Yakin Anakmu Baik-Baik Saja?
Saat anak pertama usia 1 tahun, saya rajin ikut kegiatan parenting. Bukan hanya seminar tapi juga workshop parenting untuk guru guru paud meski saat itu saya belum jadi guru paud. Semua atas dorongan mama saya, katanya supaya saya paham mendidik anak. Saya jalani berbagai seminar dan workshop Alhamdulillah banyak ilmu yang saya dapat untuk membesarkan anak saya.
Anak pertama saya, Abiy Alhamdulillah anak yang mudah dididik. Bisa diajak main mainan edukatif, mampu main puzzle ukuran kecil usia 3 tahun, mampu main catur lawan orang dewasa usia 4 tahun, bisa diatur, bisa dinasehati, bisa diajak diskusi pokoknya lempeeeng.
Waktu punya anak kedua, Arkan, saya sedang sibuk sibuknya jadi narasumber seminar menulis di berbagai tempat. Waktu dia masih menyusui, saya bawa dia kemana mana karena dia tidak mau susu formula. Tapi ketika ada event event pelatihan/penjurian yang mengharuskan saya menginap selama 3 hari bahkan sampai 6 hari, akhirnya saya tinggalkan Arkan. Saat Arkan usia 3 tahun, hampir sebulan sekali saya tinggalkan dia untuk menginap di hotel. Sampai kemudian saya mendapati anak saya main game dan nonton YouTube terus menerus sampai lebih dari 8 jam.
Saya tahu ini kesalahan saya, saya pun mulai mengatur jam dia main game dan mulai berusaha mengajarkan dia mainan edukatif seperti yang dulu saya ajarkan ke abangnya. Tapi dia sama sekali tidak paham cara bermain mainan edukatif, tidak bisa menyusun puzzle bahkan ngga ngerti memasang Lego ukuran besar. Saya mulai stress dan kesal karena dia ngga seperti abangnya. Sempat khawatir kalau dia teernyata anak bodoh ðŸ˜ðŸ˜ Dia tantrum terus menerus.
Jurus menenangkan tantrum ala abangnya sudah saya lakukan yaitu abaikan saja, keinginannya ngga usah dipenuhi kemudian alihkan dengan kegiatan lain. Mengatur Abiy ya semudah itu, paling 10 menit selesai. Tapi tantrumnya Arkan bisa sampai 2 jam dan semua barang dibanting sama dia. Ngamuk luar biasa, kalau abangnya dipeluk sudah tenang, dia dipeluk tambah meradang.
Masalah hape mudah dikendalikan, tidak perlu kaish dia hp. Beres tapi yang terjadi dia gampang marah, uring2an, tantrum, semua kegiatan edukatif di rumah yang saya berikan tak bisa dia lakukan. Bahkan dia tidak suka saya bacakan buku. Lagi lagi saya membandingkan dengan abangnya.
Ada apa dengan anak kedua saya? Kalau dari yang saya pelajari, ada yang salah dengan perkembangannya. Seharusnya umur 3 tahun dia sudah bisa menyusun puzzle sederhan, bisa menyusun Lego/balok. Akhirnya saya memutuskan untuk tes sidik jari demi mengetahui seperti apa anak saya (meski banyak yang meragukan metode ini) tapi saya terbantu.
Anak saya ternyata tipe anak kinestetik. Kebutuhan nya adalah berlari dengan kaki, bermain dengan tangan, banyak berbicara dengan mulutnya. Psikolognya berkata, kalau mau dia konsentrasi bermain, ajak dia ke taman. Habiskan energinya dulu. Lalu saya terapkan. Setiap hari ke taman, tapi bukan energi dia yang habis melainkan energi saya.
Pulang dari taman, hatinya Arkan riang, masih sanggup dia bermain lagi. Main air, main lari larian dekat rumah dan sebagainya. Malam harinya baru dia agak redup, mulailah saya ajak main mainan edukatif, saya bacakan buku, pelan pelan. Amazing dia mau dan bisa.
Saya senang, setiap hari begitu. Setelah energinya dihabiskan sepanjang pagi sampai sore, malamnya dia memperlihatkan hal hal amazing buat saya. Ternyata dia cerdas. Tapi dia masih tantrum. Kemudian saya ke psikolog kedua, penjelasan nya sama. Anak saya kinestetik, kebutuhan geraknya tinggi tinggal difasilitasi dan berlatih membuat kesepakatan dengannya supaya dia tidak tantrum.
Saya lakukan semua nasehatnya. Karena psikolog kedua susah ditemui (beda kota) akhirnya saya ketemu psikolog ketiga. Kurang lebih sama penilaian mereka, psikolog ketiga ini banyak support saya dan memberikan saya masukan.
3 tahun terakhir yang lumayan melelahkan buat saya. Karena saya harus punya stok seribu sabar hehee. Yang paling berat adalah menurunkan waktu bermain hp/menontonnya. Dari yang 8 jam sehari sekarang hanya 40 menit sehari. Saya tidak pakai metode games Sabtu Minggu karena buat saya susah saya jaga ritmenya.
Saya tidak masukkan Arkan ke PAUD sampai 3 bulan yang lalu ketika usianya 6,5 tahun. Perkembangan Arkan selama belajar dengan saya juga pesat, sudah bisa konsentrasi main Lego (bikin rancang bangun), bisa menggambar, menggunting, menulis sendiri, menari, bernyanyi, berhitung cepat, bahkan dia sekarang bisa bikin animasi (yang dulu saya berpikir Arkan tak mungkin bisa melakukan nya) oh iya dia gampang belajar berenang karena anak kinestetik, di kolam pun ga bisa diam. Main cemplung aja. Makanya suka was was kalau dia berenang sendirian.
Saya tidak susah2 mengajarinya. Cukup bawa dia ke taman, biarkan dia bermain. Atau kita jalan jalan ke Playground, atau main kemah2an, pokonya habiskan energi dia. Saya pernah memberikan 1 buku latihan anak paud dan dia kerjakan dalam waktu 30 menit saja, semuanya benar. Setelah itu dia bosan dan merengek mau pergi ke suatu tempat.
Pada masanya ketika dia puas main main, 3 bulan yang lalu dia minta sekolah ke paud. Saya fasilitasi.
Ayah bunda, kalau menemukan hal hal janggal seputar perkembangan anak bunda segera teliti apa yang salah. Yang pertama harus dilakukan adalah tarik ponsel dari tangannya. Meski dia hanya mendengar video klip atau lagu lagu saja di hapenya, tapi kalau dilakukan terlalu lama justru menghambat perkembangan nya. Ada 6 aspek perkembangan anak dan semua ada waktu waktunya. Kalau anak tidak berkembang saat waktu yang ditentukan, jangan termakan ucapan orang : setiap anak berbeda perkembangan nya.
Ya memang tiap anak berbeda perkembangan nya, tapi ada batas waktu maksimal yang harus diperhatikan. Apakah anak saya baik baik saja? Normalkah? Turunkan ego bunda, tepiskan rasa malu dan gengsi. Pergilah ke psikolog. Tidak mahal kok, akan lebih mahal rasanya kalau kita telat memfasilitasi tumbuh kembang anak kita. Apalagi langsung menitipkan anak ke sekolah TK tanpa mendampingi proses tumbuh kembangnya.
Setiap anak berbeda dan istimewa'
Saat anak pertama usia 1 tahun, saya rajin ikut kegiatan parenting. Bukan hanya seminar tapi juga workshop parenting untuk guru guru paud meski saat itu saya belum jadi guru paud. Semua atas dorongan mama saya, katanya supaya saya paham mendidik anak. Saya jalani berbagai seminar dan workshop Alhamdulillah banyak ilmu yang saya dapat untuk membesarkan anak saya.
Anak pertama saya, Abiy Alhamdulillah anak yang mudah dididik. Bisa diajak main mainan edukatif, mampu main puzzle ukuran kecil usia 3 tahun, mampu main catur lawan orang dewasa usia 4 tahun, bisa diatur, bisa dinasehati, bisa diajak diskusi pokoknya lempeeeng.
Waktu punya anak kedua, Arkan, saya sedang sibuk sibuknya jadi narasumber seminar menulis di berbagai tempat. Waktu dia masih menyusui, saya bawa dia kemana mana karena dia tidak mau susu formula. Tapi ketika ada event event pelatihan/penjurian yang mengharuskan saya menginap selama 3 hari bahkan sampai 6 hari, akhirnya saya tinggalkan Arkan. Saat Arkan usia 3 tahun, hampir sebulan sekali saya tinggalkan dia untuk menginap di hotel. Sampai kemudian saya mendapati anak saya main game dan nonton YouTube terus menerus sampai lebih dari 8 jam.
Saya tahu ini kesalahan saya, saya pun mulai mengatur jam dia main game dan mulai berusaha mengajarkan dia mainan edukatif seperti yang dulu saya ajarkan ke abangnya. Tapi dia sama sekali tidak paham cara bermain mainan edukatif, tidak bisa menyusun puzzle bahkan ngga ngerti memasang Lego ukuran besar. Saya mulai stress dan kesal karena dia ngga seperti abangnya. Sempat khawatir kalau dia teernyata anak bodoh ðŸ˜ðŸ˜ Dia tantrum terus menerus.
Jurus menenangkan tantrum ala abangnya sudah saya lakukan yaitu abaikan saja, keinginannya ngga usah dipenuhi kemudian alihkan dengan kegiatan lain. Mengatur Abiy ya semudah itu, paling 10 menit selesai. Tapi tantrumnya Arkan bisa sampai 2 jam dan semua barang dibanting sama dia. Ngamuk luar biasa, kalau abangnya dipeluk sudah tenang, dia dipeluk tambah meradang.
Masalah hape mudah dikendalikan, tidak perlu kaish dia hp. Beres tapi yang terjadi dia gampang marah, uring2an, tantrum, semua kegiatan edukatif di rumah yang saya berikan tak bisa dia lakukan. Bahkan dia tidak suka saya bacakan buku. Lagi lagi saya membandingkan dengan abangnya.
Ada apa dengan anak kedua saya? Kalau dari yang saya pelajari, ada yang salah dengan perkembangannya. Seharusnya umur 3 tahun dia sudah bisa menyusun puzzle sederhan, bisa menyusun Lego/balok. Akhirnya saya memutuskan untuk tes sidik jari demi mengetahui seperti apa anak saya (meski banyak yang meragukan metode ini) tapi saya terbantu.
Anak saya ternyata tipe anak kinestetik. Kebutuhan nya adalah berlari dengan kaki, bermain dengan tangan, banyak berbicara dengan mulutnya. Psikolognya berkata, kalau mau dia konsentrasi bermain, ajak dia ke taman. Habiskan energinya dulu. Lalu saya terapkan. Setiap hari ke taman, tapi bukan energi dia yang habis melainkan energi saya.
Pulang dari taman, hatinya Arkan riang, masih sanggup dia bermain lagi. Main air, main lari larian dekat rumah dan sebagainya. Malam harinya baru dia agak redup, mulailah saya ajak main mainan edukatif, saya bacakan buku, pelan pelan. Amazing dia mau dan bisa.
Saya senang, setiap hari begitu. Setelah energinya dihabiskan sepanjang pagi sampai sore, malamnya dia memperlihatkan hal hal amazing buat saya. Ternyata dia cerdas. Tapi dia masih tantrum. Kemudian saya ke psikolog kedua, penjelasan nya sama. Anak saya kinestetik, kebutuhan geraknya tinggi tinggal difasilitasi dan berlatih membuat kesepakatan dengannya supaya dia tidak tantrum.
Saya lakukan semua nasehatnya. Karena psikolog kedua susah ditemui (beda kota) akhirnya saya ketemu psikolog ketiga. Kurang lebih sama penilaian mereka, psikolog ketiga ini banyak support saya dan memberikan saya masukan.
3 tahun terakhir yang lumayan melelahkan buat saya. Karena saya harus punya stok seribu sabar hehee. Yang paling berat adalah menurunkan waktu bermain hp/menontonnya. Dari yang 8 jam sehari sekarang hanya 40 menit sehari. Saya tidak pakai metode games Sabtu Minggu karena buat saya susah saya jaga ritmenya.
Saya tidak masukkan Arkan ke PAUD sampai 3 bulan yang lalu ketika usianya 6,5 tahun. Perkembangan Arkan selama belajar dengan saya juga pesat, sudah bisa konsentrasi main Lego (bikin rancang bangun), bisa menggambar, menggunting, menulis sendiri, menari, bernyanyi, berhitung cepat, bahkan dia sekarang bisa bikin animasi (yang dulu saya berpikir Arkan tak mungkin bisa melakukan nya) oh iya dia gampang belajar berenang karena anak kinestetik, di kolam pun ga bisa diam. Main cemplung aja. Makanya suka was was kalau dia berenang sendirian.
Saya tidak susah2 mengajarinya. Cukup bawa dia ke taman, biarkan dia bermain. Atau kita jalan jalan ke Playground, atau main kemah2an, pokonya habiskan energi dia. Saya pernah memberikan 1 buku latihan anak paud dan dia kerjakan dalam waktu 30 menit saja, semuanya benar. Setelah itu dia bosan dan merengek mau pergi ke suatu tempat.
Pada masanya ketika dia puas main main, 3 bulan yang lalu dia minta sekolah ke paud. Saya fasilitasi.
Ayah bunda, kalau menemukan hal hal janggal seputar perkembangan anak bunda segera teliti apa yang salah. Yang pertama harus dilakukan adalah tarik ponsel dari tangannya. Meski dia hanya mendengar video klip atau lagu lagu saja di hapenya, tapi kalau dilakukan terlalu lama justru menghambat perkembangan nya. Ada 6 aspek perkembangan anak dan semua ada waktu waktunya. Kalau anak tidak berkembang saat waktu yang ditentukan, jangan termakan ucapan orang : setiap anak berbeda perkembangan nya.
Ya memang tiap anak berbeda perkembangan nya, tapi ada batas waktu maksimal yang harus diperhatikan. Apakah anak saya baik baik saja? Normalkah? Turunkan ego bunda, tepiskan rasa malu dan gengsi. Pergilah ke psikolog. Tidak mahal kok, akan lebih mahal rasanya kalau kita telat memfasilitasi tumbuh kembang anak kita. Apalagi langsung menitipkan anak ke sekolah TK tanpa mendampingi proses tumbuh kembangnya.
Setiap anak berbeda dan istimewa'
ulasannya sangat menarik sekali pak
ReplyDeletethx pak ulasannya
ReplyDelete