Kenapa Saya Ingin Cantik?
Teringat
dulu saat kuliah, seorang dosen manajemen sumber daya manusia, meminta
saya menulis tanda tangan di papan tulis. Semua anak sekelas, termasuk
dosen, ingin membaca diri saya lewat tanda tangan saya. Lantas apa kata
sang dosen?
Dosen saya berkata : kamu ini punya rasa tidak percaya diri yang akut.
Ucapan dosen saya mengundang tawa anak-anak sekelas.
Kata mereka : Ngga mungkin orang kaya Achi gak pede.
Ya, anak-anak di kelas benar. Saya orang paling 'gila' di kelas. Suka telat tanpa rasa malu, suka ngem-Ci di kampus, doyan baca puisi di depan umum, pandai presentasi kala itu. Masa, sih, saya pemalu?
Tapi saya membenarkan ucapan sang dosen. Sangat membenarkan. Sejak kecil saya sudah kehilangan rasa percaya diri saya. Gigi saya yang rusak karena pengaruh antibiotika yang diminum mama saya sejak saya di kandungan dan bayi, kemudian penyakit sinusitis yang selalu membuat saya ingusan. Lalu mata saya yang jereng dan minus, serta kulit saya yang hitam. Dan keluarga saya yang berasal dari keluarga pas-pasan. Rasa tidak PD itu semakin menggila saat saya masuk SMP. Tapi saya selalu menutupinya dengan bercanda, tertawa, namun gagal. Saya seringkali sendirian, akhirnya menumpahkan rasa tidak PD itu lewat gambar dan tulisan.
Saya pernah dijauhi karena saya 'miskin' gak punya duit buat ke mall. Saya dikucilkan karena ingusan terus, pernah dihina-hina karena mata jereng. Saya terus berusaha menutupinya dengan tertawa, berusaha meraih prestasi. Tapi ternyata, saya selalu kalah lomba. Tak ada prestasi kemenangan lomba yang berhasil saya ukir. Kecuali menjadi juara 2 lomba pidato karang taruna nasional dari 2 peserta, lomba menyanyi se-RT dan yang agak bergengsi jadi juara 1 lomba membuat komik di majalah Annida.
Maka di balik sikap saya yang sok pede, sok hebat, sok kece dan lain lainnya, sebenarnya saya sedang menyembunyikan rasa tidak PD itu. Stress, kesal dengan tubuh sendiri, apalagi setelah SMA saya jadi bongsor dan gemuk, tambah tidak pedelah saya. Saya pun mencari prestasi lain : menjadi penulis hebat. Fokus menuju cita-cita itu membuat saya melupakan hal-hal yang membuat saya tidak PD.
Menghebat-hebatkan diri sendiri meski belum hebat. Sampai detik ini, kadang-kadang saya suka gak PD lagi sama badan saya. Kambuh istilahnya. Saya benci lihat mata jereng saya, saya benci lihat tubuh saya, saya benci lihat wajah saya, saya benci lihat hidung bengkok saya, saya benci lihat gigi saya yang jelek dan sering disangka orang sebagai perokok atau pecandu
Namun mulai detik ini, saya mau membuang sisa-sisa kebencian itu. Saya harus bersyukur dan menerima diri saya apa adanya. Terlebih setelah saya berteman dengan Ramaditya Adikara dia tidak jereng, lebih parah dari itu... dia tuna netra. Lalu kemarin di Subang saya bertemu Chrysanova Dewi yang secara fisik tidak sempurna tapi semangat mereka berdua sungguh luar biasa. Saya seperti ditampar oleh Chrysanova, di tengah ketidaksempurnaan fisik dia tetap percaya diri menulis, membuat kue, bergaul... dan mungkin masih banyak orang-orang yang tak seberuntung kita. Seperti Putri Herlina misalnya yang kemarin sempat jadi Hot Issiue di FB.
Sebelum menulis status panjang ini, saya bercermin. Memerhatikan bagian-bagian wajah yang saya benci. Lalu istigfar berkali-kali untuk kesekian kalinya. Beryukur adalah kunci utama menerima diri. Khususnya menerima kondisi tubuh diri sendiri. Masih banyak kelebihan lain yang Allah beri pada kita. Jadi janganlah fokus pada kekurangan fisik.
Ya, saya memang tidak seksi, tidak cantik, kulit kasar karena sering alergi, tidak putih, tak punya gigi rata dan bersih tapi saya tetap bisa berkarya. Tetap bisa beribadah...
Buat Pak Dosen, hari ini saya buang sisa tidak percaya diri di dalam diri saya. Tapi soal tanda tangan ngga bisa saya rubah. Sudah masuk KTP, Rekening Bank dan tentu saja, saya penulis yang kelak TTD saya dicari banyak pembaca hmm....
Dosen saya berkata : kamu ini punya rasa tidak percaya diri yang akut.
Ucapan dosen saya mengundang tawa anak-anak sekelas.
Kata mereka : Ngga mungkin orang kaya Achi gak pede.
Ya, anak-anak di kelas benar. Saya orang paling 'gila' di kelas. Suka telat tanpa rasa malu, suka ngem-Ci di kampus, doyan baca puisi di depan umum, pandai presentasi kala itu. Masa, sih, saya pemalu?
Tapi saya membenarkan ucapan sang dosen. Sangat membenarkan. Sejak kecil saya sudah kehilangan rasa percaya diri saya. Gigi saya yang rusak karena pengaruh antibiotika yang diminum mama saya sejak saya di kandungan dan bayi, kemudian penyakit sinusitis yang selalu membuat saya ingusan. Lalu mata saya yang jereng dan minus, serta kulit saya yang hitam. Dan keluarga saya yang berasal dari keluarga pas-pasan. Rasa tidak PD itu semakin menggila saat saya masuk SMP. Tapi saya selalu menutupinya dengan bercanda, tertawa, namun gagal. Saya seringkali sendirian, akhirnya menumpahkan rasa tidak PD itu lewat gambar dan tulisan.
Saya pernah dijauhi karena saya 'miskin' gak punya duit buat ke mall. Saya dikucilkan karena ingusan terus, pernah dihina-hina karena mata jereng. Saya terus berusaha menutupinya dengan tertawa, berusaha meraih prestasi. Tapi ternyata, saya selalu kalah lomba. Tak ada prestasi kemenangan lomba yang berhasil saya ukir. Kecuali menjadi juara 2 lomba pidato karang taruna nasional dari 2 peserta, lomba menyanyi se-RT dan yang agak bergengsi jadi juara 1 lomba membuat komik di majalah Annida.
Maka di balik sikap saya yang sok pede, sok hebat, sok kece dan lain lainnya, sebenarnya saya sedang menyembunyikan rasa tidak PD itu. Stress, kesal dengan tubuh sendiri, apalagi setelah SMA saya jadi bongsor dan gemuk, tambah tidak pedelah saya. Saya pun mencari prestasi lain : menjadi penulis hebat. Fokus menuju cita-cita itu membuat saya melupakan hal-hal yang membuat saya tidak PD.
Menghebat-hebatkan diri sendiri meski belum hebat. Sampai detik ini, kadang-kadang saya suka gak PD lagi sama badan saya. Kambuh istilahnya. Saya benci lihat mata jereng saya, saya benci lihat tubuh saya, saya benci lihat wajah saya, saya benci lihat hidung bengkok saya, saya benci lihat gigi saya yang jelek dan sering disangka orang sebagai perokok atau pecandu
Namun mulai detik ini, saya mau membuang sisa-sisa kebencian itu. Saya harus bersyukur dan menerima diri saya apa adanya. Terlebih setelah saya berteman dengan Ramaditya Adikara dia tidak jereng, lebih parah dari itu... dia tuna netra. Lalu kemarin di Subang saya bertemu Chrysanova Dewi yang secara fisik tidak sempurna tapi semangat mereka berdua sungguh luar biasa. Saya seperti ditampar oleh Chrysanova, di tengah ketidaksempurnaan fisik dia tetap percaya diri menulis, membuat kue, bergaul... dan mungkin masih banyak orang-orang yang tak seberuntung kita. Seperti Putri Herlina misalnya yang kemarin sempat jadi Hot Issiue di FB.
Sebelum menulis status panjang ini, saya bercermin. Memerhatikan bagian-bagian wajah yang saya benci. Lalu istigfar berkali-kali untuk kesekian kalinya. Beryukur adalah kunci utama menerima diri. Khususnya menerima kondisi tubuh diri sendiri. Masih banyak kelebihan lain yang Allah beri pada kita. Jadi janganlah fokus pada kekurangan fisik.
Ya, saya memang tidak seksi, tidak cantik, kulit kasar karena sering alergi, tidak putih, tak punya gigi rata dan bersih tapi saya tetap bisa berkarya. Tetap bisa beribadah...
Buat Pak Dosen, hari ini saya buang sisa tidak percaya diri di dalam diri saya. Tapi soal tanda tangan ngga bisa saya rubah. Sudah masuk KTP, Rekening Bank dan tentu saja, saya penulis yang kelak TTD saya dicari banyak pembaca hmm....
Sebelum Saya Menerima... Ada Kejadian Yang Membuat Saya Merenung
Entah mulainya darimana, saya merasa menjadi penulis perempuan itu harus cantik dan berwajah kinclong supaya karya-karyanya laku. Entah saya dapat pemikiran darimana. Mungkin setelah seringkali saya melihat penulis-penulis perempuan berparas cantik, fashionable, bertubuh kurus, berwajah tirus, jilbab modis dan muka kinclong. Ya... saya tahu banyak sekali krim-krim wajah di luar sana yang bisa membuat wajah saya bisa kinclong dalam sekejap, obat dokter pun bertaburan. Sebenarnya saya bisa seperti mereka. Tapi saya ingin cantik alami.
Maka sekali lagi untuk kesekian kalinya saya memandang cermin dan melihat tubuh saya yang mekar pasca melahirkan dan sedang menyusui. Susah sekali turun berat badan ini. Sedihnya... 2 minggu lagi saya launching novel HATI KEDUA bersama teman duet saya Ramaditya Adikara menulis novel MATA KEDUA. Saya tahu launching itu akan jadi salah satu launching besar dalam novel-novel saya. Akan diliput banyak media dan sekonyong-konyong saya ingin kurus. Baiklah... ini gara-gara propaganda media yang menyebutkan bahwa cantik haruslah kurus, menyebalkan bukan? Karena tahu saya tak mungkin jadi kurus dalam waktu 2 minggu, maka saya memilih ingin wajah saya cantik. Saya trauma dengan krim-krim instan, krim korealah, krim kesehatanlah atau krim dokterlah... saya ingin menemukan ramuan cantik alami.
Maka saya mencoba beberapa herbal. Saya sibuk mencoba herbal ini dan itu, beberapa hari tak menemukan perubahan, saya mulai mencari pencuci muka baru. Mengganti merk sabun muka, dan walhasil saya malah jerawatan! Stress bukan main karena acara launching semakin dekat. Saya pun semakin ingin terobsesi cantik. Pikiran tolol saya, bila saya tampil cantik maka novel saya akan best seller. Toh Andrea Hirata saja tak pernah menjadi cantik tapi novelnya bisa go internasional.
Jerawat yang bermunculan itu membuat saya panik, lalu saya coba obat herbal jenis lain. Beberapa cara tradisional termasuk terapi air oksigen, eh, saya malah masuk angin. Ya ampun... bermula dari masuk angin itulah saya kemudian demam. Benar-benar demam dan kena flu berat.
