Penulis Tidak Berkualitas Dilarang Menulis?
Siapa bilang?
Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan teman mengenai : bahwa banyak sekali tulisan yang tidak berkualitas bertebaran di toko buku *boleh jadi salah satunya adalah buku kita*. Bahkan ada yang bilang, lebih baik menulis satu buku tapi berkualitas daripada menulis 10 buku tapi kualitasnya kurang bahkan NOL.
Baiklah, karena saya juga penulis dan merasakan bagaimana 'susahnya' jadi penulis. Jadi saya mau memaparkan sedikit pemikiran saya yang mungkin basi dan ngga berkualitas :p
Kualitas itu relatif. Sama seperti istilah tampan, cantik, baik, jahat, kaya, miskin. Semuanya relatif. Sebuah buku yang dinilai berkualitas oleh pembaca A belum tentu berkualitas menurut pembaca B. Meskipun dalam kenyataannya akan selalu ada yang namanya standar. Seperti apa, sih, standar seseorang supaya bisa disebut tampan, cantik, kaya atau miskin? Begitu juga dengan kualitas sebuah tulisan. Karena tulisan adalah sebuah karya seni juga maka sebuah standar pun bisa menjadi berbeda-beda dalam setiap kelompok, setiap negara bahkan setiap orang.(sekali lagi ini menurut saya).
Soal tulisan, pengalaman membaca seseorang juga memengaruhi bagaimana ia memandang kualitas sebuah buku. Untuk orang yang baru pertama kali membaca sebuah novel, meski pun novel itu jelek dia pasti akan bilang bagus kalau ceritanya menyentuh kehidupan yang ia alami. Berbeda dengan seorang kritikus novel, pasti akan punya penilaian yang berbeda.
Lantas, seperti apakah kualitas yang paling berkualitas dari sebuah tulisan? Ada tulisan yang isinya tentang pelacuran melulu, tentang seks melulu, tentang hidup bebas melulu, dalam mata kelompok tertentu tulisan itu disebut berkualitas apalagi cara penyampaian dan tata bahasanya juga bagus. Tapi dalam kelompok lain yang lebih religius misalnya tulisan itu jelas dianggap tidak berkualitas dan tidak bermanfaat. Kalau bagi Anda sendiri? Apa standar kualitas bacaan bermutu menurut Anda?
Buat saya pribadi. Saya selalu menganggap diri saya adalah orang yang tidak terlalu cerdas. Saya cukup bodoh untuk bisa merangkai kata-kata menjadi sedemikian ajaib. Boleh dibilang mungkin dari sekian buku yang satu tulis hanya 1-2 yang berkualitas menurut kebanyakan orang. Tapi bisa jadi banyak orang juga bilang kalau semua buku saya tidak berkualitas. Sedih? Pasti... jatuh? Pasti. Tapi saya ngga mau meraung-raung berkepanjangan. Karena dari sekian banyak orang yang bilang tulisan saya buruk ada sekian banyak lagi orang yang bilang tulisan saya baik. Enak dibaca. Ceritanya bagus dan keren!
Kembali lagi ke persoalan kualitas dan produktifitas menulis. Setiap penulis adalah unik. Orang yang sering menerbitkan buku tapi bukunya kurang bagus, janganlah dibilang tidak berkualitas. Karena saya selalu ingat pesan dari guru menulis saya : Dari seribu sampah tulisan yang kita buat pasti akan ada satu tulisan berlian. Artinya, dari sekian banyak tulisan jelek yang kita ciptakan pasti suatu saat kita bisa menciptakan tulisan yang baik dan mendekati kualitas sempurna. Boleh jadi kalau ada orang yang produktif menulis buku tapi tulisannya belum bagus-bagus, mungkin dia akan bagus pada buku yang keseratus atau yang keseribu? Karena itu adalah proses baginya. Meski pun begitu, melakukan perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan kualitas dan mutu tulisan kita adalah penting adanya. Minimal tulisan di buku kedua akan lebih baik dari tulisan di buku pertama. Begitu seterusnya.
