Catatan Pertama, 27 September 2018
Foto : Ikut kegiatan JANGKAR OASE 2018
Saya menulis catatan HS ini semata-mata untuk menjadikan ini portofolio dan pengingat diri sendiri yang pelupa. Anak-anak saya kelak harus tahu bahwa inilah yang menjalankan semasa mereka kecil. Semoga saya bisa konsisten memulai menulis ini.
Saya bukan ahli parenting, hanya orang tua yang ingin belajar sampai akhir hayat, meski tertatih-tatih. Ingin membersamai anak semaksimal mungkin. Kalau ada manfaat dari catatan ini silahkan dikonsumsi, kalau ngga enak boleh dilepeh hehehe.
Saya mulai HS tahun ini, memutuskan untuk mengeluarkan anak pertama saya dari sekolah. Abiy sudah naik kelas 4 SD tapi saya putuskan untuk HS. Kenapa? Panjang alasannya. Intinya, sekolah tidak cocok untuk Abiy. Saya tidak mau bilang sekolah itu jelek, nanti malah jadi pro dan kontra. Sekolah itu bagus, HS itu bagus, hanya masalah kecocokan dan kenyamanan saja. Ada anak yang nyaman sekolah dari pagi sampai sore lalu setelahnya kursus lagi sampai malam dan tidak merasa tertekan karena dia enjoy, ada yang merasa tertekan tapi diam saja, ada yang santai-santai saja, dan Abiy tipe anak yang tertekan tapi diam saja. Diamnya cukup lama, sampai kemudian dia meledak dan mengeluarkan keluh kesahnya.
Jadi sekolah itu bagus, HS itu juga bagus, adalah sesuai kebutuhan masing-masing anak ya. Please gak ada pro dan kontra hahaha....
Atas usul beberapa teman akhirnya saya membawa Abiy ke psikolog, buat mengenali diri Abiy lebih jauh seperti apa. Sampai pergi ke 3 psikolog berbeda dan memang ternyata dia bukan tipe anak yang tahan dibully, perasa sekali, halus dan bisa belajar dalam kondisi nyaman. Kalau suasana udah ngga nyaman, dia ngga maksimal dalam belajar.
Mungkin ada beberapa orang tua yang beranggapan, anak dibully harus kuat karena di kehidupan sebenarnya banyak bullyan. Tapi mohon maaf, saya berpijak pada teori : masa kecil anak yang bahagia akan membuat anak menjadi kuat saat dewasa.
Saya tidak mau memaksa anak saya sekolah dan tidak bahagia. Saya melahirkan anak saya, membesarkannya, bekerja keras untuk dia hidup adalah agar dia bahagia.
Tentu memutuskan HS bukan tanpa kesiapan. Saya belajar tentang ruasdito dan bagaiman mempersiapkan akil baliq untuk Abiy. Saya memperbaiki konsep yang ada di kepala saya, bahwa mandiri bukan berarti anak ditinggal di sekolah artinya mandiri. Justru banyak anak yang sekolah tapi dimanja, dianterin sampai pintu gerbang, makanan selalu tersedia, dijemput, semua PR diurus orang tua dan lain sebagainya.
Ketika saya memutuskan untuk HS adalah ketika libur panjang bulan Juni-Juli. Selama 1 bulan itu saya masih dalam pergulatan batin, stress, mau beneran HS-in anak atau batal aja? Mampukah saya? Bisakah saya? Sampai akhirnya saya bertemu dengan Kemah JANGKAR-nya Club OASE (bisa googling). Kemah yang isinya adalah para pegiat HS atau orang-orang yang memang berminat HS.
Sejujurnya saat mau kemah JANGKAR itu, keuangan saya lagi seret karena banyak honor menulis yang mampet. Tapi hati kecil saya berkata saya harus ikut ini. Saya mau belajar dan saya mau menguatkan hati saya. Karena memutuskan HS tentu saja akan banyak pertentangan dari keluarga maupun masyarakat.
Alhasil dengan kerja rodi yang sangat keras, akhirnya saya bisa bayar biaya kemah yang lebih dari 2 juta itu hehehehe. Alhamdulillah go berangkat ke Kaki gunung gede! Banyak cerita di sana, yang seharusnya saya catat. Tapi nantilah saya tulis dalam catatan sendiri. Intinya di sana saya bahagia, anak-anak bahagia, Abiy pun semakin yakin buat HS saat ketemu dengan teman-teman seumurannya yang HS. Arkan apalagi... dia umur 5 tahun dan memang ngga pernah mau masuk ke TK meski drayu jungkir balik. Btw, Arkan ini ternyata adalah anak kinestetik.
