[Motivasi Menulis] Sebelum Habis
Kita semua sadar kalau kita sedang berjalan menuju masa depan. Dan masa depan setiap makhluk di bumi ini adalah sebuah penghabisan. Habis. Selesai. Usai. Tamat.
Kita tidak sedang berada dalam sebuah permainan video game yang bisa mendapatkan nyawa berkali-kali dan kalau mati bisa dapat kesempatan hidup sekali lagi. Tidak. Kita hanya punya kesempatan hidup satu kali. Tanpa kita bisa memilih waktu yang tepat untuk
habis.
Saya baru saja selesai menamatkan novel Gadis Jeruk. Sekonyong-konyong saya menangis karena cerita ini sedikit banyak mirip dengan apa yang saya alami. Setahun setelah alm. Ayah saya meninggal, seseorang datang di FB dan mengatakan kalau dia adalah anak dari
mantan pacar ayah saya. Perlu saya tegaskan di sini, mantan pacar jauuh sebelum
Alm. menikah dengan ibu saya, ya. Tentu saja mantan pacarnya sudah menikah dengan pria lain dan jadilah anak tersebut. Jadi sepanjang hidupnya ayah saya ngga pernah
mendua, lho :) beliau setia dan monogami.
Yang membuat saya kaget karena anak itu ingin sekali bisa berkenalan dengan alm ayah saya. Saya katakan bahwa ayah saya sudah meninggal satu tahun yang lalu dan dia ikut sedih karenanya. Bagi dia, ayah saya adalah panutan. Kenapa? Karena dia mengenal alm ayah saya lewat surat-surat cinta ayah saya kepada ibunya saat jaman pacaran dulu. Sebelum ayah
menikah dengan Mama saya.
Surat cinta?
Lemas rasanya. Tapi untung dia langsung menambahkan, bahwa surat-surat itu lebih banyak berisi tentang pemikiran-pemikiran tentang kehidupan bukan kata-kata romantis kismis yang berbuncis-buncis. Tapi isinya seputar Apa, sih, hidup itu? Bagaimana kita
hidup? Bagaimana kita bertauhid kepada Allah? Dan lain sebagainya. Anak itu
takjub dengan isi surat yang jumlahnya puluhan. Bahkan ketika alm. Ayah saya
menikah dengan mama, Alm masih mengirimkan surat kepada ibunya. Surat mengapa
akhirnya ia memilih mamaku dan bukan ibunya. Surat berisi bagaimana menjadi
seorang perempuan sholehah, bagaimana menjadi ikhlas dan menerima keadaan.
Aaah… meski sampai saat ini aku belum pernah memegang surat itu, tapi bagiku
itu adalah sebuah keajaiban.
Tentu saja aku langsung melakukan kroscek dengan mamaku. Ia pun bercerita kalau dulu alm. Ayahku juga suka mengirimkan surat cinta untuknya, sayang surat itu sudah hanyut waktu perumahan kami dilanda banjir besar. Sedih rasanya, andaikan aku bisa membaca
surat-surat itu. Tentu saja selain surat, Ayah menulis banyak sekali buku hasil
pemikirannya. Dua kali menang lomba pusbuk, menjadi juara 1 dan juara 2
membuatku bangga kepadanya. Selain naskah lomba, ada beberapa naskah lainnya
yang belum menemukan jodoh penerbit.
Tapi pasti beda rasanya bila mendapatkan tulisan berupa surat yang memang ditujukan untuk orang-orang yang kita kenal dengan baik. Aku selalu ingin merangkumkan pemikiran-pemikiran ayah lewat buku tapi ingatanku tak begitu bagus. Dan surat-surat ayah yang dipegang anak itu bisa menjadi media untuk membantuku mengingat dengan baik. Sayang
sampai sekarang kami belum punya waktu untuk bertemu.
Surat…
Adalah sebuah tulisan yang
ditujukan untuk orang lain. Tiba-tiba aku tersentak, sadar bahwa sudah terlalu
lama aku tidak menulis surat. Padahal surat-surat ini, tulisan-tulisan ini
suatu saat akan bisa bermanfaat untuk orang lain. Untuk orang-orang yang kelak
akan kita tinggalkan di belakang saat kita akan masuk ke dalam masa penghabisan
di dunia. Kemudian bangkit lagi menuju tempat baru bernama alam barzah.
Kita tak pernah tahu kapan napas kita berhenti.
Jadi janganlah berhenti menulis meski hanya satu hari
Jadi janganlah berhenti menulis meski hanya satu hari
saja. Kalau memang pikiran kita sedang buntu saat ini. Bingung ingin menulis
apa. Kamu bisa menulis sebuah surat. Surat cinta untuk ibumu, ayahmu, kakakmu,
adik-adikmu, suamimu atau anakmu. Kalau pun tidak jadi sebuah buku kelak
tulisan itu bisa membantu mereka yang ditinggalkan menjadi sedikit lebih
berarti. Sedikit belajar bahwa hakikatnya setiap manusia akan pergi dan tidak
akan pernah kembali lagi.
Salam
Achi TM
Anak Ayah Tercinta
wuihhhhh.....dahsyat dan kekuatan cinta benar2 sebuah motivasi ^_^ motivasi untuk sllau menggurat tinta
ReplyDeletesukses slalu mbak..
Semangat menulis ya mba Tulip Desa ^_^
ReplyDelete