Catatan Homeschooling 2 : SUDAH SETAHUN HOMESCHOOLING, INI GAYA SAYA.

Monday, August 5, 2019

Saya memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anak kembali alias Homeschooling tepat 1 tahun yang lalu. Tak terasa ya, satu tahun penuh dengan segala cerita naik turun hehehe. Memutuskan untuk HS itu tidak mudah, galaunya saja bertahun-tahun. Setelah mantap HS pun masih sering diterpa oleh kebimbangan, belum lagi kalau teman bertanya kenapa HS? Terus komentari : sayang banget anaknya berhenti sekolah. Atau orang tua dan mertua yang masih sesekali meminta anak-anak buat sekolah. Tapi apa pun itu saya dapat jawaban dari seorang psikolog.

Kalau ditanya kenapa HS? Jawab saja karena ini pilihan cara belajar saya dan anak-anak.

Sudah, tak perlu dijelaskan karena begini begitu. Dijelaskan seperti apa pun kalau orang tidak menerima konsep HS pasti akan menentang dan hanya akan mencari debat. Saya menghindari perdebatan. Intinya sekolah itu bagus, HS itu bagus. Metode mana yang tepat untuk diterapkan pada keluarga dan anak-anak itu adalah pilihan setiap keluarga. Karena setiap keluarga punya metode mendidik yang berbeda-beda. Saya tidak mau jelek-jelekin orang yang sekolah karena saya tahu, ada anak-anak yang memang cocok dengan konsep sekolah.

Sayang sekali, sejauh ini anak-anak saya belum menemukan sekolah yang cocok dengan karakter mereka. Ya, sebelum HS saya konsultasi ke 3 psikolog dan menemukan karakter-karakter anak saya yang tersembunyi. Yang sebenarnya saya tahu tapi saya baru NGEH setelah diselepet sama psikolog wkwkwkw.

Ada pertanyaan yang nonjok banget dari salah satu psikolog saya : emang kamu HS-in anak buat apa?

Saya jawab : Ya buat mengembangkan bakat anak-anak saya.
Psikolog : Misalkan anak-anakmu bakatnya main piano, kamu asah terus main piano dia sampai dia jadi masternya master piano, terus apa? Gimana kalau 20 tahun lagi ternyata pemain piano ngga diperlukan? Gimana kalau ternyata 20 tahun lagi, penulis, pemusik, tukang masak dll digantikan sama robot atau mesin?

Makjleb banget saya bingung jawabnya. Diskusi-diskusi selama beberapa hari sampailah saya pada sebuah kesimpulan bahwa mendidik anak sesungguhnya adalah membuat anak mampu Akil Baligh dengan sempurna. Anak mempunyai daya juang, ngga baperan, bisa bermasyarakat dengan baik, mandiri, bisa mengelola emosi dll. Nah sikap-sikap begitu yang harus diutamakan. Dengan anak punya daya juang, dia akan berjuang untuk beribadah, belajar, memperbaiki diri dll.

Jadi fokus saya HS selama setahun ini saya tidak membuat jadwal macam-macam. Untuk Abiy (11th) saya masukkan dia ke PKBM, karena tuntutan ortu dan mertua tetap mau dia punya legalitas. Belajar di PKBM online yang hanya seminggu 3 kali @2 jam. Ujian tengah semester ada, ujian akhir semester juga ada.

Selain urusan belajar di PKBM, saya ngga menuntut Abiy belajar keras. Dia lagi suka bikin game sederhana (coding) dan animasi setahun ini, ya, saya biarkan saja dia kembangkan kesukaannya sambil setiap hari melahap buku-buku. Konsentrasi saya adalah di daya juang dia dan adiknya. Abiy jadi bisa masak sendiri, kalau lapar dan mamanya tidak sempat masak, dia masak telur sendiri. Setahun ini inisiatif dia meningkat, rumah berantakan dia rapihkan, ada yang tidak beres dia bereskan, Abiy juga hanya ikut kursus badminton dan tahsin. Tidak ada jadwal khusus yang membuat saya sebagai ibunya pusing wkwkwkw. Makanya ini HS yang santai buat saya.

Karena saya tidak memindahkan sekolah ke rumah tapi menciptakan kebahagiaan belajar di rumah.
Abiy tetap main game dan nonton youtube dengan syarat : harus mandi sebelum jam 8 pagi, sebelum jam 1 siang harus setor resensi buku yang dia baca. Ya saya mewajibkan dia menulis resensi pendek setiap hari dan menerjemahkan 3 kata bahasa inggris dari kamus Inggris-inggris, bukan kamus Indonesia-Inggris. Sejauh ini baru itu saja tugas pribadi dari saya. Tugas-tugas PKBM dikerjakan menjelang UTS dan UAS saja.

Begitu juga dengan adiknya, Arkan. Kalau dia mau sesuatu dia harus berjuang. Misal dia mau mainan A, harga 50 ribu. Saya iyakan dengan syarat kamu harus kumpulkan 20 bintang dari mama, satu bintang harganya 2500. Bintang bisa didapat setelah dia mengerjakan Logico (search aja ya di google apa itu logico wkwkwk). Dia yang kinestetik mau dong mengerjakan logico yang mengharuskan konsentrasi. Wuih awalnya susah bikin dia konsen, 5 bulan pertama treatmentnya adalah diikutkan kelas lego. Karena Arkan ini kinestetik banget. Sampai kemudian bulan 6 HS barulah ketahuan dia suka menggambar dan JAGO meniru gambar. Masya Allah. Jadilah saya fasiitasi dia kertas berim rim dan spidol banyak-banyak.

Awalnya susah membuat syarat-syarat ini karena kita sebagai orang tua harus konsisten dengan ucapan kita dan harus TEGA melihat anak menangis, kecewa, sedih ketika dia tidak bisa memenuhi syarat dari kita. Karena hidup itu kan memang berjuang wkwkwkw. Arkan ini karena kinestetik dan masih 6 tahun, masih suka tantrum awalnya. Saat main game hanya dibatasi 50 menit sehari dia ngamuk-ngamuk, wah butuh 2 bulan buat konsisten dengerin dia ngamuk sampai akhirnya ya... saat kita bilang waktu habis. Semua langsung nutup ponsel/laptop dan berhenti main game.

Duh banyak banget yang mau diceritakan soal HS ini. Perjalanan 1 tahun kayaknya ngga cukup hanya dijabarkan di satu post wkwkw. Tapi saya malas ngisi blogspot sih. Ini aja maksain pengen nulis nulis biar ngga lupa huhuhu.

Dari hasil finger print, Arkan ini ternyata mudah sekali meniru dan kinestetikm jadi kalau mau mengajarkan dia suatu hal, buat energinya habis dulu (kata salah satu psikolognya). Akhirnya ya kami lebih sering jalan-jalan hampir setiap hari minimal ke taman-taman kota Tangerang, thanks pak Walikota udah bikin banyak taman di Tangerang. Memfasilitasi Arkan. Sehari 1-2 jam buat main-main sampai capek, lalu main lagi di rumah, main pasirlah, minta diajarin masak telurlah, minta masak donatlah, pokoknya dia harus capek. Malamnya baru bacain Arkan buku.

Arkan ini kalau dibacain buku selalu kabur-kaburan, ngga kayak abangnya, jadi saya harus sabar habisin energi dia. Alhamdulillah dengan metode habiskan energi dia di pagi-sore, maka malam harinya dia bisa konsentrasi buat dengerin buku meskipun yaa awalnya dia bosan. Lambat laun, dia ngga bisa tidur kalau belum dibacakan buku. Membacakan buku membuat dia penasaran sama huruf, dan dia pun mulai menanyakan huruf huruf namanya. Saya hanya menuliskan nama ARKAN di atas kertas dan dia meniru hanya dengan sekali goresan, saya saja melongo melihatnya.

Padahal ABC-Z dia belum hapal wkwkw cuma modal meniru. Nah modal inilah yang saya nikmati, dia beljar banyak dari jalan-jalan. Belajar huruf, angka, warna dari jalan-jalan. Belajar mneghitung duit dari uang ampao lebaran dan semalam saya syok saat dia mengerjakan soal penambahan dan pengurangan matematik dengan cepat dan jawabannya BENAR. Wkwkwkw... jadi 2 tahun lalu saya membeli buku tambah2an dan pengurangan tapi Arkan ga tertarik sama sekali. Tiba-tiba sekarang dia tertarik sama hitung-hitungan. WOWWW.... terima kasih ampao lebaran.