Saat demam, saya tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan untuk menyusui pun saya kelelahan. Karena hati-hati mengkonsumsi obat saat menyusui, saya pun minum obat herbal yang proses penyembuhannya lama sekali. Minum parasetamol pun yang takarannya rendah. Alhasil saya sehari sembuh, besoknya kambuh. Saya merasa kalah dan terkapar di tempat tidur. Saat itu yang ada di pikiran saya adalah : bagaimana saya bisa sembuh? Bagaimana saya bisa tampil maksimal saat launching kalau saya sakit begini? Maka sekonyong-konyong pikiran soal wajah saya terlupakan. Saya mengabaikan si jerawat kecil-kecil yang mulai nakal tumbuh karena efek ganti pembersih muka dan tidak cocok di muka saya. Saya ngga peduli sama jerawat itu, saya mendadak lebih peduli sama kesehatan saya.
Maka sehari sebelum hari_H saya merenung. Ya Allah, apakah ini teguran darimu? Hamba terobsesi ingin cantik sampai tidak khusuk saat shalat, sampai mengurangi jatah membaca Al-Quran untuk perawatan wajah, sampai susah tidur karena pikiran selalu kepada : bagaimana jadi cantik dan cantik? Engkau menegur hamba Ya Allah... Engkau ingin hamba sadar bahwa kecantikan di dunia hanyalah sementara. Kecantikan tak lebih penting dari kesehatan!
Ya! Kamu masih bisa launching dan bekerja bila kamu sehat! Sedangkan secantik apa pun dirimu, selangsing apa pun tubuhmu jika kamu sakit dan terkapar di tempat tidur tak ada gunanya bukan? Maka malam itu aku menangis, memohon kepada Allah agar mengampuni dosaku. Sungguh obsesi cantik membuat aku terlena. Lupa bahwa banyak hal yang lebih penting dari sekedar cantik. Kecantikan fisik adalah obsesi dunia semata.
Esok paginya, dengan badan yang masih sakit dan letih aku memberanikan diri untuk tetap berangkat ke acara launching. Aku tak mau mengecewakan mas Rama, tak mau mengecewakan penerbit, tak mau mengecewakan pembaca yang sudah hadir untuk bisa berjumpa denganku. Sungguh... meski dengan suara yang parau dan napas yang agak tersengal, aku akhirnya bisa hadir di atas panggung launching. Sharing soal suka duka membuat Hati Kedua. Bahkan aku tetap membacakan surat cinta Rara kepada Rama dengan mengerahkan seluruh kekuatanku. Setelah launching selesai, rasanya semua urat sendiku mau putus *agak lebay ini hehehe* Tapi kelelahan itu berganti dengan kepuasan. Launchingnya sukses besar dan Insya Allah, novelnya pun akan jadi novel Best Seller Nasional! Aamiin....
Untungnya selama launching dan sesi foto plus TTD, ngga ada satu pembaca pun yang komen : mbak achi kok jerawatan? Kalau ada yang komen gitu mungkin udah aku lipet-lipet dijadiin perahu kertas... hehehe *canda ding.
Kesimpulannya : Jika tubuh SEHAT maka kita pun akan CANTIK!
Belum baca HATI KEDUA? MATA KEDUA?
Ini dia penampakan buku kembar tersebut.
Belum punya novelnya? Segera aja ke Gramedia. Satunya Rp. 69.000,- kalau beli dua ya Rp.69.000 dikali dua hehehe. Kalau mau paket murah meriah bisa langsung inbox ke 085643376193 : pesan Mata Kedua dan Hati Kedua, hanya 100 ribu saja (belum ongkir).
Penasaran mau mengenal jauh soal novel kembar ini? Silakan klik http://matahatikedua.com/
Ada Lomba menulis juga dari penerbitnya lho, berhadiah total 20 juta! Nih klik penerbitnya di :
http://andipublisher.com/sub-16-lomba-menulis-cerita.html
Suka sama postingan ini? Silakan share ya, siapa tahu bermanfaat :)
Boleh tinggalkan jejak komen, siapa tahu menjalin silahturahim baru.
Salam
Achi TM
halo mba achi.. wah tulisannya inspiratif. iya ya mba, yang penting kita harus selalu bersyukur, masih diberi kesehatan, bisa beribadah, dll.. ohya , sukses buat launching novelnya ya mba. salam kenal.. ^_^
ReplyDeleteHalo mba Ofi salam kenal :) alhamdulillah jika menginspirasi. Iya, kesehatan adalah nomor satu yang lainnya akan mengekor. Makasih, semoga mau membeli novelnya juga :) dijamin jedeer! heheh
DeleteMak Achie...duuh perjuangan ingin cantik yang luar biasa berbuah hikmah ya... Jika tubuh SEHAT maka kita pun akan CANTIK!
ReplyDeleteSetujuu. beberapa hari ini saya kurang sehat jadinya malah gak produktif...sehat itu cantik ! btw pengin baca novelnya.
Semoga mbak Ida kembali sehat dan diberi kekuatan oleh Allah untuk kembali produktif. Ayo mbak dibaca novel Mata Kedua dan Hati Keduanya :) Insya Allah memotivasi.
DeleteAduh Mbk bacanya bikin hati kebat-kebtit tapi suka deh, sukses ya Mbk.
ReplyDeleteMakasih mba Naqiyyah :) sukses juga buat mbaaa
DeleteAss.
ReplyDeleteMba, apa hana bisa menjadi seperti Mba? Jujur, hana juga punya banyak kekurangan, kulit hitam + pendek + hidung pesek + tomboy, orang-orang kenalnya hana cerewet dan biang masalah, sempat dijulukin hantu juga, dimana-mana ada hana. Padahal yang sebenarnya, hana melakukan itu untuk menutupi semua masalah yang hana hadapi agar tidak membebani orang lain (WAH JADI CURHAT…he..3x…)
Apa hana bisa menjadi seperti Mba? Kekurangan tidak menghalangi Mba untuk maju, keajaiban apa yang Mba dapatkan hingga bisa menerima semuanya?
Maaf sudah mengganggu…
Halo Hana, coba baca buku saya judulnya NO MORE GALAU :) kayaknya di toko online masih ada, hixbukunya udah susah dicari sih. Btw Hana kuncinya adalah percaya diri, bahwa Allah sudah menciptakan semua manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Kita syukuri apa yang kita punya :) Hana masih SMA-kah? Kayaknya keajaiban yang aku rasakan adalah : aku diberi sahabat yang cantik yang mengajarkan aku bagaimana caranya jadi super PD, tapii... ternyata pada akhirnya aku yang harus mencari cara sendiri supaya tetap pede yaitu dengan cara mengukir prestasi sebanyak-banyaknya. Hana pasti bisa! Pasti! Cari dan gali potensi diri kamu :)
DeleteMba. Ceritanya bikin menggugah hati saya, saya masih belum bisa menerima diri saya sepenuhnya karena fisiku yang tidak gemuk, jerawatan apalagi banyak bekasnya, jelek, giginya bolong.tapi dalam proses untuk mencapai sepenuhnya. Its not easy
ReplyDeletekamu cantik, kok :) pertama kita bersyukur dulu dengan apa yang kita miliki. Punya badan kurus, alhamdulillah ngga perlus susah payah diet hehehe... gigi bolong, rapihin ke dokter gigi, jerawatan, perbaiki di dokter kulit. Pelan2 kita berubah, Insya Allah semakin bersyukur ^^
DeleteAssalamualaikum mb achi saya rani dari jogja, keren mb achi ada event ke jogja enggak mb?? sekalian mnta ttd hehehe salam kenal ya mba achiii...
ReplyDelete