini mungkin baru kamu
dengerin kalau Ayah udah mati. Ya Allah... ampun... tapi memang benar adanya.
Banyak nasehat Ayah yang baru kurasakan manfaatnya karena aku jalani, justru
setelah Ayah tiada. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Kenapa? Kenapa tidak saat Ayah masih hidup? Pasti Ayah
akan bahagia, bukan, melihat nasehatnya dipatuhi? Enam bulan setelah masa
berkabung, aku pindah rumah kontrakan dan mencari rumah kontrakan baru yang
memiliki dapur lebih bagus dan lebih manusiawi. Karena dapur sebelumnya penuh
dengan tikus, bagaimana aku bisa belajar masa bareng tikus? Di rumah kontrakan
baru, aku mulai belajar memasak. Masak makanan yang aku sukai dulu, aku membuat
mulai belajar membuat siomay, membuat pempek, belajar bikin tekwan, bikin tahu
isi goreng lalu belajar bikin sayur bayam. Dua tahun di kontrakan itu, aku
mulai belajar masak meski tidak rutin. Setiap aku masak, ucapan Ayah selalu terngiang-ngiang.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Benar kata Ayah, meski aku hanya memasak tahu isi
goreng, anakku makan dengan riang dan lahap, suamiku makan dengan senang.
Melihat mereka makan masakanku adalah kebahagiaan yang tak bisa diukur oleh apa
pun. Lalu aku pindah ke kontrakan selanjutnya, di kontrakan yang ketiga,
dapurnya lebih bagus lagi. Gairah memasakku lebih tinggi lagi. Aku mulai belajar
membuat pizza di Teflon, belajar membuat nasi goreng yang lebih enak, belajar
membuat bakso –ini yang sering gagal, sulit tapi menyenangkan. Sampai kemudian
aku punya rumah dan dapurku hanyalah sebuah ruangan kecil yang diisi meja
belajar anak SD. Tidak ada kitchen set dapur seperti dua kontrakan sebelumnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Tapi justru di sinilah, di rumah tanpa dapur ini,
keinginanku memasak semakin menggebu. Aku juga semakin ingin membuat dapur
impianku. Kitchen set impian yang nyaman untuk masak. Tempat yang akan
membuatku betah untuk memasak. Bagaimana aku bisa mencapai impianku itu? Ya,
salah satunya adalah dengan memantaskan diriku.Untuk apa dapur yang cantik,
tentu agar aku semakin semangat masak bukan? Oleh karena itu, sebelum dapur
cantikku terwujud, aku pun belajar memasak hal-hal lain. Mulai membuat roti,
membuat brownies, membuat sop ikan dan aneka makanan lainnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Semakin aku semangat belajar, jalan untuk terwujudnya
dapur cantik itu pun semakin lebar. Allah membukakan jalan kepadaku,
mempertemukanku dengan Imania Desain. Jasa interior yang professional dan
membuat nyaman. Sudah satu bulan, kitchen setku sedang diproduksi oleh Imania
Desain. Tak lama lagi... Beberapa hari lagi, dapur cantikku akan terwujud. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Terima kasih Ayah...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Sekarang anakmu sudah bisa memasak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Sop ikan sudah matang dan harumnya memenuhi ruangan.
Aku tahu ayah suka sekali makan ikan tapi sekarang aku tak bisa menyajikan sop
ikan di depannya karena Ayah telah tiada. Ya Allah, seandainya dulu aku
mengikuti nasehat Ayah untuk segera belajar memasak... pastilah aku bisa
melihat senyum Ayah yang memakan masakanku dengan lahap. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Dengarkanlah nasehat Ayahmu selagi hidup, karena
setelah ia mati, kau hanya akan menyesalinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><img alt="Foto Achi-tm Penulis." height="366" src="https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/15965910_10154953480340742_6512952117502588766_n.jpg?oh=a90c411e553e0a6b1ff5a7f5442907cf&oe=590F889C" style="font-family: "Times New Roman", serif;" width="640" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Kamu bisa ngikutin jejak aku dengan berkunjung ke www.imaniadesain.com</span></div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-1646512689134020722016-12-25T00:31:00.002-08:002016-12-25T00:32:51.047-08:00DAPUR IMPIAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjATA83Fs9VD4Vvd8BaTA72J8GBAGH1WTFXgC-fxqvOWHFRs87QC6-PsKRZ_l4GvQCRPh-EtwO0uDu3xCo4Zdpy6hwZk5ZQO5aF2R6UTDM3yXwkd36SRvu7h1BkXHcrgEU6Jx1pBLW7NDE/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="451" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjATA83Fs9VD4Vvd8BaTA72J8GBAGH1WTFXgC-fxqvOWHFRs87QC6-PsKRZ_l4GvQCRPh-EtwO0uDu3xCo4Zdpy6hwZk5ZQO5aF2R6UTDM3yXwkd36SRvu7h1BkXHcrgEU6Jx1pBLW7NDE/s640/3.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
Selama 8 tahun menikah, saya tidak punya rumah. Mengontrak di sana sini. Barulah di tahun ke 9, Allah memudahkan saya dan suami untuk memiliki rumah. Ya, rumah mungil pertama kami.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Tinggal di kontrakan selama 8 tahun tentu saja membuat saya dan suami enggan membangun interior rumah. Lha wong rumah orang, ngapain dicakepin. Iya, kan? Di kontrakan pertama, ada meja dapur, tapi ngga ada tempat cuci piring. Jadi cuci piringnya jongkok. Bertahan tinggal di sana selama 6 bulan<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;">
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
Di kontrakan kedua juga sama, cuci piringnya jongkok, ada meja dapur, bertahan selama 2 tahun. Ajaibnya dapur di sana itu jadi sarang tikus yang naudzubillah deh. Mau dibongkar tuh atap dapur ga enak karena itu rumah orang.</div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Di kontrakan tiga, ada kitchen sinknya yeeey... cuci piringnya bisa sambil berdiri. Mirip seperti dapur di rumah mama. Meja dapurnya terbuat dari beton dan juga ada lemari. Tapi pas lemarinya dibuka, ya ampuuun isinya kecoak semuaa. Hadeeh, peralatan makan yang kita simpan di sana jadi bau dan cepat rusak. Karena lembab juga. Apalagi dapurnya terletak paling belakang dan ngga ada sirkulasi udaranya. Untungnya ga ada tikus, di sini bertahan selama 2 tahun.</div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pindah ke kontrakan keempat. Ada meja dapur dan kitchen sinknya. Yang lebih enak lagi, dapurnya punya pintu dan jendela. Wow... aku sukaaa banget. Sayangnya, lagi-lagi meja betonnya lembab dan bagian bawah cuma dikasih pintu lemari tanpa ada lemarinya. Alhasil bagian bawahnya jadi sarang kecoak juga. Banyak barang rusak juga. Hix.</div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Nah saat membeli rumah tahun 2015, saya sudah bertekad ke suami saya kalau saya mau menabung! Saya mau bikin kitchen set yang bagus. Kitchen set warna putih yang sesuai dengan impian saya, yang rak piringnya di bawah, ada laci-laci, dengan kompor tanam, cooker hood dan lemari. Well... saya sadar diri, sebagai penulis freelance untuk bikin dapur bagus kayak gitu rasanya susah banget.</div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Butuh dana sekitar 20 juta dan well... saya menabung selama 18 bulan. Satu bulannya satu juta rupiah. Saya nabung lewat arisan hehehe. Kalau ngga nabung, ga mulai-mulai saya. Berbulan-bulan saya sabar menabung, menyesampingkan keinginan-keinginan lain sambil terus berdoa semoga Allah mudahkan jalan saya mempunyai dapur. Satu bulan nabung sejuta buat penulis yang ngga pasti pendapatannya, tentu itu sebuah perjuangan sendiri.</div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Singkat cerita, saya dapat arisan dan akhirnya bisa pesan kitchen set. Pilihan saya jatuh ke Imania Design, setelah saya survey ke banyak jasa pembuatan kitchen set. Kenapa pilihan saya jatuh ke Imania Design? Dan kenapa saya ngotot banget pengen bikin kitchen sink?</div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Nantikan post saya selanjutnya. </div>
<div style="color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Buat yang penasaran sama IMANIA bisa lihat-lihat produknya di sini </div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-size: 14px;">https://www.facebook.com/Imania-Desain-Interior-153597668004097/?fref=ts&hc_location=ufi</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-size: 14px;"><br /></span></span></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-size: 14px;"><br /></span></span></div>
</div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-894784962350525772016-11-23T00:34:00.001-08:002016-11-23T06:37:59.483-08:00Rain Oppa Is Back!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><img alt="Hasil gambar untuk please come back mister" src="https://www.dramafever.com/st/img/nowplay/4873_PleaseComeBackMister_Nowplay_Small.jpg" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="line-height: 115%;"><span style="font-size: x-small;">sumber gambar di sini </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="line-height: 115%;"><span style="font-size: x-small;">: https://www.dramafever.com/st/img/nowplay/4873_PleaseComeBackMister_Nowplay_Small.jpg</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Banyak cara
untuk mengingat kematian. Setiap saat seharusnya jadi momen untuk selalu ingat
mati sehingga kita lebih maksimal menghargai kehidupan. Termasuk saat sedang
menonton drama korea, drama korea yang satu ini benar-benar mengajarkan kita
untuk ingat mati. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Judulnya
Please Come Back, Mister.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Awalnya
melihat status teman yang habis nonton film ini, katanya lumayan, kocak dan
surprise ending. Sebagai pecinta twist dan surprise ending, saya pun penasaran
banget mau nonton drakor ini dan langsung cari link buat streaming. Episode
awal saya masih bertanya-tanya ini cerita tentang apa, sih? Kok
pemeran-pemerannya ngga ada yang ganteng dan tua-tua? Tumben banget, kan.
