TESTIMONI DARI AVIOLETA ZAHRA, Alumni murid RUMAH PENA yang sudah sering dimuat di media seperti majalah Story, Tabloid Gaul, dan terakhir di majalah GADIS. Congrats!
***
Asyiknya Belajar di Rumah Pena
Saya ini orang iseng. Iseng nulis, iseng baca buku, iseng ngutak-atik laptop sampai kena virus dan nge-hang. Salah satu keisengan yang amat saya syukuri adalah: iseng meng-add penulis cerpen yang ada di Majalah Story. Berawal dari itulah saya meng-add Ka Achi TM (Waktu itu cerpen beliau dimuat di Story edisi 04)
Satu keisengan saya lagi: jalan-jalan di notes teman, terutama penulis senior. Dan notes Ka Achi TM pun saya babat habis! Saat itu sekitar bulan November 2010, saya terpekik girang saat membaca notes tentang kursus menulis online di notes Ka Achi TM (Founder dan Owner Rumah Pena). Otak beku saya langsung berputar dan berpikir.
Wow! Ada kursus menulis online. Medianya Yahoo Messenger! Kayaknya keren, perlu dicoba. Selama ini saya hanya menulis urakan. Apa saja yang terekam otak beku ini langsung saya tulis tanpa berpikir itu jelek atau tidak. Saya butuh pembimbing. Dari situlah akhirnya saya mendaftar kursus online. Sebenarnya saya ingin mengikuti kursus tatap muka saja, khawatirnya kalau lewat media online
penyampaiannya kurang maksimal. Tapi berhubung rumah saya jauuuuhh di pelosok hutan, akhirnya saya putuskan ikut yang online saja.
Dan ternyata Kursus online itu asyik juga. Dua jam pertemuan tiap minggu rasanya kurang. Kekhawatiran saya tentang penyampaian materi yang kurang maksimal ternyata salah. Saya bisa mengikuti kursus dengan baik. Walaupun kadang-kadang otak saya kembali nge-hang mendadak saat kursus, tapi Ka Achi TM berhasil mereparasi kerja otak saya lagi. Hehehe…Beliau juga meyakinkan saya agar tetap semangat dan optimis.
Yang paling saya suka selama kursus adalah menulis dengan batas waktu. Misal kita disuruh membuat deskripsi suatu tempat dalam waktu lima menit. Saya sangat menyukai itu. Tubuh saya rasanya seperti di getok palu, sakit. Tapi saya ingin segera menyudahi rasa sakit itu. Nah, entah kenapa setelah itu tangan saya lancer mengetik sendiri di atas keyboard.
Tiap satu minggu sekali diwajibkan menyetor satu tulisan atau mengerjakan satu pe-er. Terus terang ini memacu otak saya agar bisa membuat satu cerpen dalam waktu seminggu. Sebelumnya untuk satu cerpen, saya bias sampai berminggu-minggu atau malah molor panjang sampai beberapa bulan. Walaupun terkadang saya bandel dan tak menyetorkan cerpen dengan banyak alasan, Ka Achi TM tak memarahi saya. Beliau malah member motivasi yang lebih dahsyat lagi. Iya, amat dahsyat sampai saya terpukau dan tak menulis selama seminggu (yang ini jangan ditiru).
Tiga bulan itu terlalu cepat. Saya belum puas belajar. Saya ingin menimba ilmu lagi. Saya bakal kangen dengan kursus di YM setiap malam Jumat. Saya bakal kangen sama kritikan cerpen saya (saya bisa sampai tiga kali merevisi cerpen. Dan saya kangen suasana hati saat merevisi itu). Saya bakal kangen sama materi-materi itu. Ah, saya bakal kangen sama semuanya.
***
Siapa yang mau menyusul Avioleta Zahra untuk menjadi penulis cerpen di berbagai media massa?
Inbox FB : Achi TM, komen di sini atau langsung sms ke 085643376193
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment