Wednesday, September 21, 2022

 Sudah di fase tidak punya kata-kata lagi untuk diucapkan.

Ada banyak masalah yang kemudian aku simpan sendiri saja dan enggan membagi kepada siapa pun. Kepada teman atau media sosial. Tapi ternyata aku butuh sarana untuk berbagi kesedihan dan air mata. Anak-anakku sudah semakin besar. Mereka bisa memahami bahwa ibunya sedang terluka dan menangis. Tak bisa lagi dibohongi dengan kalimat : perut mama sedang sakit, mau PMS atau sekedar mata kelilipan. Mereka tahu mama menangis karena tersakiti. Mereka tahu air mata mama keluar setiap hari. 

Ingin mencurahkan isi hati tapi aku tahu setiap orang memiliki lukanya sendiri-sendiri. Aku pikir setelah semakin tua, aku bisa semakin kuat menghadapi hidup tapi nyatanya ada seseorang yang selalu membuat aku rapuh. Seorang teman pernah berkata : Jangan mengumbar kesulitanmu di media sosial, kau tidak tahu berapa banyak orang yang akan bersorak sorai atas penderitaanmu. 

Aku hanya menuliskannya di blog ini. Aku tak yakin blog ini dibaca oleh banyak orang. Aku hanya ingin mencurahkan sedikit kesedihanku. Aku merasa sedang sakit. First, aku memang sakit keras tahun kemarin. DBD dan komplikasi hipertensi membuatku nyaris kehilangan nyawa. Efeknya aku terkena pembengkakan jantung dan diminta minum obat hipertensi setiap hari untuk mengontrol agar jantungku tidak semakin bengkak. Setahun lewat 6 bulan sudah. Tapi lambat laun seseorang itu terbiasa dengan rasa sakitku, orang-orang tak lagi memberi perhatian ketika kukatakan : jantungku sakit. 

Itu mungkin sekedar terdengar sepertinya, hidungku gatal. 

Sehingga aku berhenti mengatakan jantungku sakit saat aku kesakitan dan badanku jadi sangat lemah karenanya. Balitaku terus memintaku bermain, meski kukatakan jantung mama sakit dan butuh istirahat, dia tak memahami hal itu. Ketakutan terbesarku adalah, aku kena serangan jantung dan tidak punya cukup waktu untuk memberitahu orang-orang bahwa aku sekarat. 

Tapi aku berharap, tulisanku sudah cukup banyak dan cukup untuk menjadi amal jariyahku di masa depan. Aku berharap demikian. 

Secara fisik aku sudah lelah. Secara mental pun aku sudah lelah. Aku ingin meminta dukungan orang-orang terdekatku tapi aku tahu, sebagian besar merek sedang punya masalah. Rasanya terlalu remeh jika aku menceritakan bahwa aku sakit, aku lelah, aku kehilangan semangat bekerja. Aku nyaris kehilangan motivasi untuk menulis lagi. Tapi aku berusaha untuk terus menulis meski tertatih mengerjakan naskah novelku. 

Aku sudah di posisi memberikan bimbingan dan support kepada murid-murid menulisku. Tapi aku sadar, tak ada lagi yang memberikan semangatku untuk menulis. Untuk sekedar mengatakan sudah halaman berapa sekarang? Kecuali editor yang 3 bulan sekali mengirimi pertanyaan : sudah selesaikah naskahnya? Tapi naskahnya belum selesai. Aku dihdang kembali dengan pekerjaan menulis skenario yang memang aku butuhkan untuk mencari nafkah bersama suamiku. Tapi percayalah aku sedang kehilangan semangat. 

Semangat itu aku dapatkan jika ada pembaca atau penonton yang memberikan komentar positif terhdap karya karyaku. Terima kasih, kalian memperpanjang napas kepenulisanku sekali lagi. Aku tidak akan berhenti dalam sekejap sampai nyawa ini benar-benar diambil oleh-Nya.

Tapi sungguh, aku ingin curhat sesekali. Ingin meluapkan rasa ini. Kesedihan ini. Ingin memberitahu dengan lantang bahwa aku ingin dicintai dengan layak. 

No comments:

Post a Comment

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati