40 Menit, Ponsel dan Senyum Mereka

Wednesday, July 4, 2012

Seperti biasa saya selalu bersemangat jika diundang teman untuk mengisi pelatihan menulis. Kali ini saya berkesempatan diundang ke Bogor oleh teman-teman dari FLP Bogor, senangnya bukan main. Karena saya pernah dididik di FLP Jakarta, pernah pula diasuh oleh para penulis senior di FLP, jadi rasanya tak mungkin saya menolak tawaran itu. Apalagi yang menawarkan adalah mantan guru saya di FLP DKI yaitu kang Bije atau Beni Jusuf. Beliau dulu salah satu senior yang intens mengajarkan saya menulis buku.

Jadilah tanggal 30 Juni kemarin saya bangun sebelum shubuh. Seperti biasa, mandi, siap-siap, lalu shalat shubuh. Saya membangunkan Abiy dan suami saya. Kami memang senang berangkat bareng-bareng kalau saya dipanggil isi materi pelatihan. Sudah komitmen saya untuk selalu membawa Abiy dalam setiap kesempatan dalam setiap pelatihan menulis saya. Dengan maksud menunjukkan pada Abiy bahwa inilah salah satu pekerjaan mamanya, menjadi trainer menulis.


                                            Begini, nih, gayanya Abiy sayangin mamanya

Karena mengurus Abiy agak lama, kami pun harus terlambat berangkat. Rencana berangkat jam 5 pagi jadi tertunda menjadi jam 6 pagi. Semoga masih keburu, pikirku. Aku sudah sering ke Bogor dengan melewati berbagai jalur kendaraan. Biasanya aku lewat Parung dan naik Bus Pusaka. Tapi terakhir kali aku naik Bus Pusaka aku harus dipanggang selama 4 jam di dalam bus yang sesak, ngetem dan jok bangkunya naik turun seperti naik bajaj. Daripada pinggangku sakit, apalagi aku habis keguguran, demi menjaga kesehatan rahim, aku memilih naik Bus dari pasar Rebo.

Memang harus naik Bus 2 kali, tapi waktu tempuhnya lebih cepat. Hanya sekitar 2 jam, paling lama juga 3 jam. Jadi dengan segala asumsi itu aku berpikir bisa sampai tepat waktu. Sayangnya ketika kita sudah sampai di Pasar Rebo, bus ke arah Bogor sudah melewati kami -dalam keadaan penuh sesak- mereka tak berhenti, mungkin karena sudah tak bisa menampung seorang pun. Suamiku menyabarkan, biasanya, kan, bus ke Bogor banyak. Jadi kami tenang-tenang saja. Kami berdiri di tengah kerumunan orang-orang yang menunggu Bus. Terik panas matahari, debu, tukang yang mondar-mandir jalan. Membuat wajahku jadi pucat dan pusing. Tak terasa kami sudah menunggu selama empat puluh menit!

Bagaimana ini? Setengah jam lagi acara dimulai apakah kami bisa sampai? Akhirnya aku memutuskan untuk naik taksi tapi suamiku mengingatkan budget ongkos kita ke sana minim sekali hari itu. Dengan berat hati kami terus menunggu. Di kejauhan bus dari Bogor datang dan berhenti, spontan aku berlari. Dan ternyata aku berlari bersama puluhan orang lainnya yang juga sama-sama mau naik bus Bogor ini! Duh biyung... kenapa sih hari itu bus ke Bogor menjadi sangat langka? Setelah desak-desakan, rebutan kursi, alhamdulillah bisa duduk. Anakku juga bisa dapat duduk dengan nyaman. Alhamdulillah penantian berbuah tempat duduk. Baru kena AC sedikit, kami langsung bablas tidur. Dilalah senang saat turun Bus, kami tiba-tiba panik karena  saat turun tas suamiku terbuka. Saat kami periksa, sejumlah uang dan HP suamiku lenyap. Lemas rasanya.

