Jika Ingin Tetap Sehat : Kembalilah Jadi 'Anak-anak'

Monday, January 19, 2015

Anda sedang tidak sehat? Maksud saya lebih tepatnya kondisi kesehatan jiwa Anda sedang terganggu? Seperti stress... uring-uringan... tertekan dan lain sebagainya. Baca dulu ini... mungkin Anda butuh bermain dengan anak-anak supaya jadi 'anak-anak' kembali.


Dunia anak-anak adalah imajinasi.
Seharusnya saya menyadari itu sejak dulu, tapi saya baru menyadarinya setelah saya membaca novel MOMO. Novel ini adalah novel lama karangan Michael Ende yang diterbitkan tahun 1973 kemudian diterbitkan di Indonesia tahun 2005-an. Dulu, seorang kawan baik mengirimkan novel ini pada tahun 2006. Katanya bagus dan bermanfaat. Saat saya baca, kok, ceritanya ngga asyik dan membosankan banget, ya? Akhirnya saya abaikan buku itu sampai bertahun-tahun. Ya jelas ngga asik, karena tahun 2006 bacaan saya masih seputar komik dan teenlit-teenlit. 


Bertahun-tahun kemudian, tepatnya 3 hari yang lalu saya membaca kembali novel ini dan duaarr... kok bagus ya? Jiaah telat deh gue. Iya soalnya setelah 9 tahun lamanya, akhirnya otak saya lebih pinter buat melahap novel yang sarat pesan moral dan dongeng ini. Diceritakan bahwa Momo adalah seorang anak yatim piatu yang pandai mendengarkan. Sementara dunia di sekelilingnya sedang terancam bahaya si Tuan Kelabu alias Para Pencuri Waktu. Nah, singkat cerita... Para Pencuri Waktu ini membuat orang-orang menjadi sangat sibuk seolah takut kehilangan waktu. Orang-orang dewasa yang dulu ramah, saling menolong dan peduli pada anak-anak kini menjadi cemberut, kerja terus, cari uang terus dan tidak peduli dengan anak-anak. Tak ada waktu buat anak-anak. 

Ini adalah potret kehidupan sebenarnya, bukan hanya berlaku pada tahun 1973 tapi juga berlaku hingga jaman sekarang. Gilanya, jaman sekarang sudah ada gadget sehingga anak-anak semakin kehilangan waktu bersama orang tuanya. Orang tua kasih anak-anak gadget supaya diam dan mengisi waktu mereka. Akhirnya anak-anak lupa caranya bermain. JLEB!

Padahal dalam buku Roots & Wings karya Raksha Bharadia, anak-anak butuh bermain untuk meluaskan imajinasi mereka. Anak-anak butuh berpikir dan merenung agar mereka bisa tumbuh dengan maksimal. Menemukan motivasi untuk melakukan sesuatu. Bermain berarti berimajinasi. Sayangnya... orang tua masa kini punya semacam penyakit : anakkuharusikutsemuakursus.... ya semacam wabah mematikan buat anak-anak yang memaksa para anak-anak mengikuti kemauan orang tua. Anak-anak diminta untuk ikut kursus nari, gambar, lukis, robot, bahasa inggris dan lain sebagainya bahkan di usia mereka yang belum genap delapan tahun!

Oh Well... aku ngga munafik. Aku pun terkena wabah ini. Sempat sewot-sewotan sama suami saat aku mau memasukkan Abiy (si sulung 6thn) untuk masuk SDIT atau sekolah swasta lainnya. Papanya ngga mau dengan alasan, terlalu lama sekolahnya. Ada sekolah alam di Tangerang, terlalu jauh sekolahnya nanti dia capek di jalan. Oke... lalu masuklah Abiy ke SD Negeri di dekat rumah. Berbagai masalah ditemui mulai dari dibully, gurunya ngga respek dll dll. Hmm... ini nanti aku ceritakan di tulisan lainnya. Setelah semua masalah selesai dan Abiy menikmati sekolah. Aku uring-uringan. Abiy terlalu banyak main! Terlalu banyak nganggur!

Tuh lihat anak-anak tetangga, ikut kursus A B C D... baru umur 8 tahun udah sederet prestasi dan piala. Aku pun memanggil guru privat gambar. Hanya 2 minggu pertama saja Abiy merasa senang... selanjutnya? Ya ampuuun dia selalu punya cara untuk mengelak. Akhirnya berhentilah privat gambarnya. Abiy lalu mau kudaftarkan kursus bahasa inggris, papanya menolak : masih kecil katanya... dia pulang sekolah aja udah capek. Terus aku masukkan ke TPA. Kalau ini papanya ngga nolak karena berkaitan dengan pengembangan agama dan taekwondo.

Dua kegiatan di luar sekolah itu saja sudah membuat Abiy capek. Kadang-kadang suka lupa ikut taekwondo dan suka ketiduran sampai sore supaya ngga ikut TPA. Yaa awalnya sih sebal. Tapi saat membaca berita tentang anak umur 6 tahun yang masuk RSJ aku kok jadi kasihaan ya sama Abiy. Mulai tertampar. Kemudian Abiy pun lebih banyak aku beri kebebasan : Oke... main mainlah kamu sepuasnya nak.



