Sebuah cerita sangat mini [RAPUH]
By : Achi TM
Kamu bilang, kamu akan selalu ada untukku? Tapi sekarang
kamu di mana? Saat aku meringkuk sendirian kesakitan. Menahan ngilu di hati dan
perih di badan? Kamu bilang kamu akan selalu ada mendengarkanku. Tapi sekarang
kamu di mana? Saat aku ingin bicara. Hanya angin yang berhembus membawa
kata-kataku entah ke mana.
Di sini aku berkawan sepi. Duduk di antara ketiadaan. Aku
ingin pergi ke suatu tempat yang antah berantah dan di sana tak perlu lagi
bertemu kamu. Kamu yang selalu mengumbar janji, mengumbar kebahagiaan. Hanyalah
seonggok daging berbentuk manusia yang penuh kemunafikan. Kamu bilang kamu akan
membelaku, bahkan dengan nyawamu sebagai taruhannya. Tapi sekarang kamu ada di
mana? Saat semua masalah membelengguku dan sigap menggorok leherku kapan saja
mereka mau. Masalah yang membuat aku menangis dan terkurung oleh keterpurukan.
Aku tak mau begini.
Aku mau bangkit dan membuktikan pada dunia bahwa aku
baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak. Aku tidak baik-baik saja. Bahkan kamu juga
tidak baik-baik saja. Aku kehilangan segala hal yang dapat membuatku tertawa.
Aku kehilangan segala rasa yang bisa menciptakan gelak. Aku kehilangan semua
rasa yang membuatku tersenyum bahkan aku kehilangan air mata. Di mana dia?
Setidaknya biarkan aku menangis sedikit saja… ah tidak… semalam saja. Semalam
suntuk sampai aku ngantuk, tertidur dan lupa bahwa kamu pernah memberikan
seribu janji.
Aku tak mau begini.
Tapi aku sudah begini. Bagaimana merubahnya? Semua terbentuk
oleh trauma. Trauma masa lalu yang jangankan kau! Aku saja sudah untuk
merubahnya. Apakah kita bisa kembali ke masa lalu? Tidak! Kita hanya bisa hidup
hari ini saja, detik ini, pada helaan napas ini. Bahkan kita tak tahu apakah di
masa depan kita masih bisa saling bersua.
Aku cuma mau kamu duduk di sampingku. Merangkul aku dan
mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Apabila aku masih terus murung,
jangan coba untuk memaksa aku tertawa. Biarkan aku murung, biarkan aku mendung
nanti hujan juga akan turun entah pada awan kelabu yang keberapa. Asalkan kamu
ada di sampingku, memelukku erat tanpa perlu menyalahkan apa salahku. Apa salah
mereka. Biarkan saja kita terbelenggu oleh rasa ngilu. Asalkan kamu ada di
sisiku.
Aku cuma mau kamu tahu aku tak butuh rentetan kalimat bijak.
Motivasi dan segala macam basa-basi yang kata orang menyemangati. Percuma.
Hatiku sudah terlalu biru. Cukup kau katakan kau akan selalu mendukungku. Kau
selalu ada untukku. Kau tak akan pernah meninggalkanku kecuali maut mencerabut
semua jiwa di badanmu.
Izinkan aku untuk bersedih malam ini. Besok. Lusa atau kapan
saja entah itu. Jangan pernah bosan untuk tetap ada di sisiku. Karena
yakinkanlah, aku akan baik-baik saja. Aku akan baik-baik saja. Sebesar apa pun
badai perasaan ini mencabik-cabik ketenanganku. Sehebat apa pun petir, Guntur,
halilintar mengoyak-ngoyak senyumku. Aku akan baik-baik saja.
Aku percaya aku akan baik-baik saja.
Karena Allah Maha Penyayang, bukan?
Maka kemarilah. Aku menunggumu datang. Kemarilah. Kelopak
jemariku sudah merekah. Siap untuk menggamit lenganmu yang kokoh. Biarkan aku
bergelayut di sana. Dengan manja dan penuh air mata.
RUMAH PENA, 08 Juli 2012
*terinspirasi oleh lagu Bondan Prakoso (Ya Sudahlah)
No comments:
Post a Comment