Karena keunikan penulis itulah, mungkin ada penulis lain di belahan bumi sana yang sangat perfeksionis. Yang hanya menulis jika benar-benar sudah yakin bahwa kata yang ia rangkai sangat berkualitas. Yang mungkin lima tahun sekali menelurkan buku tapi sangat berkualitas. Tapi jangan juga sebut ia orang yang tidak produktif. Karena boleh jadi, di rumahnya ada banyak tumpukan tulisannya yang jelek dan tidak mau ia publish.
Kualitas dan kuantitas memang sebaiknya seimbang. Tapi dalam sebuah kehidupan, manusia harus selalu memulai dengan banyak kegagalan sebelum akhirnya bertemu kesuksesan. Mungkin sudah dengar kalimat ini tapi saya tak bosan mengulanginya : seorang koki pasti pernah menciptakan kue-kue yang gosong, sayuran yang pahit, ikan yang hambar dan segala jenis makanan yang berkualitas. Tapi bukan berarti dia sia-sia.
Seperti yang pernah saya utarakan : tak ada yang sia-sia dalam menulis.
Saya pun berharap, suatu hari saya akan mencapai titik kualitas yang bisa diakui oleh hampir banyak orang. Saya masih belajar dan terus belajar. Tulisan ini adalah cambuk bagi diri saya sendiri dan semoga jadi cambuk bagi diri Anda semua. Kita memang harus bisa menulis sesuatu yang berkualitas tapi jangan sampai keharusan untuk berkualitas itu membuat kita proses kreatif kita tersumbat. Tidak usah takut naskah kita akan jelek, karena dari yang jelek kita akan belajar untuk menjadi bagus.
Jadi penulis! Ayo kita tingkatkan kualitas dan kuantitas kita! ^_^
Salam
Achi TM
Dapatkan novel Cloud(y) di gramedia dan togamas.
Siapa bilang?
Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan teman mengenai : bahwa banyak sekali tulisan yang tidak berkualitas bertebaran di toko buku *boleh jadi salah satunya adalah buku kita*. Bahkan ada yang bilang, lebih baik menulis satu buku tapi berkualitas daripada menulis 10 buku tapi kualitasnya kurang bahkan NOL.
Baiklah, karena saya juga penulis dan merasakan bagaimana 'susahnya' jadi penulis. Jadi saya mau memaparkan sedikit pemikiran saya yang mungkin basi dan ngga berkualitas :p
Kualitas itu relatif. Sama seperti istilah tampan, cantik, baik, jahat, kaya, miskin. Semuanya relatif. Sebuah buku yang dinilai berkualitas oleh pembaca A belum tentu berkualitas menurut pembaca B. Meskipun dalam kenyataannya akan selalu ada yang namanya standar. Seperti apa, sih, standar seseorang supaya bisa disebut tampan, cantik, kaya atau miskin? Begitu juga dengan kualitas sebuah tulisan. Karena tulisan adalah sebuah karya seni juga maka sebuah standar pun bisa menjadi berbeda-beda dalam setiap kelompok, setiap negara bahkan setiap orang.(sekali lagi ini menurut saya).
Soal tulisan, pengalaman membaca seseorang juga memengaruhi bagaimana ia memandang kualitas sebuah buku. Untuk orang yang baru pertama kali membaca sebuah novel, meski pun novel itu jelek dia pasti akan bilang bagus kalau ceritanya menyentuh kehidupan yang ia alami. Berbeda dengan seorang kritikus novel, pasti akan punya penilaian yang berbeda.
Lantas, seperti apakah kualitas yang paling berkualitas dari sebuah tulisan? Ada tulisan yang isinya tentang pelacuran melulu, tentang seks melulu, tentang hidup bebas melulu, dalam mata kelompok tertentu tulisan itu disebut berkualitas apalagi cara penyampaian dan tata bahasanya juga bagus. Tapi dalam kelompok lain yang lebih religius misalnya tulisan itu jelas dianggap tidak berkualitas dan tidak bermanfaat. Kalau bagi Anda sendiri? Apa standar kualitas bacaan bermutu menurut Anda?
Buat saya pribadi. Saya selalu menganggap diri saya adalah orang yang tidak terlalu cerdas. Saya cukup bodoh untuk bisa merangkai kata-kata menjadi sedemikian ajaib. Boleh dibilang mungkin dari sekian buku yang satu tulis hanya 1-2 yang berkualitas menurut kebanyakan orang. Tapi bisa jadi banyak orang juga bilang kalau semua buku saya tidak berkualitas. Sedih? Pasti... jatuh? Pasti. Tapi saya ngga mau meraung-raung berkepanjangan. Karena dari sekian banyak orang yang bilang tulisan saya buruk ada sekian banyak lagi orang yang bilang tulisan saya baik. Enak dibaca. Ceritanya bagus dan keren!
Kembali lagi ke persoalan kualitas dan produktifitas menulis. Setiap penulis adalah unik. Orang yang sering menerbitkan buku tapi bukunya kurang bagus, janganlah dibilang tidak berkualitas. Karena saya selalu ingat pesan dari guru menulis saya : Dari seribu sampah tulisan yang kita buat pasti akan ada satu tulisan berlian. Artinya, dari sekian banyak tulisan jelek yang kita ciptakan pasti suatu saat kita bisa menciptakan tulisan yang baik dan mendekati kualitas sempurna. Boleh jadi kalau ada orang yang produktif menulis buku tapi tulisannya belum bagus-bagus, mungkin dia akan bagus pada buku yang keseratus atau yang keseribu? Karena itu adalah proses baginya. Meski pun begitu, melakukan perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan kualitas dan mutu tulisan kita adalah penting adanya. Minimal tulisan di buku kedua akan lebih baik dari tulisan di buku pertama. Begitu seterusnya.
Karena keunikan penulis itulah, mungkin ada penulis lain di belahan bumi sana yang sangat perfeksionis. Yang hanya menulis jika benar-benar sudah yakin bahwa kata yang ia rangkai sangat berkualitas. Yang mungkin lima tahun sekali menelurkan buku tapi sangat berkualitas. Tapi jangan juga sebut ia orang yang tidak produktif. Karena boleh jadi, di rumahnya ada banyak tumpukan tulisannya yang jelek dan tidak mau ia publish.
Kualitas dan kuantitas memang sebaiknya seimbang. Tapi dalam sebuah kehidupan, manusia harus selalu memulai dengan banyak kegagalan sebelum akhirnya bertemu kesuksesan. Mungkin sudah dengar kalimat ini tapi saya tak bosan mengulanginya : seorang koki pasti pernah menciptakan kue-kue yang gosong, sayuran yang pahit, ikan yang hambar dan segala jenis makanan yang berkualitas. Tapi bukan berarti dia sia-sia.
Seperti yang pernah saya utarakan : tak ada yang sia-sia dalam menulis.
Saya pun berharap, suatu hari saya akan mencapai titik kualitas yang bisa diakui oleh hampir banyak orang. Saya masih belajar dan terus belajar. Tulisan ini adalah cambuk bagi diri saya sendiri dan semoga jadi cambuk bagi diri Anda semua. Kita memang harus bisa menulis sesuatu yang berkualitas tapi jangan sampai keharusan untuk berkualitas itu membuat kita proses kreatif kita tersumbat. Tidak usah takut naskah kita akan jelek, karena dari yang jelek kita akan belajar untuk menjadi bagus.
Jadi penulis! Ayo kita tingkatkan kualitas dan kuantitas kita! ^_^
Salam
Achi TM
Dapatkan novel Cloud(y) di gramedia dan togamas.
Ambil lap tangan di lemari dapur sambil melap mata. Tangis penulis pemula. Trims ya. Tulisan ini setidaknya menambah ruang semangatku tambah besar.
ReplyDeletesama-sama 37Mw... ayo nangisnya langsung dituangkan dalam tulisan ;) siapa tahu jadi cerpen, siapa tahu jadi novel hehehe... semangat!
ReplyDeletebetul mbak, buat pemula macam saya ini menulis memang tidak semudah membalikkan telapan tangan. benar-benar butuh kerja keras dan semangat yang tinggi.
ReplyDelete:)
Ayo Tere! Mari bekerja keras dan tulislah tulisan yang terus berkualitas. Kelak nanti penerbit yang akan mencari karya kamu bukan kamu yang cari penerbit ^_* semangat ya!
ReplyDeleteterimakasih sobat, atas informasinya http://www.almairafashion.com
ReplyDelete