Ibaratnya, Jangkar ini adalah pintu gerbang kami sekeluarga untuk memulai HS. Suami saya saat kemping tidak bisa ikut kegiatan JANGKAR, dia hanya ada di kemah saja karena ada pekerjaan menulis skenario. Tapi bersyukur, sound system yang disediakan panitia suaranya kenceng banget. Jadi sambil ngetik, dia masih bisa menangkap beberapa materi. Dan ini semakin menguatkan dia untuk membersamai saya membimbing anak-anak saat HS.
Salah satu kegalauan terbesar saya saat memutuskan mau HS adalah : mama saya mau ke ICU, karena kena serangan darah tinggi sampai 222/180 dan terkena resiko stroke serta gagal ginjal. Kurang lebih 1 bulan saya dan saudara-saudara bergantian untuk menjaga mama sakit. Karena saya kerja di rumah, saya sering kebagian menjadi dari pagi sampai maghrib sehingga anak-anak yang tidak sekolah itu, baru mulai HS itu tidak bisa pergi kemana-mana. Di rumah neneknya terus sehingga mereka terlihat bosan.
Tapi alhamdulillah awal agustus mama bisa sembuh, sehingga kita bisa pergi ke Jangkar, dapat semangat baru dan pulang pun mulai HS dengan sesungguhnya. Hal pertama yang kami lakukan adalah melakukan Deschooling (bisa googling) yang intinya sih detox atas pikiran-pikiran sekolah. Jadi HS itu bukan memindahkan sekolah ke rumah. Jadi karena Abiy baru berhenti sekolah, saya harus berhenti berpikir bagaimana memindahkan kegiatan sekolah di rumah. Sehingga setelah deschooling selama 3 bulan (hanya jalan-jalan, baca buku, ikut kegiatan ini itu, kursus dll) akhirnya kami lebih santai untuk HS. Saya yang lebih santai sih dan ngga stress anak harus kursus ini itu. Ngga usah manggil guru privat dan bikin jadwal kayak sekolahan.
Yang saya lakukan di Bulan Agustus dan September saat anak anak HS adalah :
1. Abiy dan Arkan ikut kelas robotik seminggu dua kali. Selama 1,5 jam di RUMAH PENA (lembaga yang saya kelola sendiri).
2. Seminggu sekali, Abiy ikut kelas belajar menulis kreatif bersama saya dan 4 murid lainnya yang seusia Abiy. So' dia tetap bersosialisikan dengan kursus-kursus itu.
3. Setiap Senen dan Selasa, Abiy ikut kelas Tahsin. Di rumah juga hapalan Qur'an bareng-bareng saya yaaa meski banyak bolongnya hahaha.
4. Saya belajar bikin catatan, hari ini anak-anak ngapain aja, meski banyak bolongnya. Yaaa maklum cyin baru belajar HS.
5. Seminggu 2 kali Abiy saya kasih tugas menerjemahkan buku picture book bahasa inggris adiknya, buku-buku import yang saya beli di Big Bad Wolf, emang sengaja nyetok banyak buat belajar bahasa inggris dia. Insya Allah Oktober baru ikut kelas Bahasa Inggris lagi di RUMAH PENA (Lemabaga yang saya pimpin sendiri)
6. Per September ini Abiy ikut kelas badminton seminggu 2 kali yaitu setiap Rabu dan Jumat sore.
7. Oktober ini Abiy dan Arkan baru mau ikut kelas Bahasa Inggris di Rumah Pena. Tuh siapa mau ikutan juga kuy yaaak langsung follow IG @rumahpenatalenta
8. Oktober ini dia juga bergabung di PKBM Generasi Juara, insya allah ikut kelas online aja biar bisa banyak jalan-jalannya.
Sementara baru itu saja sih kegiatan rutin mereka. Kenapa kayaknya lebih banyak Abiy yang aktifitas kursus? Karena dia sudah kelas 4 SD dan butuh banyak kegiatan, sudah bisa memilih juga apa yang mau dia pelajari. Sementara Arkan kelasnya masih jalan-jalan aja, main di taman, belanja ke pasar, ikut mama ke pengajian, dll.
Di luar waktu kursus mereka ngapain? Abiy tentu membaca buku nyaris sepanjang hari. Bermain lego. Bermain Fun Thinker, main catur, Main Logico Grolier, Membuat animasi atau baru-baru ini dia dan Arkan sedang senang mengukir batu. Ya biarkan sajalah... siapa tahu batu jadi berlian hehehe.
Selain itu juga mereka beberapa kali ikut saya meeting, 2 kali menemani saya jadi juri di Festival Al-Adzom, jalan-jalan ke Asian Games, ikut pelatihan KKPK di Mizan, berenang tidak rutin lebih sering renang dadakan aja, jalan-jalan ke perpustakaan kota Tangerang sudah 2 kali, lebih sering eksplorasi ke taman, jalan-jalan bersama komunitas HS Tangerang (meramban taman kota Srengseng, jalan-jalan ke area Bandara), jalan-jalan ke mall, dll hahaha. Banyak kegiatan jalan-jlan yang belum kesampaian seperti kegiatan ke Museum, TMII, Ancol, Taman Bunga dan lain sebagainya.
Mau ngajarin Abiy bikin jurnal perjalanan. Tapi Oktober ini mau beli PC baru buat dia dan printer dulu, peralatan bundling dll. Intinya sih, emaknya ini nyantai banget hahaha. Pelan-pelan gitu. Alhamdulilllah hampir 3 bulan deschooling Abiy sudah lebih mandiri dan inisiatif. Arkan juga kinestetiknya lebih terarah.
Itu aja dulu, saya mau cus ke kelas privat menulis novel. Murid sudah menanti. Nanti kalau sengang mau cerita-cerita lagi yang lebih terarah hahaha... berasa banget ini nulis lompat-lompat.
See you. Kalau mau sharing soal HS biar saya tambah pinter, boleh dong di kolom komentar.
Jangan dibully karena saya newbie :p
Salam
Achi TM
Penulis 29 Novel dan lebih dari 200 naskah skenario TV
Penulis novel Insya Allah SAH dan Before I Met You.
Foto : Ikut kegiatan JANGKAR OASE 2018
Saya menulis catatan HS ini semata-mata untuk menjadikan ini portofolio dan pengingat diri sendiri yang pelupa. Anak-anak saya kelak harus tahu bahwa inilah yang menjalankan semasa mereka kecil. Semoga saya bisa konsisten memulai menulis ini.
Saya bukan ahli parenting, hanya orang tua yang ingin belajar sampai akhir hayat, meski tertatih-tatih. Ingin membersamai anak semaksimal mungkin. Kalau ada manfaat dari catatan ini silahkan dikonsumsi, kalau ngga enak boleh dilepeh hehehe.
Saya mulai HS tahun ini, memutuskan untuk mengeluarkan anak pertama saya dari sekolah. Abiy sudah naik kelas 4 SD tapi saya putuskan untuk HS. Kenapa? Panjang alasannya. Intinya, sekolah tidak cocok untuk Abiy. Saya tidak mau bilang sekolah itu jelek, nanti malah jadi pro dan kontra. Sekolah itu bagus, HS itu bagus, hanya masalah kecocokan dan kenyamanan saja. Ada anak yang nyaman sekolah dari pagi sampai sore lalu setelahnya kursus lagi sampai malam dan tidak merasa tertekan karena dia enjoy, ada yang merasa tertekan tapi diam saja, ada yang santai-santai saja, dan Abiy tipe anak yang tertekan tapi diam saja. Diamnya cukup lama, sampai kemudian dia meledak dan mengeluarkan keluh kesahnya.
Jadi sekolah itu bagus, HS itu juga bagus, adalah sesuai kebutuhan masing-masing anak ya. Please gak ada pro dan kontra hahaha....
Atas usul beberapa teman akhirnya saya membawa Abiy ke psikolog, buat mengenali diri Abiy lebih jauh seperti apa. Sampai pergi ke 3 psikolog berbeda dan memang ternyata dia bukan tipe anak yang tahan dibully, perasa sekali, halus dan bisa belajar dalam kondisi nyaman. Kalau suasana udah ngga nyaman, dia ngga maksimal dalam belajar.
Mungkin ada beberapa orang tua yang beranggapan, anak dibully harus kuat karena di kehidupan sebenarnya banyak bullyan. Tapi mohon maaf, saya berpijak pada teori : masa kecil anak yang bahagia akan membuat anak menjadi kuat saat dewasa.