Dan dia punya kegiatan baru yaitu nangkap ikan cere di got. Bahkan beberapa kali pernah kecebur got ngga kapok. Dia juga hobi muterin komplek sendirian dengan sepeda. Mengikuti topeng monyet keliling sampai tuh monyet mentas delapan kali hingga akhirnya dia dapat kenalan baru! Jadi lebih sering shalat di masjid meski pulang ke rumah selalu bawa kue... ternyata o ternyata di masjid suka ada pembagian kue. Sisanya ya dia habiskan di rumah. 

Coba tebak apa yang Abiy lakukan di rumah? Main game di komputer atau HP. Aku makin merasa bersalah. Duh, anakku kok di depan gadget terus? Sempat beberapa hari kayak orang kecanduan, kalau dilarang nangisnya ngamuk-ngamuk. Tapi bagaimana pun aku harus tegas. Gadget harus dibatasi. Maka mulailah aku membelikan Abiy buku supaya dia mau memperlancar bacaannya. Awal masuk sekolah bacanya masih ngeja!

Sekarang dia jadi suka baca, semua buku anak yang semasa balita aku bacakan, dia baca sendiri. Dan Abiy jadi lebih sering main dengan adiknya, mengobrak abrik kamar. Lalu aku khawatir lagi... duh ini anak kok jadi suka ngegeratak ya? Meskipun pada akhirnya mau diajak bertanggung jawab buat beberes tapi tetap aja beberesnya dia masih berantakan. Mamanya juga turun tangan. Khawatir dan terus khawatir jadi ibu. 


Sampai akhirnya aku membaca Momo kemudian membaca Roots & Wings. Lalu aku menatap lemari biru tempat Abiy sering bersembunyi di sana. Setiap dia bersembunyi di lemari, pasti baju berterbangan di lantai. Aku mau kesal, mau marah tapi kok.... ingat lagi inti pesan novel Momo soal waktu... waktu orang tua untuk anak-anak. Lalu di Roots & Wings tentang pentingnya anak berimajinasi. Kemudian ingat masa kecilku... dulu aku pun sering begitu. Sembunyi di dalam lemari dan lemari mamaku pasti berantakan. Meski mamaku selalu marah menyuruhku untuk merapihkannya kembali. Aku pun selalu cerewet menyuruh Abiy merapihkannya kembali (ya berusaha supaya ngga dengan nada tinggi).

Sekarang aku sudah besar (besar banget malah) sampai lemari mungil mamaku dulu sudah ngga muat untuk sembunyi. Suatu hari... Abiy pun begitu. Abiy akan tumbuh besar, besar dan tinggi. Tak selamanya ia menjadi anak-anak. Tak selamanya ia bermain dan berimajinasi. Suatu saat ia akan menjadi dewasa dan menghadapi realita. 

Jadi... aku pun melepaskan semua beban dan kekhawatiran. Kamu sudah punya anak, Chi. Jadi sehatkan jiwamu dengan bermain bersama mereka ketimbang terus mengkhawatirkan mereka. Bermain. Itu kunci sehatnya. Dan nikmati permainanmu bersama anak-anakmu. Selami imajinasi dan khayalan mereka. Suatu hari nanti mereka akan dewasa dan menempuh dunia mereka sendiri. 

Lalu kubuang brosur kursus bahasa inggrisnya. Untuk saat ini sepertinya Abiy lebih butuh bahasa Ibu. Aku memeluk Abiy dan Arkan sambil menghela napas panjaaaang sekali. Perjalanan sebagai orang tua akan sangat-sangaaat panjaaang... dan tulisan tentang perjalanan anak-anak tak hanya sampai di sini saja. 

Selama tiga hari ini aku jadi rutin main petak umpat sama Abiy. Meski aku tahu, walau 10 kali aku jaga, 10 kali pula Abiy selalu sembunyi di tempat yang sama. Lemari biru. 



Jadi, jika sekarang jiwamu sedang tertekan... ada baiknya bermain lagi dengan anak-anakmu. Gembira dan kepolosan mereka adalah obat tiada tara untuk hati yang sedang sedih karena honor macet. Uhuk. Imajinasi anak-anak tanpa batas, selamilah, lepaskan semua beban pikiran, ikut larut larut dalam permainan. Ingat waktu masih anak-anak? Stress paling besar cuma pelajaran matematika dan kurangnya uang jajan. Selebihnya? Hidup ini indah bukan? 

Achi TM
Scriptwriter, Novelis dan Founder Rumah Pena

Novel terbaru saya. Coming Soon : My Yellow Letter dan A Couple of Writer

2 comments:

  1. Saya ibu yg santai menghadapi anak. tak menuntut harus bisa ini itu dan wajib berprestasi. nilai harian 80-90 sudah cukup krn mereka masih sulit diminta belajar. demi belajar, terpaksa saya membuat kesepakatan belajar 1 jam = game online15 menit. main di luar (sepedaan 1 jam ditebus belajar 1 jam. terpaksa begitu daripada uring2an meminta mereka belajar. hehe...

    ReplyDelete
  2. Ini bener banget mbak, masa sekarang emang zamannya gadget dan semuanya dikursusin. :) Bayanginnya aja ribet banget.

    ReplyDelete

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati