Saya tahu setiap pemikiran perempuan itu berbeda. Tapi saya mau sharing pemikiran saya saja :) saya dibesarkan oleh mama yang sempat bekerja jadi guru sampai saya kelas 4 SD. Setelah adik kedua saya lahir, mama saya jadi full mother di rumah. Memang, sih, mengurus 6 orang anak bukan perkara mudah *ini kusadari setelah jadi mama* jadi aku bisa maklum kenapa dulu mamaku suka marah sama aku, suka ngomel, banyak aturan dan lain sebagainya. Ayahku hanya PNS, guru di STM 12, skrang SMK 56 Jakarta. Selama hidupnya, seperti PNS kebanyakan, ayah mau kerja banting tulang apa saja selepas mengajar-dengan cara jujur. Mulai dari jualan nata de koko (aku kerja di sini jadi pengemas dan dikasih upah sama ortu), jualan koran (aku kerja jadi loper koran umur 9 thn), jualan air mineral (SMP aku angkat2 galon dan ngedorong pake gerobak ke pembeli), jualan ikan, ternak cacing, jualan parfum, tas, sampai kemudian beliau jadi konsultan pendidikan dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Bahkan alm pernah jadi asisten menteri di awal 2000-an, 4 thn sebelum akhir hayatnya beliau jadi konsultan untuk INS Kayu Tanam.
Ya, jadi cerita ayah terus hehehe*kangen sih*
Intinya, aku dibesarkan dengan kehidupan yang pas-pasan aja. Sederhana. Itu mengapa yang membuat aku pernah bercita-cita jadi orang kaya raya dan punya segalanya. Tapi setelah menikah dan punya anak sepertinya cukup jadi kaya saja tidak perlu raya-raya atau punya segalanya.
Sejak SMA aku sudah berniat ingin jadi penulis. Waktu kuliah sempat juga pengen jadi wanita karir, kerja kantoran, melejit dan punya banyak relasi. Tapi niat itu tak didukung oleh Allah. Akhirnya aku kembali pada niatku semula : Aku ingin jadi PENULIS dan Ibu Rumah Tangga, buka usaha di rumah saja.
Well itu niatku. Tapi barusan baca thread di sebuah forum, kebanyakan perempuan yang komentar justru merasa terkekang apabila tidak bisa kerja di luar rumah. Ada pula beberapa orang yang dibesarkan dari keluarga yang ibu bapaknya kerja, rumah tangga harmonis aja menurutnya tapi menomorduakan soal agama. Ada juga yang anak-anaknya ternyata lebih dekat sama baby sitter. Tapi ada juga pandangan yang mengatakan : kalau kerja di rumah tapi ibu ngga bener-bener ngasuh anak ya sama aja bohong (ini betul). Apa pun itu pandangan mereka...
Aku ingin sekali -kita sebagai perempuan- merubah mind set berpikir kita, bahwa kerja di rumah adalah aib. Bahwa kerja di luar adalah sesuatu yang keren. Apa pun itu, kerja di rumah atau di luar tetap harus menjadikan anak dan suami sebagai prioritas utama. Kalau kerja di rumah juga mengabaikan suami dan anak ya sama juga bohong (merenung sendiri).
Kerja di luar juga bukanlah aib. Ada banyak faktor yang menuntut seorang istri harus kerja di luar. Setiap keluarga punya alasan beda-beda. Apa pun itu, semoga niat kita tetap diluruskan oleh Allah. Sambil terus berdoa, semoga niat kita kerja di luar pun karena Allah ta'ala, bukan hanya karena mau keren-kerenan semata apalagi bila penghasilan yang kita punya hanya digunakan buat mempercantik penampilan semata, berlebih-lebihan supaya bisa dianggap high class.
*hanya renungan malam*
Ya, jadi cerita ayah terus hehehe*kangen sih*
Intinya, aku dibesarkan dengan kehidupan yang pas-pasan aja. Sederhana. Itu mengapa yang membuat aku pernah bercita-cita jadi orang kaya raya dan punya segalanya. Tapi setelah menikah dan punya anak sepertinya cukup jadi kaya saja tidak perlu raya-raya atau punya segalanya.
Sejak SMA aku sudah berniat ingin jadi penulis. Waktu kuliah sempat juga pengen jadi wanita karir, kerja kantoran, melejit dan punya banyak relasi. Tapi niat itu tak didukung oleh Allah. Akhirnya aku kembali pada niatku semula : Aku ingin jadi PENULIS dan Ibu Rumah Tangga, buka usaha di rumah saja.
Well itu niatku. Tapi barusan baca thread di sebuah forum, kebanyakan perempuan yang komentar justru merasa terkekang apabila tidak bisa kerja di luar rumah. Ada pula beberapa orang yang dibesarkan dari keluarga yang ibu bapaknya kerja, rumah tangga harmonis aja menurutnya tapi menomorduakan soal agama. Ada juga yang anak-anaknya ternyata lebih dekat sama baby sitter. Tapi ada juga pandangan yang mengatakan : kalau kerja di rumah tapi ibu ngga bener-bener ngasuh anak ya sama aja bohong (ini betul). Apa pun itu pandangan mereka...
Aku ingin sekali -kita sebagai perempuan- merubah mind set berpikir kita, bahwa kerja di rumah adalah aib. Bahwa kerja di luar adalah sesuatu yang keren. Apa pun itu, kerja di rumah atau di luar tetap harus menjadikan anak dan suami sebagai prioritas utama. Kalau kerja di rumah juga mengabaikan suami dan anak ya sama juga bohong (merenung sendiri).
Kerja di luar juga bukanlah aib. Ada banyak faktor yang menuntut seorang istri harus kerja di luar. Setiap keluarga punya alasan beda-beda. Apa pun itu, semoga niat kita tetap diluruskan oleh Allah. Sambil terus berdoa, semoga niat kita kerja di luar pun karena Allah ta'ala, bukan hanya karena mau keren-kerenan semata apalagi bila penghasilan yang kita punya hanya digunakan buat mempercantik penampilan semata, berlebih-lebihan supaya bisa dianggap high class.
*hanya renungan malam*
No comments:
Post a Comment