Saya tidak mau memaksa anak saya sekolah dan tidak bahagia. Saya melahirkan anak saya, membesarkannya, bekerja keras untuk dia hidup adalah agar dia bahagia.
Tentu memutuskan HS bukan tanpa kesiapan. Saya belajar tentang ruasdito dan bagaiman mempersiapkan akil baliq untuk Abiy. Saya memperbaiki konsep yang ada di kepala saya, bahwa mandiri bukan berarti anak ditinggal di sekolah artinya mandiri. Justru banyak anak yang sekolah tapi dimanja, dianterin sampai pintu gerbang, makanan selalu tersedia, dijemput, semua PR diurus orang tua dan lain sebagainya.
Ketika saya memutuskan untuk HS adalah ketika libur panjang bulan Juni-Juli. Selama 1 bulan itu saya masih dalam pergulatan batin, stress, mau beneran HS-in anak atau batal aja? Mampukah saya? Bisakah saya? Sampai akhirnya saya bertemu dengan Kemah JANGKAR-nya Club OASE (bisa googling). Kemah yang isinya adalah para pegiat HS atau orang-orang yang memang berminat HS.
Sejujurnya saat mau kemah JANGKAR itu, keuangan saya lagi seret karena banyak honor menulis yang mampet. Tapi hati kecil saya berkata saya harus ikut ini. Saya mau belajar dan saya mau menguatkan hati saya. Karena memutuskan HS tentu saja akan banyak pertentangan dari keluarga maupun masyarakat.
Alhasil dengan kerja rodi yang sangat keras, akhirnya saya bisa bayar biaya kemah yang lebih dari 2 juta itu hehehehe. Alhamdulillah go berangkat ke Kaki gunung gede! Banyak cerita di sana, yang seharusnya saya catat. Tapi nantilah saya tulis dalam catatan sendiri. Intinya di sana saya bahagia, anak-anak bahagia, Abiy pun semakin yakin buat HS saat ketemu dengan teman-teman seumurannya yang HS. Arkan apalagi... dia umur 5 tahun dan memang ngga pernah mau masuk ke TK meski drayu jungkir balik. Btw, Arkan ini ternyata adalah anak kinestetik.
Ibaratnya, Jangkar ini adalah pintu gerbang kami sekeluarga untuk memulai HS. Suami saya saat kemping tidak bisa ikut kegiatan JANGKAR, dia hanya ada di kemah saja karena ada pekerjaan menulis skenario. Tapi bersyukur, sound system yang disediakan panitia suaranya kenceng banget. Jadi sambil ngetik, dia masih bisa menangkap beberapa materi. Dan ini semakin menguatkan dia untuk membersamai saya membimbing anak-anak saat HS.
Salah satu kegalauan terbesar saya saat memutuskan mau HS adalah : mama saya mau ke ICU, karena kena serangan darah tinggi sampai 222/180 dan terkena resiko stroke serta gagal ginjal. Kurang lebih 1 bulan saya dan saudara-saudara bergantian untuk menjaga mama sakit. Karena saya kerja di rumah, saya sering kebagian menjadi dari pagi sampai maghrib sehingga anak-anak yang tidak sekolah itu, baru mulai HS itu tidak bisa pergi kemana-mana. Di rumah neneknya terus sehingga mereka terlihat bosan.
Tapi alhamdulillah awal agustus mama bisa sembuh, sehingga kita bisa pergi ke Jangkar, dapat semangat baru dan pulang pun mulai HS dengan sesungguhnya. Hal pertama yang kami lakukan adalah melakukan Deschooling (bisa googling) yang intinya sih detox atas pikiran-pikiran sekolah. Jadi HS itu bukan memindahkan sekolah ke rumah. Jadi karena Abiy baru berhenti sekolah, saya harus berhenti berpikir bagaimana memindahkan kegiatan sekolah di rumah. Sehingga setelah deschooling selama 3 bulan (hanya jalan-jalan, baca buku, ikut kegiatan ini itu, kursus dll) akhirnya kami lebih santai untuk HS. Saya yang lebih santai sih dan ngga stress anak harus kursus ini itu. Ngga usah manggil guru privat dan bikin jadwal kayak sekolahan.