Biasanya drakor selalu dipenuhi oleh tokoh ganteng dan cantik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Tapi di
pertengahan cerita episode satu kita lumayan dibuat paham maksud penokohan ini.
Saat nonton drakor ini, diharapkan tidak menyangkut pautkan dengan ajaran
agama, karena saya menganggap ini pure fiksi, pure imajinasi aja, apalagi soal
kehidupan di akheratnya bener-bener fantasy banget dan just for fun aja
nontonnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Siapa sangka,
setiap episodenya penuh dengan kejadian-kejadian lucu dan kejutan-kejutan tak
terduga. Cerita bermula dari Young Soo dan Han Gi Tak yang sudah mati dan akan
pergi naik kereta ke surga, tapi Young Soo protes minta pulang ke bumi karena
ada masalah dengan istrinya yang belum ia selesaikan. Protes Young Soo malah
menimbulkan keributan, sehingga Han Gi Tak menghajar petugas kereta akhirat
itu. Mereka pun dikejar-kejar hingga nekat loncat dari gerbang kereta akhirat
yang ceritanya lagi terbang di langit :D <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Singkat cerita,
mereka dikasih kesempatan untuk hidup lagi tapi dengan fisik berbeda. Young Soo
yang pendek dan kurang ganteng, dikasih fisik ganteng seperti lee Hae Joon yang
diperankan oleh Rain. Lee Hai Joon ini tinggi dan berbadan six pack, beda
banget sama fisik Young Soo sebelumnya.
Sedangkan Han Gi Tak, cowok macho mantan preman malah turun ke bumi
dengan fisik sebagai perempuan. Gi Tak sempat emosi dan menimbulkan masalah.
Apalagi dia turun ke bumi mau menyelesaikan masalahnya dengan cinta pertamanya
yaitu Song Yi Yeon. Diceritakan, Yi Yeon ini artis yang udah ngga laku, single
parent karena cerai, dan Gi Tak versi cewek dating untuk memberikan Yi Yeon
semangat supaya bangkit. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Ya, cerita
pun terus mengalir sampai kita menemukan apa sih keterkaitan antara Young Soo
dan Gi Tak ini. Ternyata di episode sepuluh ke atas, kita udah dibuat mewek
terus-terusan. Apalagi endingnya bikin baper banget. View dan pengambilan
gambarnya juga indah disertai kata-kata romantis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Satu
pelajaran yang bisa diambil dalam drakor ini adalah, gunakan waktu hidupmu
sebaik-baiknya. Jangan terlalu forsir diri untuk bekerja, karena keluarga kita
juga butuh kita. Kalau kita meninggal, perusahaan akan terus berjalan dan tidak
sedih tapi keluargalah yang paling sedih dan mengasihi kita. Jadi keluarga
nomor satu. Selama masih hidup di dunia, lakukanlah hal yang terbaik untuk
keluarga kita. Selama masih hidup di dunia, jadilah pemberani, bukan pecundang
yang selalu mengalah dan tidak mau memperjuangkan cinta kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Dan yang
pasti, hidup di dunia ini sementara banget. Hidup di akherat itu kekal.
Sudahkah kita punya kekal untuk pergi ke akherat? Kalau dalam film ini mungkin
ke surga itu kayaknya gampang banget, padahal untuk pergi ke sana kita harus
beribadah dengan taat dan punya iman. Jadi mumpung masih hidup, persiapkanlah
bekal di akhirat yaitu dengan beribadah, menaati perintah-NYa dan menjauhi
larangan-Nya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Meskipun
punya pesan yang bagus, ada banyak adegan-adegan di film ini yang terlalu
lompatnya jauh, ada yang adegannya terlalu diputar-putar. Niatnya mungkin mau
bikin twist tapi kadang spoilernya udah ada di adegan sebelumnya. Penjahatnya
juga kurang kerenlah, kalau soal action, belum ada yang nyaingin action Three
Days nya park yoochun dan Missing You-nya Park Yoochun juga. Baper dan
pengalaman masa lalunya juga ngga terlalu menyayat hati seperti dua drakor di
atas sih. Tapi nilai buat please come back ini, 7 dari 10 lah. Komedinya dapet,
sedihnya lumayan, dan twistnya bagus meski di episode ending udah ada adegan
yang bisa ketebak. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Selamat
menonton dan ingat ambil hal-hal yang positif dan tinggalkan yang negative-negatifnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">Dan tenang saja, di sini Oppa Rain ngga mati, kok. Yang mati tetap di Young So. Badan Oppa Rain tetap main jadi Lee Hae Joon yang tetep ganteng hehehe. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;">O iya di sini aku juga jadi ngefans sama artis cantik Honey Bee. She is so sweet and elegant. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-ID" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-ID;"><br /></span></div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-23765051823237624042016-06-18T10:37:00.001-07:002016-06-18T10:37:06.233-07:00Di Balik Kesulitan Kita Ada Rejeki Orang Lain<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
Hari ini adalah hari pembagian rapot Abiy, anak pertamaku yang guantengnya ngalahin Dude Herlino - ampun mas Dude- ya abis pas hamil dia aku lagi ngidam sama Dude, sih, sampe bela-belai nelepon Dude yang lagi syuting. Eh... udah udah bahas dudenya, sekarang bahas tentang bagi rapot.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<img src="http://cdn.tmpo.co/data/2012/12/12/id_155843/155843_620.jpg" /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span style="font-size: xx-small;">foto ambil di sini : https://m.tempo.co/read/news/2015/05/20/219667933/jadi-hot-daddy-dude-herlino-belajar-memandikan-anak</span></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Seperti ibu-ibu normal lainnya, saat bagi rapot saya juga dandan dong, ya pakai gamis cakep, jilbab cakep, sepatu cakep minus lipstik n make up, karena emang ga punya make up (kasian amat). Karena sejak shubuh hujan ngga berhenti-henti, aku merengek sama si Papa buat anterin aku dan ABiy ke sekolah pake mobil. Dengan sadisnya dia nyuruh kita naik motor aja, langsung dong aku ngeluarin jurus seribu satu ngambek. Seperti biasa jurus itu selalu sukses kena sasaran, singkat cerita, tanpa mandi-si papa langsung cus anterin kita ke sekolah naik mobil.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Benar saja, sampai di gang masuk sekolah saja sudah macet cet luar biasa. Mobil sudah diparkir di sana sini, jalan pun kayak siput, lama banget. Itu pun ngga bisa berhenti pas di depan gerbang, bisa berhentinya agak jauh kira-kira 50 meter dari gerbang. Ujung-ujungnya gerimisan juga sama Abiy sampai ke depan kelasnya, ya, setidaknya Abiy masih ganteng meski kena gerimis.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Singkat cerita lagi -ketauan males nulis- setelah nunggu cantik bareng ibu-ibu lainnya, akhirnya bagi rapot pun dimulai. Karena bu gurunya abis dua hari full nemenin anak-anak ikut pesantren kilat, bu guru kelihatan lelah banget. Jadi cuma kasih kata pengantar sedikit terus mulai bagi-bagi rapot dan dikasih marchandise handuk dengan nama siswa : Abiy. Seneng, dong, si Abiy apalagi emaknya seneng banget, kan, mayan ga perlu beli handuk baru <a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://www.facebook.com/hashtag/eh?source=feed_text&story_id=10154306180615742" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration: none;"><span aria-label="hashtag" class="_58cl" style="color: #4267b2; font-family: inherit;">#</span><span class="_58cm" style="font-family: inherit;">eh</span></a>.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Si Papa pun nelepon, dia bilang udah ngejemput, nungguin di taman perapatan kantor. Terus aku dan Abiy disuruh jalan ke sana? Hello papaaa... di luar masih gerimiiis... mana tahan basah-basahan gitu kan. Papa bilang, gang bisa masuk ke gang menuju sekolah, dilarang satpam karena udah penuuuh banget mobil yang ngantri. Akhirnya aku nyuruh papa pulang, tapi beberapa menit kemudian berubah pikiran dong, gapapa deh jalan bentaran lalu kirim WA yang apesnya tuh WA nyampe satu jam kemudian. Nyuruh si papa jangan pulang.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Terus aku dan Abiy niat mau nebeng sama mama Nayaka, salah satu CS abiy di sekolah, tapi ternyata mobil mama nayaka diparkir di lapangan yang notabene deket taman, ah nanggung bleeh sekalian aja basah. Aku dan Abiy pun jalan kira-kira 100 meter lagi, gerimis gerimisisan, Abiy nutupin kepala pakai rapot dan didobel dengan handuk marchandise. Aku cukup nutupin kepala pake telapak tangan - yaaa sebenarnya keujanan juga, nutup kepala biar action aja. Tibalah kita di taman dan tadaaa... mobil merah si papa udah gak ada. Huhuhu... rasanya mau nangis meraung-raung, gegulingan tapi malu sama pak pulisi. Akhirnya aku celingukan dan melihat ada ibuu-ibu naik becak.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Kucek-kucek mata sebentar, ratusan kali lewat sini naik mobil dan motor kenapa ya kok ngga ngeh kalau di sini ada tukang becak mangkal? Akhirnya aku melihat satu tukang becak yang nganggur. Karena udah lelah dikeroyok sama gerimis, aku pun mengajak Abiy naik becak, Abiy pun naik becak dan mukanya kelihatan pucat banget.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<img src="http://www.leladies.com/wp-content/uploads/2015/09/tukang-becak.jpg" /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span style="font-size: xx-small;">pict boleh copy dari link ini : http://www.leladies.com/2015/09/09/kisah-nyata-shodaqoh-jumat-seorang-tukang-becak-renta/</span></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Jarak dari kami naik becak ke rumah itu kira-kira 300 meterlah, jalannya pun luruuus aja ngga pake naik turun. Aku memeluk Abiy dan terjadi percakapan menyenangkan.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Aku : Jarang-jarang, kan, Biy, naik becak?<br />ABIY : Iya, Ma, asik ya ma, pemandangannya indah (padahal yang dia liat tiap hari itu-itu juga hik)<br />Aku : Nyanyi yuk, saya mau tamasya keliling kota, saya panggilkan becak kereta tak berkuda, becak-becak... coba bawa saya.<br />ABIY : .... (meneng bae)</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Jadi aku heboh sendiri naik becak, hmmm kalau dipikir-pikir udah lima tahun lebih gak naik becak, ya. Lambaaat lajunya tapi kok bikin tenang. Bisa lebih melihat kanan kiri jalan. Mendekati rumah Abiy nyeletuk.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
ABIY : Mah, abangnya kuat, ya, bawa mama 95 kilo, Abiy 30 kilo, 125 kilo, mah.<br />AKU : (ya gak usah bawa-bawa kiloan napa biiy). Iya, abangnya hebat! Kuat!</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Begitu tiba di depan rumah aku dan Abiy turun, saat mau bayar aku agak kaget karena abang becak yang sedari tadi mengayuh beban 125 kilo gram itu sudah tua, rambutnya putih semua, kerutannya banyak dan badannya kurus. Ngek... pas naik tadi sama sekali ngga merhatiin abangnya, cuma mikir gimana caranya gak keujanan. Akhirnya yang tadi mau ngasih dikit, diganti jadi ganti agak banyakan. Soalnya abang becak bapak tua ini ngga ngeluh sepanjang jalan, disuruh belok kanan kiri juga diem aja, saat dia nerima uang dengan mata berbinar, semua keluhanku soal hujan hilang sudah.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Papa dan Arkan keluar menyambut aku dan Abiy, hujan belum juga berhenti. Aku buru-buru masuk sambil cerita dengan cepat kenapa akhirnya bisa naik becak.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
PAPA : Beginilah cara Allah ngasih rejeki ke tukang becak tua itu.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Ah... aku baru kehujanan dikit ngeluh, jalan hujan-hujanan dikit ngerasa tersiksa, padahal bapak itu menunggu penumpang hujan-hujanan dengan sabar, mengayuh becak dengan penumpang 125 kg dengan sabar... rasanya malu.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
AKU : Apa yang menjadi kesulitan bagi kita boleh jadi adalah rejeki buat orang lain, ya, Pa.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
Masya Allah... begitu indah Allah mengatur rejeki hamba-Nya.</div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-64559898368725916892016-06-16T22:30:00.003-07:002016-06-16T22:30:57.814-07:00Peugeot, Salah Satu Mobil Eropa Yang Nyaman banget. <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
Finally si merah bisa juga masuk garasi. Ini adalah mobil pertama yang kami beli dengan cash thn 2013, waktu mikirnya yang penting mesin bagus, body bagus, nyaman, dan bisa bayar cash. Kemudian fungsiny mobil juga dapat. Jadi ngga mikirin gengsi harus mobil baru yang di pakai sejuta umat. Mampunya cash yang ini ya udah.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<img src="https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/13442123_10154302079615742_6184132157209722936_n.jpg?oh=4bcf95ba248402bd7c2c2e7e47680d81&oe=57D89008" /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
Apalagi saya dan suami ini keduanya penulis, mau ambil apa apa secara kredit juga susah. Awalnya ngeluh sih kok susah banget mau beli mobil n rumah apa-apa harus cash, kan lama ngumpulin duitnya. Tapi sekarang setelah dipikir-pikir ya Alhamdulillah, Allah lagi ngejauhi kita dari riba. Biar kata ini mobil tahun 1997, jadul, or ngga kekinian tapi aku bersyukur karena punya, masih banyak yang mau beli mobil juga susah. </div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Awalnya saya dan suami juga agak tahu apakah si merah bisa menemani kami. Apalagi omongan kanan kiri selalu bilang kalo mobil eropa itu perawatannya susah d<span class="text_exposed_show" style="display: inline; font-family: inherit;">ll dll. Tapi alhamdulillah dia berhasil membawa saya dan suami keliling jabodetabek. Pulang pergi Jogjakarta-Tangerang yang nyaman bangeeet... pp jogja-semarang, beberapa kali tangerang-bandung dan subang.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px;">
Si merah berfungsi dengan baik. Tercatat dari 2013, 3 kali mogok di jalan, 5 kali masuk bengkel. Sisanya asik asik aja hehe. Saat pindahan kemarin dia ngga diangkut karena ada masalah yang aku ga ngertii wkwk. Duitnya belum ke bagian buat bawa dia ke bengkel. Alhamdulillah akhirnya kemaren masuk juga ke bengkel bintaro dan hari ini siap jalan jalan lagi. Nongkrong dulu di garasi barunya.</div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Ini cerita si merah. Mobil kesayangan yang suami jadi cinta mati sama peugeot ini. Fyi perawatannya ga ribet kok, cuma bengkel ya aja agak jarang. Masuk bengkel juga ga mahal mahal amat. Jadi kalau butuuh banget mobil buat keluarga sementara uang ngepas mending beli ini dulu. Bagus juga buat yang belajar nyetir, ini sering tabrak sana sini body belum ada yang penyok hehe. Beda sama mobil murah kekinian yang baru ketabrak dikit aja udah penyok... ini bedanya kualitas mobil eropa sama mobil kekinian yang kataya murah meriah itu padahal hargaya seratus juta ke atas weeksss apanya yang murah huhuhu. </div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
FYI, saya beli si merah ini cuma 35 juta tahu 2013, tahun ini kemungkinan akan turun lagi harganya hehehe. Tapi inget, sebaiknya kalau mau beli mobil second, mau mobil eropa or mobil jepang, minimal pelajari dulu tentang mesin. Cari yang mesinnya belum pernah diganti, lebih enak lagi sih ngajakin orang bengkel buat bantu liatin. </div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
</div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-37726320445654222722016-05-22T23:25:00.001-07:002016-05-22T23:30:30.908-07:00CONTOH SINOPSIS SKENARIO FTV YANG DIBINTANGI RIDWAN GHANY<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Hai sobat semuanya, saya akan posting contoh sinopsis FTV yang dibintangi oleh Ridwan Ghany, berjudul Cinta Tanpa Koma. Sudah pernah ditayangkan di SCTV, di postingan lain akan saya kasih link youtubenya.<br />
<br />
BTW, buat kamu yang mau kirim sinopsis FTV ke PH, bisa lho mempelajari sinopsis yang saya posting ini. Kalau kamu mau ikutan kelas gratis BIKIN SKENARIO FTV bersama ACHI TM, saya akan kasih tahu cara gampangnya... di akhir sinopsis akan saya bisikin. CEKIDOT dulu sinopsisnya.<br />
<br />
***<br />
<br />
Judul : CINTA TANPA KOMA<br />
Penulis : ACHI TM<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm9Mo6nUvEqFQSlkLkzT5KuXYpvXkBHh61QPZ_f1Tu3NgefAt2P-TRxJlkeMyUSoG4OJ0hFn8PZQSML1FTB9cb2h0OuHic0_n0HA8Uea_hKYQec128JV-glO-hOWODaDLpgEa48nuc6qk/s1600/11082310_10153206610855742_1084845267755805161_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm9Mo6nUvEqFQSlkLkzT5KuXYpvXkBHh61QPZ_f1Tu3NgefAt2P-TRxJlkeMyUSoG4OJ0hFn8PZQSML1FTB9cb2h0OuHic0_n0HA8Uea_hKYQec128JV-glO-hOWODaDLpgEa48nuc6qk/s320/11082310_10153206610855742_1084845267755805161_o.jpg" width="226" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12pt; text-align: justify;">Naren (21th) tidak suka melihat ayahnya menikah
lagi. Ia mengira ibu tirinya jahat pada dia. Ibu tiri Naren sebenarnya hanya
tegas, menegur Naren yang malas-malasan. Menyuruh Naren membereskan kamar,
mencuci piring dan tidak boleh pulang larut sebenarnya supaya Naren lebih
mandiri. Ibu tirinya selalu menasehati Naren, sebagai perempuan harus bisa
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Naren beberapa kali adu mulut karena adik
tirinya Gea (19</span><sup style="font-family: 'Courier New'; text-align: justify;">th</sup><span style="font-family: "courier new"; font-size: 12pt; text-align: justify;">) tidak pernah disuruh melakukan apa-apa.</span><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;">Di sisi lain, Naren jatuh
cinta pada Bima (21th), Naren selalu berusaha mendekati Bima tapi Bima cuek
banget sama Naren. Saat bapaknya keluar kota, Naren kesal saat disuruh mencuci
bajunya sendiri. Ia kabur dan pergi ke makam ibunya. Saat pulang dari makam,
kepala Naren pusing karena belum makan, ia pun tertabrak mobil. Naren
terpelanting jauh hingga berguling-guling di bebatuan. Wajahnya hancur dan
penuh darah, orang-orang mengangkatnya. Mobil yang menabrak Naren banting setir
kemudian menabrak pohon. Pengemudinya tidak dinampakkan, namun orang-orang
bilang pengemudinya tak sadarkan diri. Naren dibawa ke rumah sakit dan mendapat
perawatan, dari data diri Naren, petugas rumah sakit berhasil menghubungi rumah
Naren. Ibu tirinya dan Gea segera ke rumah sakit saat mendengar Naren
kecelakaan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Dokter pun
bilang Naren mengalami koma. Roh Naren keluar dari raganya, Naren heran melihat
jasadnya sendiri. Ia belum mati. Tapi saat mau kembali ke dalam tubuhnya Naren
selalu terpental. Naren bingung, berkali-kali ia berusaha masuk, berkali-kali
ia terpental. Naren lalu keliaran di rumah sakit, berusaha bicara dengan
orang-orang tapi tak berhasil. Sebuah suara entah darimana berkata kalau Naren
bisa masuk ke tubuhnya kembali jika hatinya sudah tidak penuh perasaan
marah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;">Naren kaget melihat Gea dan ibu tirinya menangis.
Ternyata mereka mengkhawatirkan Naren, tapi saat melihat bapaknya datang, Naren
berpikir ibu tirinya hanya sandiwara. Naren berusaha bicara pada bapaknya
dengan berbagai cara dan tingkah lucu, seperti memelorotkan celana sang bapak
atau menarik-narik dasi bapaknya. Tapi semua itu percuma. Naren bosan, ia hanya
duduk-duduk saja di sebelah bapaknya sampai pagi datang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Naren lalu
pergi ke rumahnya, karena tidak bisa naik angkot karena tidak ada angkot yang
berhenti bahkan angkot melewati badan Naren begitu saja. Naren pun jalan kaki.
Tapi dia tidak merasa capek, Naren pun mulai iseng dengan mengerjai pedagang
asongan yang kaget dagangannya berterbangan. Naren juga merebut lollipop
seorang anak kecil hingga melayang-layang. Melihat anak kecil itu menangis
Naren malah tertawa. Tiba-tiba Andra (21th) merebut lollipop dari tangan Naren
dan mengembalikannya pada anak kecil. Andra memarahi Naren karena mengerjai
anak kecil. Setelah Andra pergi, Naren masih terbengong-bengong. Kok dia bisa
lihat gue? Pekik Naren. Ia lalu mengejar Andra dan mencegatnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Andra
memakai ransel dan membawa buku, hendak pergi ke kampus. Ia agak kesal
ditahan-tahan oleh Naren. Andra menjawab pertanyaan Naren dengan sebal : Ya
iyalah gue bisa ngelihat elo, kan gue punya mata. Akhirnya Naren berusaha
menjelaskan kalau dia sudah setengah hantu. Dia koma! Tapi Andra malah
menertawakan Naren. Naren kesal lalu menendang pantat Andra, Andra mengejar
Naren. Naren berlari sambil tertawa puas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Andra
menyimak pelajaran di kampus dengan malas-malasan. Ia malah menulis surat cinta
untuk seorang perempuan bernama Arum. Saat dosen keluar kelar, Andra segera
keluar kelas untuk mencari Arum. Andra menunggu Arum keluar sambil memejamkan
mata untuk mengumpulkan keberanian. Saat ia membuka mata ternyata di depan
matanya ada Naren. Andra menjerit kaget, Naren tertawa. Andra berlari ke taman
kampus, Naren mengejar. Andra kesal lalu adu mulut dengan Naren. Naren hanya
ingin minta tolong pada Andra untuk mencari tahu bagaimana caranya dia kembali
ke dalam tubuhnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Andra juga
tidak tahu menahu. Naren hanya mengira-ngira, mungkin aku cuma penasaran dengan
orang yang menabrak aku. Mungkin kalau aku tahu siapa orangnya dan melepaskan
kemarahanku sama dia, aku bisa masuk ke badanku. Andra mengiyakan dan mau
membantu. Andra membuka tabletnya dan mencari
berita tentang kecelakaan di depan pemakaman. Andra bilang, identitas
pengemudinya belum diketahui tapi si pengemudinya masuk rumah sakit yang sama
dengan Naren. Naren mau pergi ke rumah sakit tapi hujan deras turun, anehnya
saat hujan, tubuh Naren susah bergerak. Andra pun takut kebasahan. Akhirnya
Naren berteduh di balai taman bersama Andra. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Mereka ngobrol
satu sama lain. Naren berterima kasih karena Andra mau membantunya, ia pun
menawarkan bantuan balik. Andra yang pemalu ingin supaya Naren menyelipkan
surat cintanya ke tas Arum. Naren pasti tak terlihat. Naren setuju. Naren lalu
mendekati Arum, ternyata Bima juga sedang PDKT sama Arum. Naren patah hati lalu
membuang surat Andra. Andra yang mengetahui suratnya dibuang malah marah sama
Naren. Naren minta maaf dan mencari surat itu asalkan Andra mau ke rumah sakit
untuk mencari informasi si penabrak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Maka Naren
mencari surat dan Andra ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Andra heran
melihat mama dan papanya ada di sana. Andra berusaha mengejar mereka dan naik
lift tapi liftnya macet dan Andra malah susah keluar. Surat Andra ternyata
dipungut Arum dan dirobek-robek gadis itu. Naren kasihan sama Andra dan tidak
mau mengatakan sesungguhnya. Begitu berhasil keluar dari lift, Andra segera
mengejar mama papanya keluar rumah sakit tapi tidak ada. Andra heran,
seharusnya kan mama papa ada di luar negeri. Andra pun memilih pulang ke rumah.
Saat Andra ke rumah, rumahnya malah dikunci. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Andra
luntang-lantung di pos satpam kampus, Naren menghampirinya dan membohongi Andra
kalau suratnya kecebur parit. Andra dan Naren bosan kemudian memutuskan buat
jalan-jalan malam dengan menumpang losbak. Andra ingat kalau malam minggu, suka
ada kembang api dari sebuah mall. Mereka naik kea tap gedung dan nonton kembang
api berdua. Naren ketiduran di sudut gedung, sedangkan Andra duduk mematung di
sisi atap yang lain. Saat pagi Naren terbangun, ia melihat Andra sudah tidak
ada. Naren lalu melihat ke bawah, ia berharap bisa jatuh dari atap gedung dan
bisa kembali ke tubuhnya. Saat Naren jatuh ternyata Andra menarik tangan Naren.
Andra memarahi Naren, walaupun Cuma roh tetap saja Andra ngeri. Andra ternyata
beli makanan dan memberikannya pada Naren. Mereka sarapan berdua. Naren juga
heran kok dia bisa makan, ya? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Andra ke
rumah sakit lagi, tapi kali ini dia diabaikan oleh perawat. Naren mengirimkan
surat Andra lagi yang dibuat ulang oleh Andra. Tapi dirobek lagi oleh Arum.
Naren dan Andra sama-sama patah hati lalu berusaha menyembuhkan perasaan
masing-masing dengan saling stand up komedi. Naren mengajak Andra ke rumahnya,
kasihan kalau Andra tidur di atap gedung terus. Benar saja di rumah Naren hanya
ada Gea dan pembantunya. Naren heran melihat Gea selalu batuk-batuk saat
membersihkan debu. Ternyata dari ucapan pembantunya, Naren baru tahu kalau Gea
badannya lemah, gampang capek dan punya asma. Pantas saja dia lebih banyak diam.
Naren heran kenapa Gea dan pembantunya mengabaikan Andra juga, ya? Seolah-olah
Andra itu ngga ada. Andra lalu tidur di ruang tamu. Naren kembali ke kamarnya
dan hendak tidur tapi ngga bisa. Saat itu Gea masuk ke kamarnya membersihkan
kamar Naren meski batuk-batuk. Gea ngomong sendiri, sebenarnya dia ingin kenal
dekat sama Naren. Lalu Gea berdoa agar Naren cepat sadar dari komanya. Hati
Naren tersentuh. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Besoknya
Naren heran karena Andra tidak mandi dan berganti pakaian. Semua buku yang
dibawa oleh Andra juga sama. Andra mengajak Naren sama-sama ke rumah sakit,
Naren mengiyakan. Ternyata saat di rumah sakit, Andra diabaikan juga. Naren
mengajak Andra langsung naik saja ke lantai dua tempat Naren dirawat. Saat
melintasi sebuah kamar, Andra heran melihat mamanya keluar dari kamar itu.
Andra berusaha mengajak mamanya bicara tapi diabaikan. Saat papanya Andra
membuka pintu lebar-lebar, tak sengaja Naren melihat sosok pasien yang
terbaring di kamar itu. Wajahnya mirip Andra. Bukan itu adalah Andra! Karena
mama papa Andra menyebut-nyebut nama Andra. Andra ikut kaget dan masuk ke dalam
kamar. Naren ikut terkejut melihat nama pasien. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Kemudian
polisi datang untuk melihat kondisi Andra. Ternyata Andra adalah penabrak
Naren. Naren sebal melihat Andra lalu pergi. Andra mengejar Naren tapi Naren
sudah menghilang. Naren masuk ke kamar badannya dirawat. Di sana ia melihat ibu
tirinya merawat badannya dengan baik. Badannya di lap, rambutnya disisir, hati
Naren terenyuh. Ibu tirinya juga meminta maaf pada ayahnya Naren karena mungkin
terlalu keras mendidik Naren. Ayahnya Naren bilang kalau dialah yang meminta
ibu tirinya melakukan hal itu. Naren tak sengaja berdesis kalau ia memaafkan
ibunya. Roh Naren tiba-tiba ketarik ke badannya, separuh badan Naren masuk tapi
tak bisa seluruhnya. Sebuah suara misterius pun muncul lagi : kamu harus
memaafkan, Naren. Termasuk memaafkan orang yang sudah menabrak kamu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; font-size: 12.0pt;"> Naren
segera keluar dari tubuhnya lalu mencari Andra ternyata tak ada. Andra ternyata
sudah siuman dari koma dan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Naren mencari
Andra yang sudah siuman tapi Andra tak bisa melihatnya. Meski begitu, Naren
sudah memaafkan. Rohnya kembali ketarik ke badannya. Naren bisa sadar lagi tapi
ia kaget melihat wajahnya buruk. Naren mulai kangen sama Andra, begitu juga
Andra. Andra lalu pergi ke kampus Naren dan mencari Naren tapi tak ketemu.
Narenlah yang menepuk pundak Andra. Ia penuh dengan luka di wajah. Andra
senang, walaupun wajah Naren penuh luka dia tetap kangen sama Naren. *** <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; mso-ansi-language: EN-US;">Gimana caranya ikutan grup belaar skenario FTV?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; mso-ansi-language: EN-US;">Cukup : Beli novel Achi TM berjudul Mr&Mrs Writer, posting struk pembelianya di IG Achi_TM</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP5xGkp5Lh2uV3j9kMfZM1ts3r6HqAN2-uOO3pDWs2nML9IiNCkj5OvtyM-9usCyZ8VhcPtAdmBqKortDKGYKFkTBsrk04MPpSSOKG7LAPz9ZpungtRXatj_7aJYDAQDxgaFkZ8nPpOFo/s1600/11214026_10153765874450742_6856816324937780695_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP5xGkp5Lh2uV3j9kMfZM1ts3r6HqAN2-uOO3pDWs2nML9IiNCkj5OvtyM-9usCyZ8VhcPtAdmBqKortDKGYKFkTBsrk04MPpSSOKG7LAPz9ZpungtRXatj_7aJYDAQDxgaFkZ8nPpOFo/s320/11214026_10153765874450742_6856816324937780695_n.jpg" width="234" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new"; mso-ansi-language: EN-US;">mention me. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pendaftarann ditutup tgl 1 September 2016. </div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-5147253891164777852016-05-22T11:10:00.001-07:002016-05-22T11:10:31.614-07:00Menulis Membuatku Lepas Dari Baby Blues<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">Waktu sedang mengalami baby blues berat dan terindikasi PPD, </span><span style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">aku merasa nelangsaaa banget ngga bisa menulis. Penderitaan terbesar seorang penulis adalah ketika dia tidak menulis lebih dari seminggu. Stressnya bukan main. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">Bahkan ada kawan yang karena PPD ini ngga bisa nulis nulis lagi sampai lebih dari 6 tahun. Dia masih berjuang untuk bisa menulis lagi dan aku selalu mendoakan itu. Saat baby blues berat itu aku ngga bisa nulis cepat, nulis hanya seminggu sekali dan stress ban</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">get. Tapi Allah Maha Baik, Allah membuat aku sibuk dengan mengutus hamba-Nya untuk mengundangku ke berbagai daerah mulai dari Padang, Medan, Jogja sampai Semarang dalam rangka isi seminar menulis dan bedah buku. </span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;"><br /></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">Sepanjang stress aku susah menulis, aku menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an tentang kematian. Ada beberapa ayat aku tulis berulang-ulang hingga aku menulis sebuah judul : Bagaimana Aku Bertemu Kematian? Isinya ya tentang bagaimana seorang tokoh itu akan mati, sangat gelap, dark, tapi plot tetap terjaga. Aku membayar editor dengan uang pribadiku, rencana mau kuterbitkan sendiri tapi takut, dikirim ke satu penerbit ditolak, jadi makin takut nerbitin hahaha... covernya sudah kubuat, covernya adalah liang lahat. </span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;"><br /></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">Bagaimana kematian pernah akrab dalam tulisanku. Tapi setelah novel itu selesai ditulis aku pun bisa lega dan sembuh dari baby blue, novel 150 halaman itu membangkitkan gairah menulisku lagi. Maka aku langsung nulis novel Mr & Mrs Writer (diterbitkan di Sheila <a class="profileLink" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100006420425435" href="https://www.facebook.com/sheila.nyonyo" style="color: #365899; cursor: pointer; text-decoration: none;">Sheila Dan Nyonyo</a>, dilanjutkan dengan menulis novel Insya Allah Sah diterbitkan di Gramedia Pustaka Utama dan sudah memegang kontrak dengan MD untuk pembuatan filmnya, lalu menulis novel 147 Letters (diterbitkan di Mizan) lalu menulis novel Before I Met You (coming soon di GPU). Aku ngga minta mommy mommy yang kena baby blues buat nulis, tapi lakukanlah apa yang mommy mommy suka. Aku suka menulis dan jiwaku yang baby blues tenang setelah menulis.</span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4UK0ERbYNCqft2b4U7nfiRamMdEg4BK8xapgHH1k1SwtPiiPQm4iKjMR5LCwJwqr9Jecb0KcmVt1qjLIu9AxwH6cRQgtnrtSLnuR_FNmcrYzWw0WDvWCaYYfOhXnoHPmx3fPpfFCb4oY/s1600/11214026_10153765874450742_6856816324937780695_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4UK0ERbYNCqft2b4U7nfiRamMdEg4BK8xapgHH1k1SwtPiiPQm4iKjMR5LCwJwqr9Jecb0KcmVt1qjLIu9AxwH6cRQgtnrtSLnuR_FNmcrYzWw0WDvWCaYYfOhXnoHPmx3fPpfFCb4oY/s320/11214026_10153765874450742_6856816324937780695_n.jpg" width="234" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSdng22mgc-1hNn8gxVa4BiMDEwDJ2VbqCJ9_Qx6LgmEYOyuHPN8ffLye6RP782iQ9ac4AeJBg1fTdK9cfUHMcd5t4bfKmdfE2fe6q0kZipPDr2KHjkcel8kbWlr0C030a-XNNAMzLbJU/s1600/insya+allah+sah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSdng22mgc-1hNn8gxVa4BiMDEwDJ2VbqCJ9_Qx6LgmEYOyuHPN8ffLye6RP782iQ9ac4AeJBg1fTdK9cfUHMcd5t4bfKmdfE2fe6q0kZipPDr2KHjkcel8kbWlr0C030a-XNNAMzLbJU/s320/insya+allah+sah.jpg" width="236" /></a></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;"><br /></span></div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-85589448337918100332016-03-26T04:24:00.002-07:002016-03-26T04:24:24.007-07:00Inilah Salah Satu Hikmah Menikah Muda<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<img src="https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xfa1/v/t1.0-9/208841_1721363111504_1207895_n.jpg?_nc_eui=ARjkL7Ht00QybYvmsWyfiWZyrGh7z55W-Evvsaq2n2HwIbHBa9oa&oh=0051b85ab3c44fa3f70f6179e31502e5&oe=577E76C1" /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
Dalam hidup ini pasti selalu ada hikmah tersembunyi. Mungkin hikmahnya bisa dipetik bertahun-tahun kemudian.<br />Ingatanku melayang, pada tahun 2007, umurku masih 22 tahun, kerjanya hanya nulis cerpen dan kirim ke media. Masa depan masih belum jelas. Lalu calon suami saat itu kerja jadi buruh kasar pabrik dengan gaji 1 juta per bulan. Ayahh sempat kesal : kenapa buru-buru mau nikah, sih? kakak kamu saja belum nikah.<br />Alasanku saat itu hanya satu : menghindari zina.<br />Karena aku su<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">dah cinta, dia cinta, mau apa lagi? Emang sih hidup kan gak makan cinta, tapi aku percaya Allah. Sebelum memutuskan nikah juga udah melahap banyak buku pernikahan dalam islam. Intinya : Allah menjamin rejeki setelah nikah, kok.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">
<div style="margin-bottom: 6px;">
Ayah pun luluh dan mau menikahkan aku dan suami yang saat itu masih muda, masih hijau, belum punya harta benda apa pun. Modalnya cuma cinta sama percaya Allah. Dua tahun setelahnya, kakakku menikah, suaminya adalah tetangganya suamiku. Kalau aku ngga ketemu suamiku, kakak mungkin akan lebih lama nikah.</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Tiga tahun setelah pernikahanku, Ayah sakit kanker tiroid dan meninggal. Sore ini di sela penat menulis novel, aku melihat foto alm. Ayah. Aku begitu rindu. Seringkali bertanya kenapa Ayah dipanggil dalam usia 56 tahun? Masih muda menurutku.</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Tapi aku bersyukur, bersyukur karena aku memutuskan menikah muda. Karena aku ngga tahu kapan umur ayahku berakhir. Setidaknya ayah sudah merasakan menikahi 2 anak perempuan tertuanya, ayah sudah merasakan menimang cucu. Itulah hikmahnya kenapa aku waktu itu ngotot sekali nikah umur 22 tahun. Karena Allah lebih tahu, Allah tahu umur ayahku tak panjang. Alhamdulillah saat ini, 9 tahun pernikahan kami, kami berdua telah menjadi penulis novel dan penulis skenario. </div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
I LOVE YOU AYAH... MISS YOU SO. </div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Bagaimana denganmu? Masih menunda menikah? Yakin umur orang tuamu panjang?</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://www.facebook.com/hashtag/justsharing?source=feed_text&story_id=10154081862445742" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;"><span aria-label="hashtag" class="_58cl" style="color: #627aad;">#</span><span class="_58cm">justsharing</span></a><br /><a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://www.facebook.com/hashtag/mr?source=feed_text&story_id=10154081862445742" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;"><span aria-label="hashtag" class="_58cl" style="color: #627aad;">#</span><span class="_58cm">Mr</span></a>&MrsWriter</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
</div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-17657039630891018602015-11-18T04:53:00.001-08:002016-01-21T21:34:55.824-08:00Apa Bakat Anak Saya?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<img height="400" src="https://scontent-hkg3-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xap1/v/t1.0-9/s720x720/12088475_10153683876430742_4277417773832063345_n.jpg?oh=c4b36ba7baf58f99eb5853e49e9f25d9&oe=56F44711" width="300" /></div>
Ketika awal-awal punya anak dan melihat banyak anak-anak berprestasi di umurnya yang baru 5 tahun, 7 tahun, saya sempat terobsesi ingin membuat Abiy berprestasi di umur segitu. Ketika Abiy berumur 6 tahun, saya sempat memasukkan dia ke taekwondo, berharap dia bisa ikut turnamen-turnamen, lalu mengajari dia menulis dengan harapan dia mau nulis dan berprestasi di usia dini. Tapi melihat dia sepertinya tak nyaman dan tertekan, saya pun jadi mengurungkan niat.<br />
<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saya ngga mau ngotot. Apalagi ada keinginan juga mau memasukkan dia les musik, kali aja bisa jadi musisi muda. Di umur dia yang ke - 7 Abiy belum memperlihatkan bakat istimewa atau prestasi yang wah. Yang dia lakukan nyaris sepanjang hari hanyalah membaca-membaca dan membaca.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Sejak Abiy umur 1 tahun saya memang sudah investasi banyak buku bacaan anak-anak, tentu saja saya prioritaskan adalah buku anak-anak islami. Karena saya mau anak saya dekat dengan islam sejak kecil. Karena itu agama yang saya anut. Jumlah buku anak di rumah kami lebih dari 100 buku, mulai dari pict book sampai ensiklopedia. Di umurnya yang ke - 7 ini, dia udah nyentuh pict book lagi.<br />
<br />
Kemarin waktu cacar 2 minggu nggak ke sekolah, yang dia lakukan hanya membaca dan main game yang saya batasi sehari 1 jam. Buku kisah-kisah Nabi dan Rasul dari berbagai versi penerbit serta ensiklopedia adalah buku favorit dia. Pagi baca buku, siang baca buku, sore, dan malam baca buku. Minimal ada 3 buku yang dia baca.<br />
<br />
Akhirnya saya pasrah saja kalau anak saya belum menerbitkan bakat khusus, tapi kalau boleh ... saya ingin menyebut gila membacanya adalah bakat. Seperti ratusan anak-anak lain di luar sana yang juga gila baca sejak dini. Dari membaca itulah ia jadi tertarik dengan sains, dia jadi tertarik memperdalam agama Islam. Bahkan pada suatu ketika, saat saya bertengkar dengan suami, dia datang dan mengucapkan sebuat hadist dengan bahasa Indonesia, lengkap, tentang larangan marah. Kalau marah, duduklah.<br />
<br />
Pada suatu malam ia merenung lalu berkata : Ma, kayaknya kasur kita terlalu empuk, deh. Rasulullah saja tidur di atas tikar. Tapi ketika saya dukung, ya udah besok kita beli tikar, eh dia bilang, sehari tidur di tikar sehari di kasur aja, Ma. Malam itu dia tidur di lantai beralas kasur palembang frown emotikon emaknya bingung kudu gimanaaa....</div>
</div>
<br />
Lain hari dia bilang mau puasa daud tapi batal karena kalau jam makan siang di sekolah, dia ngga tahan lihat bekal menu temannya. Hehehe. Akhirnya minta puasa sabtu minggu aja, we will try ya dear.<br />
<br />
Sekarang mudah saja kalau Abiy marah, ingatkan tentang Rasul. Kalau Abiy menghina makanan, ingatkan tentang Rasul, apa pun kejadiannya, kaitkan dengan Nabi dan Rasul maka ingatan dia akan melayang pada apa yang dia baca.<br />
<br />
Jadi sekarang saya biarkan saja ia terus membaca, sambil terus menyediakan buku-buku terbaik. Saya percaya buku masihlah jadi gudang ilmu dan jendela dunia. Ada kalanya ia tetap bermain dengan teman sebayanya, tapi 80% waktu di rumah, dia habiskan untuk membaca buku.<br />
<br />
Biarkan anak berkembang tanpa paksaan. Suatu hari nanti, saya yakin, dari kegiatan membaca dia akan lahir sesuatu yang luar biasa yang kelak akan membuat saya berdecak kagum. Karena membaca buku tak pernah sia-sia.<br />
<div>
<div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
</div>
</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-28765557500393532132015-10-26T06:09:00.001-07:002016-01-21T21:44:31.474-08:00Mr & Mrs. Writer part #2 : Anak Pertama Kami<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-JxAvssUm9QIkNJpanTm802cntKm0-y6lDclnuiEyXLqgrFh7YSR1F76ozCJjj_uj3sTv5CP9IMyuPSHL1i7idKtswmbD3TqwkviZL6NIdkdGGchC1QHmTRGbrYxhb0fnKpt7xfG64YA/s1600/BANNER+POSTINGAN_MR+%2526+MRS+WRITER_2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-JxAvssUm9QIkNJpanTm802cntKm0-y6lDclnuiEyXLqgrFh7YSR1F76ozCJjj_uj3sTv5CP9IMyuPSHL1i7idKtswmbD3TqwkviZL6NIdkdGGchC1QHmTRGbrYxhb0fnKpt7xfG64YA/s640/BANNER+POSTINGAN_MR+%2526+MRS+WRITER_2.jpg" width="640" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<h4>
Tahun 2007 akhir.</h4>
Setelah suami memutuskan berhenti bekerja dan ikut nulis stripping TV -saat itu menulis Si Entong abunawas Betawi. Kami pun memulai kisah sebagai suami istri yang sama-sama menulis, berprofesi sebagai penulis. Well... Mungkin di luar sana banyak kisah suami istri penulis yang lain, cerita saya bukan cerita super heboh or sedih lho.<br />
<br />
Buat yang belum tahu ceritanya awalnya bisa lihat status part #1-nya smile emotikonsaya dan suami menikah dengan serba pas-pasan, kedua orang tua kami juga bukan orang berada.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Ini cerita biasa-biasa saja tentang suami istri yang sama-sama nekat jadi freelancer. Jreng jreng, 2 minggu pertama menulis bareng di rumah semua aman terkendali.<br />
<br />
Pagi-pagi saya <i>morning sick </i>ala ala bumil, lemes, muntah, mual. Ini kehamilan pertama saya. 2 Bulan menikah saya hamil. Saya menulis sceneplot sampai siang. Siang sampai malam, suami menulis saya istirahat. Malam suami istirahat saya cek skenario dia, memperbaiki, merevisi sambil kasih masukan (lebih tepatnya ngomel hehe) lalu kirim naskah ke PH.<br />
Ya maklum saja, komputer cuma satu masih butut pula. Tapi kami punya sistem kerja yang lumayan oke. Sampai kemudian head writer kami memberikan sebuah laptop seharga 6 juta. Laptop pertamakuuuh... Senengnya bukan main. Eh ternyata harus dibayar, nyicil potong honor. Udah GR duluan gue.<br />
<br />
Dengan bantuan sang laptop, menulis jadi lebih lancar. Kalau aku malah kebanyakan ngelus laptopnya daripada nulisnya. Setelah melihat tabungan mencapai 5 juta rupiah, uang itu kami depositokan di bank syariah yang bisa diambil setelah 2 tahun. Tepat saat 2 kali cicilan laptop, jreng jreng! Si Entong diputus oleh stasiun TV. What?!!!<br />
<br />
Aku sedang hamil 4 bulan dan kami kehilangan pekerjaan. Aku melihat buku tabungan, hanya cukup untuk hidup 2 bulan ke depan. Gimana dengan biaya persalinannya? Depositonya baru bisa dicairkan 2 tahun lagi... Wooii... Gue lahiran 5 bulan lagi. Rasanya pengen guling-gulingan di atas pizza keju.<br />
<br />
Honor-honor juga mendadak macet. Belum lagi cicilan laptop yang masih 10 kali. Duh bener-bener bikin syok.<br />
<br />
Suami sempat kepikiran buat ke pabrik lagi, tapi ada tawaran untuk bikin desain program sinetron baru. Dengan harapan baru, kami bolak-balik ke kantor BSP, waktu itu gabung dengan BSP. Tapi 2 bulan bikin dispro belum ada yang lolos. Uang makin menipis.<br />
<br />
Tapi head writer saya dapat job bikin FTV. Ikut dengan salah seorang penulis senior. Jadi honornya keciiil banget. Tapi karena butuh uang saya pun mengiyakan. Itulah pertama kali saya bersentuhan dengan dunia FTV.<br />
<br />
Bikin FTV lamaa. Acc sinopsisnya nunggu 2 minggu. Proses bikinnya 2 minggu. Honor turun 2 minggu setelahnya. Kadang nunggu sebulan, bahkan ada yang setahun. Lalu ada proyek penulisan skenario pemerintah, kita ikut juga. Tapi bayarnya lamaaa bangeet. Honornya entah kapan turun sementara kehamilan semakin membesar.<br />
<br />
Uang yang ada hanya cukup untuk makan sehari-hari dan kebutuhan periksa setiap bulan, vitamin, dll. Masih disyukuri karena setiap kita butuh, Allah kasih.<br />
<br />
Di saat-saat menjelang lahiran. Saya lalu pakai jurus andalan alm ayah saya kalau ngga ada duit : pasrah sama Allah dan percaya pada kekuasaan Allah. Rejeki pasti dikasih.<br />
<br />
Kepasrahan itu akhirnya membuahkan hasil, di usia kehamilan 9 bulan novel ke-3 saya terbit. Sayang saya hanya dapat royalti berupa 100 eks buku yang kalau mau diuangkan. Buku-buku itu harus saya jual sendiri.<br />
<br />
Ya maklum, saat itu belum ngerti soal penerbitan. Asal terbit aja udah alhamdulillah. Saat 100 buku itu datang, saya gencar jualan online. Tahun 2007 belum ada fb. Jadi jualannya dari email ke email. Suami malah bawa buku itu untuk menjajakannya dari satu sekolah ke sekolah lainnya.<br />
<br />
Laku 1, laku 2, laku 3 alhamdulillah. Masukkan ke celengan. Satu buku dijual 25 ribu saat itu. <a href="https://www.facebook.com/hashtag/kalaugalupa?source=feed_text&story_id=10153705929520742">#kalaugalupa</a><br />
<br />
Suatu hari suami pulang bawa uang hasil penjualan buku. Terjual 10 buku, tapi uangnya 500 ribu. Aku terharu : ini darimana, mas? Dari pak Pras, kepala sekolah SMAN 1. Katanya kamu dulu murid dia di sma 5. Pak pras beli 1 buku 50 ribu. Buat biaya persalinan.<br />
<br />
Huwee terharuu. Pak Pras ingat sama Achi TM. Secara kalau ulangan Geografi, pelajaran beliau, aku selalu kasih nama Achi TM Bennington di kertas ulangan harian dan ulangan Cawu. Padahal namaku Asri Rakhmawati.<br />
<br />
Semangat kami jualan buku makin membara. Apalagi tidak ada kerjaan nulis yang bisa dilakukan. Aku pun mulai jualan di komunitas sekolah kehidupan. Blak-blakan bilang jualan buku untuk biaya persalinan.<br />
<br />
Senangnya ada yang beli buku 1 tapi transfer 100 ribu lalu kirim sms, buat beli baju si baby. Terharuu banget. Allah memang Maha Baik.<br />
<br />
Di usia kehamilan 9 bulan lewat 1 minggu, tepat pukul 1 dinihari. Ketubanku pecah. Kami semua yang di rumah panik. Aku dan suamiku naik becak, 2kilo ke rumah sakit bersalin yang kecil. Ternyata katanya aku belum pembukaan tapi ketuban sudah pecah. Lalu dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, jaraknya sekitar 5 km. Kami naik angkot, bareng kakak perempuanku. Angkotnya udah bobrok pula, jalannya ndut ndutan. Duh jangan sampe deh lahiran di angkot.<br />
<br />
Sesampainya di RSIA yang besar. Aku langsung ditangani dan disuntik untuk diinduksi. Ya Tuhan... Sakit banget. Diinduksi itu perut dibuat mules, dipaksa mules supaya baby keluar. Tapi mulesnya sakiit banget, seperti orang mau pub tapi ngga bisa keluar. Aku pun hsrus berbaring, ngga boleh tengkurap, duduk, miring apalagi nungging.<br />
<br />
5 jam setelah induksi. Bidannya datang. Harus operasi katanya. Jreng jreng!<br />
<br />
Ngga mau operasi! Kita ngga punya duit. Anak ini harus lahir normal! Teriakku saat itu pada perawat dan bidan.<br />
<br />
Aku terengah-engah, aku mempertaruhkan keselamatan anakku. Tapi aku yakin Allah melindungiku... Aku tetap tidak mau dioperasi. 6 jam berlalu .....<br />
<br />
Apa aku bisa melahirkan secara normal?<br />
<br />
<a href="https://www.facebook.com/hashtag/lanjutin?source=feed_text&story_id=10153705929520742">#lanjutin</a> lagi kapan-kapan.Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-49806960657470966132015-10-08T21:09:00.001-07:002016-01-21T21:44:49.787-08:00Mr & Mrs.Writer #1 : Nikah Modal Cinta? <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="margin-bottom: 6px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgflIfbnBKuBcPSj9h2kBYPn0sJHEjjvhtt-UOD3pa1BoOUEE7Z4VDtdEVMjARArGZXFTKvZArErc8dDEuHpx1YBoHYw2sG7wcRyiyuabcQQJXryr6rRLzQ0Csjq70Wfc3UG_FCOLCN-SA/s1600/BANNER+POSTINGAN_MR+%2526+MRS+WRITER_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgflIfbnBKuBcPSj9h2kBYPn0sJHEjjvhtt-UOD3pa1BoOUEE7Z4VDtdEVMjARArGZXFTKvZArErc8dDEuHpx1YBoHYw2sG7wcRyiyuabcQQJXryr6rRLzQ0Csjq70Wfc3UG_FCOLCN-SA/s640/BANNER+POSTINGAN_MR+%2526+MRS+WRITER_1.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 19.32px;">Say</span></span>a berencana mau menuliskan kisah perjalanan pernikahan saya. Mungkin bukan kisah romantis atau dramatis. Ini kisah biasa-biasa saja. Sama seperti kisah ratusan, ribuan, milyaran orang di dunia. Hanya saja, saya mau berbagi. Bagaimana saya dan suami saya menjalani kehidupan sebagai seorang freelancer. Kami berdua hidup dari menulis. Semoga menginspirasi.<br />
<div style="text-align: center;">
...</div>
<br />
Saya menikah umur 22 tahun, baru lulus D3, belum sempat lanjutin ke S1. Suami saya lulusan STM, asli Bantul, Jogjakarta. Sementara saya dibesarkan di Tangerang, kota penyangga Ibukota. Suami saya anak petani biasa, bahkan bisa dibilang kurang mampu. Saya anak seorang guru biasa, bisa dibilang juga hidup pas-pasan. </div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlqBtmcX8fq7V_6gEtCzoHJeISSLLp2QsqYm7e1mSseX63tZLnrLHW6-nCuNjOjniDuiTxFTBDUCFOoao_b1ODDuNoQhBM7cHnJMd84tiOnKo7iOnOPvNw3xqMU9W5_-7qx0y4-ny_gXo/s1600/25858_118444554836559_261228_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlqBtmcX8fq7V_6gEtCzoHJeISSLLp2QsqYm7e1mSseX63tZLnrLHW6-nCuNjOjniDuiTxFTBDUCFOoao_b1ODDuNoQhBM7cHnJMd84tiOnKo7iOnOPvNw3xqMU9W5_-7qx0y4-ny_gXo/s400/25858_118444554836559_261228_n.jpg" width="266" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
Waktu awal nikah saya ngga punya kendaraan sama sekali. Jangankan motor, sepeda pun kami ngga punya. Jadi ketika menikah, memang benar-benar modal niat. Penghasilan suami saya tahun 2007 saat itu hanya 1,1 juta. Kerja di pabrik yang jaraknya 25 km dari rumah orang tua saya. Ongkos, makan, dll sisa gaji yang diberi ke saya hanya 600 rbu. Untung dia tidak merokok dan untungnya saya masih numpang di rumah ortu.<br />
<br />
Tapiii ternyata 600 ribu juga ngga cukup. Apalagi waktu hamil. Duh, bingung mau bawa masa depan ke mana. Kadang mikir, kok gue mau ya sama dia yang penghasilannya hanya 1,1 jt per bulan dan dia hanya lulusan STM. Yang kalau dipikir lagi dari kacamata orang awam : bakal madesu alias masa depan suram nih pernikahannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Alhamdulillah saya malah dapat job nulis skenario stripping untuk pertama kalinya. Nah! Janji Allah, nih! Kalau kita nikah pasti dicukupkan. Penghasilan saya nulis 1 script sama dengan uang gaji yang dia kasih ke saya. Dalam seminggu saya bisa menulis 3 naskah. Tepat saat saya hamil di bulan ke 3, saya kena flek. Harus bedrest tiduran. Waktu itu ngga punya laptop, hp juga belum layar warna.<br />
<br />
Akhirnya suami mau bantu nulis. Saya mendiktekan cerita, dia ngetik di komputer pentium 1 punya alm. Ayah saya, dengan layar yang hanya separuh. Dia ngetik. Seminggu kemudian dia malah bisa bikin cerita sendiri dan mulai ketagihan.<br />
<br />
Siapa yang nyangka dia bisa nulis naskah? Secara nulis puisi saja ngga bisa dan ngga pernah belajar nulis di mana-mana. Akhirnya dengan pemikiran matang, dia keluar kerja. Kami sepakat buat nulis bareng. Jadi freelancer bareng.<br />
<br />
Meski ayah dan mama saya syok karena khawatir anaknya ngga punya kerjaan tetap. Soalnya meski gaji di pabrik kecil, tapi dia udah karyawan tetap.<br />
<br />
Setelah kami berdua fokus nulis dan mulai menjalani kerja berdua di rumah. Tiba-tiba sinetron stripping yang kami garap diputus oleh stasiun TV. Jjejejejeejeng! Otomatis kerjaan kami berhenti. Lost job.<br />
<br />
<a href="https://web.facebook.com/hashtag/bersambung?source=feed_text&story_id=10153692694755742">#bersambung</a> kapan kapan.</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1260386992287922382.post-37806318437595371592015-08-09T21:08:00.002-07:002016-01-21T22:01:17.089-08:00Curhat Seorang Mama Yang Tak Sempurna<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Gr6Dr3sKt0mUEWrrFtDbpZYaUxNXXDuUdaw6SeGUtsgwlWXl5Y-pODKF2Q8TtT4lVqVHWMz9FG-0M0XXnqz8q36Wa5AzTNUjnVRfW0GGa0J9igMTN1KDwmFraXq2efXvXKbz_4cZd7c/s1600/ACHI+TM_PROFIL.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Gr6Dr3sKt0mUEWrrFtDbpZYaUxNXXDuUdaw6SeGUtsgwlWXl5Y-pODKF2Q8TtT4lVqVHWMz9FG-0M0XXnqz8q36Wa5AzTNUjnVRfW0GGa0J9igMTN1KDwmFraXq2efXvXKbz_4cZd7c/s320/ACHI+TM_PROFIL.png" width="313" /></a></div>
Saya termasuk korban parenting hehehe. Dalam artian begini :<br /><br />Ketika saya punya anak pertama, saya melahap banyak buku parenting, mengikuti berbagai pelatihan parenting dll dll. Lalu saya terapkan pada anak saya. Untuk usia 1-4 tahun, menerapkan parenting ngga susah susah amat. Nah, kesulitan saya alami ketika anak saya berumur 5 tahun dan saya hamil anak kedua.<br /><br />Dalam benak saya dulu, ilmu parenting yang bertebaran disajikan oleh orang terkenal adalah wajib dijalankan jika mau mendapat kehidupan yang sempurna. Mendidik anak sempurna : makanan sehat non msg, tidak membentak, lemah lembut, penyabar tingkat dewa, selalu bisa menjawab pertanyaan anak dengan baik, dan yang lebih hebat adalah bisa home schooling-in anak sampai anak masuk Universitas di luar Negeri. Kalau perlu kegiatan HS ini jadi inspirasi banyak orang. Terus anakku bisa dapat prestasi melejit di usia SD kelas 1 or kelas 2, misal juara menulis tingkat nasional, juara karate tingkat nasional or apalah.<br /><br />Sempurna. Sempurna sekali. Dalam bayanganku.<div>
<br />Semua musnah ketika anak kedua lahir.<br /><a name='more'></a><br />Baby blues yang butuh kekuatan ekstra untuk melawannya. Menghadapi anak pertama yang rewel karena ngiri dengan anak kedua. Saya pun baca parenting lagi gimana ngadepin si kakak yang mulai cemburu ini. Repot pun dobel karena si kakak dalam usia sekolah TK. HS? Hmm... itu pemikiran sempurna tapi tampaknya masih jauh dari jangkauan.<br /><br />Karena apa? 3 Bulan setelah anak kedua lahir, perekonomian saya dan suami gonjang-ganjing. Kami mencoba peruntukan bisnis makanan, tambah bangkrut, bukannya untung. Alhasil sampai harus ngutang sana sini. Maka saya pun punya kesibukan baru, bahu membahu mencari uang bersama suami untuk tetap bisa hidup dan menghidupi kedua anak saya. Maklum kedua orang tua kami bukan dari kalangan berada, jadi hanya mampu membantu seadanya.<br /><br />Lalu anak pertama mogok sekolah, dengan segala permasalahan khas sekolah dasar : dibully, tidak ditemanin, guru galak, tidak mau sekolah karena dibully, dll dll. Saya juga ikutin dia taekwondo dan mengaji, dengan harapan dia bisa mendapat prestasi, tapi dia ngga mau. Prestasi dia selama jadi kelas 1 cuma membaca lebih dari 50 buku anak : dari mulai bergambar sampai kumpulan cerpen dan ensiklopedia. Saya anggap itu prestasi karena seumuran dia belum banyak yang begitu. Dan prestasi itu tidak dapat sertifikat, medali atau dibanggakan ke sana sini. Dia juga belum minat nulis bikin cerita, tulis tangan masih kacau dll dll. Saat sedang crowded begitu, pembantu yang biasa datang pagi pulang sore, minggat mendadak. Lengkaplah sudah kerempongan saya.<br /><br />Saya sempat stress campur baby blues, karena ngga bisa memberikan pendidikan yang baik buat anak saya. Rencana saya mau HS di rumah gagal total. Anak pertama saya juga susah ngaji dan susah disuruh belajar. Perlahan saya belajar melihat realita. Ngga semua orang bisa HS. Saya melihat kondisi saya, kondisi keluarga, kondisi keseluruhannya. Akhirnya saya menyerah sementara. Saya berdamai dengan diri saya. Meski ngga HS kamu bisa kok memberikan pendidikan terbaik buat Abiy.<br /><br />Saat perekonomian saya dan suami membaik, kami lalu sepakat mau menyekolahkan Abiy ke SDIT. Padahal dulu saya termasuk kurang setuju jika harus sekolahin anak dari pagi sampai jelang sore kayak orang kantoran. Tapi melihat kondisi saya kurang bisa maksimal mendidik di rumah, apalagi suka sakit-sakitan, anak kedua juga butuh perhatian maksimal, megang sendiri rawat sendiri. Saya dan suami pun masukin ke SDIT. Niat kami baik, kami tahu diri belum bisa jadi ustadz dan ustadzah yang baik buat anak, belum jago hapalan qurannya, belum bisa bikin banyak kegiatan yang ngga bikin anak saya bosan.<br /><br />Di sekolahnya yang baru. Anak saya terlihat capek fisik tapi dia bilang dia senang. Guru-guru baik, bermain, nonton film kartun, makan bersama, dan dalam seminggu hapalannya semakin baik. Kadang kalau melihat postingan ahli parenting atau share orang-orang yang mendewakan HS hati saya suka perih. Iya saya ngga bisa jadi ibu sempurna, ngga bisa jadi mama yang baik, saya "Nyiksa" anak saya di sekolahan yang masuk dari pagi sampai sore. Yang kata kebanyakan orang parenting ngga bagus... dll dll. Tapi saya di rumah, saya kerja di rumah, saya selalu ada buat anak saya setiap saat. Saya akui saya iri dengan ibu-ibu yang berhasil HS tapi ini hidup.<br /><br />Hidup berani menghadapi realitas.<br /><br />Pada akhirnya saya harus menerima. Setiap keluarga berbeda.<br /><br />Berbeda kondisi maka berbeda pula penanganannya.</div>
Belajar Nulis with Achi TMhttp://www.blogger.com/profile/01068508786804172291noreply@blogger.com4