Apalagi sudah jam 9.30, sudah setengah jam lewat dari waktu yang ditentukan. Rasanya mau nangis dan pulang saja. Kami hanya punya uang 50 ribu di tangan. Sudah naik taksi saja, kata suamiku. Bismillah. Kami pun naik taksi tanpa tahu seberapa jauh jarak dari terminal baranangsiang ke IPB Dramaga, lokasi acara. Sepanjang jalan kami berdegup melihat argo yang terus melaju. Pas sampai di IPB Dramaga, argo menunjukkan ke angka 50 ribu, kami pun mencari masjid ternyata masuk ke dalamnya jauh sekali! Menghabiskan 6 ribu argo taksi!

Ya ampun... uangnya kurang. Kami rogoh-rogoh tas, alhamdulillah dapat recehan enam ribu. Uang terakhir kami. Setelah kami kasih tukang taksi, tiba-tiba tukang taksi memanggil suami saya dan mengatakan kalau uangnya jatuh 5 ribu perak. Ia memberikan 5 ribu rupiah utk suami saya. Saya dan suami bingung, mana mungkin ada uang lagi? Wong tadi di taksi kami cari dan rogoh sana sini sudah habis uangnya. Si sopir taksi baik juga ya pikir kami. Apalagi tadi di taksi dia tahu kalau kami kecopetan.

Sesampainya di masjid IPB ternyata acara dipindah ke aula *apa ya lupa namanya* saya hopeless, info acara pindah pun saya dapatkan setelah saya memutari masjid yang luas itu. Alhamdulillah ada seorang mahasiswa yang berbaik hati mau mengantarkan kami ke aula tersebut. Saat sampai di sana, sudah jam 10.30 lewat ya ampun, acara udah kelar kali ya. Untung kang bije menghandle acara dulu. Setelah ambil napas sejenak aku langsung maju ke depan, memperkenalkan diri, membuat games, menjelaskan soal bagaimana membuat konflik dengan rumus IDE yang aku godok sendiri. Kemudian mengajak mereka untuk berpikir dari berbagai sisi, berimajinasi dan menggali keunikan dari segala sesuatu di sekitar mereka.



Tak terasa, satu jam lewat telah berlalu, adzan Dzuhur berkumandang. Rencananya kami mau main ke rumah  Kang Bije sayang sekali beliau ternyata harus menghadiri acara lainnya :) mister busy hehehe. Tapi kami tidak kecewa, kami sudah puas ngobrol sebentar dan foto-foto di cafe IPB.



Setelah itu kembali menempuh perjalanan pulang pada pukul 1.30 naik angkot! Karena ternyata susah menemukan taksi di daerah situ. Ya ampun, naik angkot kami diajak berputar-putar. Jam 2.30 kami baru sampai di terminal baranangsiang. Naik Bus, dapat duduk dan harus nunggu bus ngetem sampai jam 3.15 sore. Jam 3.15 sore pun jalan, padat merayap hingga ngetem lagi di terminal rambutan. Sampai jam 4 lewat, kami baru bisa naik bus ke Tangerang. Menempuh perjalanan sampai jam 6. Maghrib kami harus naik angkot lagi, angkotnya pun ngetem... alhamdulillah menjelang jam 7 sudah sampai ke rumah. Whoaaa... 8 jam perjalanan bolak-baliiik...

Tapi semua rasa letih itu hilang saat aku mendapat senyuman manis dari anak-anak cerdas yang penuh semangat itu. Binar mata mereka yang sangat ingin bisa menulis. Celetukan mereka yang lucu. Bahkan di akhir acara aku diberikan buku oleh salah seorang peserta yang ternyata sudah menulis KKPK. Ah... jadi malu, waktu kecil aku belum nulis KKPK :D




4 comments:

  1. kayaknya si mbak ndak bakal ngelupain pengalaman ini walau sepuluh tahun mendatang.

    :)

    turut berduka atas hilangnya HP suami si mbak. :(

    ReplyDelete
  2. Mba kalau boleh tau taksi apa ya yang dipake apa bener baranangsiang-dramaga cuma 50rb?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya lupa, setau saya sih blue bird ya kalau ga lupa. Iya kalau naik taksi rutenya mah deket. Cuma pas pulangnya ngangkot itu muter muter banget.

      Delete

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati