Bahagia Yang Sederhana Itu....
Saat aku dan kamu duduk di teras rumah kita yang meski masih ngontrak tapi tetap bisa melindungi kita dari panas dan hujan. Aku dan kamu menunggu matahari terbit, sambil kusiapkan segelas kopi panas dan gorengan manis. Kamu membuatkan aku susu hangat. Aku memberimu kopi. Kita duduk, napas kita berjajar indah. Matahari terbit dari Timur dan cahaya keemasannya menyambut wajah kita yang lelah.
Sudah berapa tahun kita bertarung dengan hidup yang sesungguhnya? 20 tahun? 30 tahun? Ah... baru kurang dari sepuluh tahun. Masih banyak aral melintang yang harus kita lintasi. Jadi jangan tampakkan wajah lelah ini. Ayo tersenyum sayang. Aku menatapmu dengan binar yang entah seperti apa di matamu. Kamu dan aku pun berbicara tentang matahari. Betapa bahagia itu sederhana. Matahari yang masih bisa kita lihat, hangatnya yang menyapa kulit di pagi hari, kepulan asap kopi dan susu, serta obrolan kita yang ringan.
Mari kita bicarakan tentang hal-hal yang ringan. Soal kenapa kupu-kupu tak berbulu? Kenapa kucing harus belang? Kenapa kita saling mencintai? Kenapa kita tertawa pagi ini?
Enyahkan draft skenario yang belum selesai, penjualan novel yang sedang merangkak, revisi naskah yang membuat pusing, murid-murid kursus yang butuh banyak bimbingan, atau soal bak sampah yang bau, soal anak kita yang malas sekolah.... atau hal-hal lain yang membuat dahi kita berkerut.
Aku menyentuh keningmu.... lembut.
For : My Agung Argopo
Saat aku dan kamu duduk di teras rumah kita yang meski masih ngontrak tapi tetap bisa melindungi kita dari panas dan hujan. Aku dan kamu menunggu matahari terbit, sambil kusiapkan segelas kopi panas dan gorengan manis. Kamu membuatkan aku susu hangat. Aku memberimu kopi. Kita duduk, napas kita berjajar indah. Matahari terbit dari Timur dan cahaya keemasannya menyambut wajah kita yang lelah.
Sudah berapa tahun kita bertarung dengan hidup yang sesungguhnya? 20 tahun? 30 tahun? Ah... baru kurang dari sepuluh tahun. Masih banyak aral melintang yang harus kita lintasi. Jadi jangan tampakkan wajah lelah ini. Ayo tersenyum sayang. Aku menatapmu dengan binar yang entah seperti apa di matamu. Kamu dan aku pun berbicara tentang matahari. Betapa bahagia itu sederhana. Matahari yang masih bisa kita lihat, hangatnya yang menyapa kulit di pagi hari, kepulan asap kopi dan susu, serta obrolan kita yang ringan.
Mari kita bicarakan tentang hal-hal yang ringan. Soal kenapa kupu-kupu tak berbulu? Kenapa kucing harus belang? Kenapa kita saling mencintai? Kenapa kita tertawa pagi ini?
Enyahkan draft skenario yang belum selesai, penjualan novel yang sedang merangkak, revisi naskah yang membuat pusing, murid-murid kursus yang butuh banyak bimbingan, atau soal bak sampah yang bau, soal anak kita yang malas sekolah.... atau hal-hal lain yang membuat dahi kita berkerut.
Aku menyentuh keningmu.... lembut.
For : My Agung Argopo
No comments:
Post a Comment