Yang saya lakukan di Bulan Agustus dan September saat anak anak HS adalah :
1. Abiy dan Arkan ikut kelas robotik seminggu dua kali. Selama 1,5 jam di RUMAH PENA (lembaga yang saya kelola sendiri).
2. Seminggu sekali, Abiy ikut kelas belajar menulis kreatif bersama saya dan 4 murid lainnya yang seusia Abiy. So' dia tetap bersosialisikan dengan kursus-kursus itu.
3. Setiap Senen dan Selasa, Abiy ikut kelas Tahsin. Di rumah juga hapalan Qur'an bareng-bareng saya yaaa meski banyak bolongnya hahaha.
4. Saya belajar bikin catatan, hari ini anak-anak ngapain aja, meski banyak bolongnya. Yaaa maklum cyin baru belajar HS.
5. Seminggu 2 kali Abiy saya kasih tugas menerjemahkan buku picture book bahasa inggris adiknya, buku-buku import yang saya beli di Big Bad Wolf, emang sengaja nyetok banyak buat belajar bahasa inggris dia. Insya Allah Oktober baru ikut kelas Bahasa Inggris lagi di RUMAH PENA (Lemabaga yang saya pimpin sendiri)
6. Per September ini Abiy ikut kelas badminton seminggu 2 kali yaitu setiap Rabu dan Jumat sore.
7. Oktober ini Abiy dan Arkan baru mau ikut kelas Bahasa Inggris di Rumah Pena. Tuh siapa mau ikutan juga kuy yaaak langsung follow IG @rumahpenatalenta
8. Oktober ini dia juga bergabung di PKBM Generasi Juara, insya allah ikut kelas online aja biar bisa banyak jalan-jalannya.
Sementara baru itu saja sih kegiatan rutin mereka. Kenapa kayaknya lebih banyak Abiy yang aktifitas kursus? Karena dia sudah kelas 4 SD dan butuh banyak kegiatan, sudah bisa memilih juga apa yang mau dia pelajari. Sementara Arkan kelasnya masih jalan-jalan aja, main di taman, belanja ke pasar, ikut mama ke pengajian, dll.
Di luar waktu kursus mereka ngapain? Abiy tentu membaca buku nyaris sepanjang hari. Bermain lego. Bermain Fun Thinker, main catur, Main Logico Grolier, Membuat animasi atau baru-baru ini dia dan Arkan sedang senang mengukir batu. Ya biarkan sajalah... siapa tahu batu jadi berlian hehehe.
Selain itu juga mereka beberapa kali ikut saya meeting, 2 kali menemani saya jadi juri di Festival Al-Adzom, jalan-jalan ke Asian Games, ikut pelatihan KKPK di Mizan, berenang tidak rutin lebih sering renang dadakan aja, jalan-jalan ke perpustakaan kota Tangerang sudah 2 kali, lebih sering eksplorasi ke taman, jalan-jalan bersama komunitas HS Tangerang (meramban taman kota Srengseng, jalan-jalan ke area Bandara), jalan-jalan ke mall, dll hahaha. Banyak kegiatan jalan-jlan yang belum kesampaian seperti kegiatan ke Museum, TMII, Ancol, Taman Bunga dan lain sebagainya.
Mau ngajarin Abiy bikin jurnal perjalanan. Tapi Oktober ini mau beli PC baru buat dia dan printer dulu, peralatan bundling dll. Intinya sih, emaknya ini nyantai banget hahaha. Pelan-pelan gitu. Alhamdulilllah hampir 3 bulan deschooling Abiy sudah lebih mandiri dan inisiatif. Arkan juga kinestetiknya lebih terarah.
Itu aja dulu, saya mau cus ke kelas privat menulis novel. Murid sudah menanti. Nanti kalau sengang mau cerita-cerita lagi yang lebih terarah hahaha... berasa banget ini nulis lompat-lompat.
See you. Kalau mau sharing soal HS biar saya tambah pinter, boleh dong di kolom komentar.
Jangan dibully karena saya newbie :p
Salam
Achi TM
Penulis 29 Novel dan lebih dari 200 naskah skenario TV
Penulis novel Insya Allah SAH dan Before I Met You.
Bagi resep biar konsisten dong kalau mau HS, soalnya gw suka nggak konsisten ngajarin anak karena moody
ReplyDeletePerjuangan seorang ibu yang sungguh luar biasa. Saya ikut bangga dengan siap yang telah diambil untuk perkembangan anaknya. Achi, anda ibu Hebat, guru Hebat. 👍👍
ReplyDelete