Jadi semakin percayalah saya bahwa setiap anak sudah ada fitrah belajarnya masing-masing. Fitrah belajar baca-tulis dan matematika Arkan muncul saat usianya 6,5 tahun. Kalau di TK sudah TK B itu, wkwkwkw... tapi saya tidak mengajarkan. Saya hanya menyediakan fasilitas, seperti Logico itu permainan logika dan dasar menulis membaca adalah bermain logika bukan? Thanks Logico (bukan ngiklan karena ngga jualan hahahaha)

Intinya, saya mencoba memahami karakter belajar anak-anak saya. kalau Abiy lebih konsentrasi belajar dalam ketenangan dan kenyamanan, dia tipe anak rumahan. Beda sama Arkan yang hobinya main keluyuran di komplek dan pengen selalu main ke taman karena butuh menghabiskan energinya. Pernah berminggu-minggu Arkan setiap hari hanya menari ratoe jaroe dari meniru gerakan Asean Games dan saya biarin aja, sih. Asal dia capek wakakakaka.... dan dia belajar hal-hal lain dalam setiap kegiatannya.

Sekarang dia bilang mau belajar baca Al-Qur'an wah saya sambut dong langsung deh ajakin hapalan, belajar Iqro. Sejak 2 tahun lalu saya coba ajarin dia tapi dia kabur-kaburan terus, ya sudah saya hanya memberikan contoh nikmatnya baca Al-Qur'an. Lama-lama dia merasa itu nikmat dan kepengen belajar. Kalau soal shalat, dia peniru ulung, jadi rajinlah ke masjid meski banyakan mainnya. Toh belum 7 tahun. Tapi beberapa bulan lalu, abangnya sudah mulai mengajarkan dia berwudhu dan gerakan shalat dengan benar, beberapa kali juga saya melhat mereka shalat berjamaah. Duh... emak santai beud deh. Karena Abang Abiy sudah bisa mengajarkan adik.

Abang Abiy juga yang mengajarkan adik bikin telur dadar enak, ngajarin adik main badminton, ngajarin adik shalat, ngajarin adik bikin animasi wkwkwkw... asyiknya :D

Ya, baru segini perjalanan HS saya. Masih panjaaang euy. Saya termasuk mama yang susah bikin worksheet  atau program program apalah. Kalau ada buku aktifitas yang bisa dibeli ya beli. Karena pekerjaan menulis saja sudah menyita waktu dan tenaga, belum lagi kegiatan menjadi narasumber di sana sini, kegiatan bikin proposal dll. Alhamdulillah sih semua bisa dilakukan di rumah, kalau lagi jadi narasumber di beberapa tempat ya saya ajak anak-anak, karena mereka juga HS. Pekerjaan suami juga menulis naskah, jadi fleksibel deh kemana-mana. Alhamdulillah setelah 4 tahun menolak HS, suami tahun kemarin akhirnya juga mantap buat HS-in anak-anak.

Satu hal yang saya rasakan luar biasanya HS. Saya dan suami juga dituntut buat belajar, dituntut untuk menjadi lebih baik lagi, belajar parenting lagi lebih giat, belajar sabar, dan yang terpenting adalah belajar menciptakan suasana BAHAGIA di rumah. Kalau nanti Abiy SMP/SMA mau HS jugakah?

Wah itu belum tahu... tergantung Abiy-nya dan perkembangan dia selanjutnya bagaimana. Kalau ada sekolah yang cocok buat karakternya dengan harga terjangkau ya bolehlah. Kebanyakan sekolah bagus sedikit kan biaya masuknya aja 30 juta wkwkwkw....

Ternyata nulis 1 blog ini 30 menit. Seharusnya saya bisa lebih rajin ngeblog, nanti kalau ada momen momen lain yang saya ingat, saya akan share. Terima kasih sudah baca blog saya ^^ 

1 comment:

  1. Suka selalu sama gaya tulisan mba Achie. Ditunggu selalu juga ya tulisan berikutnya di blog mba Achie. Doakan juga biar saya bisa belajar denganmu ya mba

    ReplyDelete

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati