Mr & Mrs.Writer #1 : Nikah Modal Cinta?

Thursday, October 8, 2015

Saya berencana mau menuliskan kisah perjalanan pernikahan saya. Mungkin bukan kisah romantis atau dramatis. Ini kisah biasa-biasa saja. Sama seperti kisah ratusan, ribuan, milyaran orang di dunia. Hanya saja, saya mau berbagi. Bagaimana saya dan suami saya menjalani kehidupan sebagai seorang freelancer. Kami berdua hidup dari menulis. Semoga menginspirasi.
...

Saya menikah umur 22 tahun, baru lulus D3, belum sempat lanjutin ke S1. Suami saya lulusan STM, asli Bantul, Jogjakarta. Sementara saya dibesarkan di Tangerang, kota penyangga Ibukota. Suami saya anak petani biasa, bahkan bisa dibilang kurang mampu. Saya anak seorang guru biasa, bisa dibilang juga hidup pas-pasan.



Waktu awal nikah saya ngga punya kendaraan sama sekali. Jangankan motor, sepeda pun kami ngga punya. Jadi ketika menikah, memang benar-benar modal niat. Penghasilan suami saya tahun 2007 saat itu hanya 1,1 juta. Kerja di pabrik yang jaraknya 25 km dari rumah orang tua saya. Ongkos, makan, dll sisa gaji yang diberi ke saya hanya 600 rbu. Untung dia tidak merokok dan untungnya saya masih numpang di rumah ortu.

Tapiii ternyata 600 ribu juga ngga cukup. Apalagi waktu hamil. Duh, bingung mau bawa masa depan ke mana. Kadang mikir, kok gue mau ya sama dia yang penghasilannya hanya 1,1 jt per bulan dan dia hanya lulusan STM. Yang kalau dipikir lagi dari kacamata orang awam : bakal madesu alias masa depan suram nih pernikahannya.

Alhamdulillah saya malah dapat job nulis skenario stripping untuk pertama kalinya. Nah! Janji Allah, nih! Kalau kita nikah pasti dicukupkan. Penghasilan saya nulis 1 script sama dengan uang gaji yang dia kasih ke saya. Dalam seminggu saya bisa menulis 3 naskah. Tepat saat saya hamil di bulan ke 3, saya kena flek. Harus bedrest tiduran. Waktu itu ngga punya laptop, hp juga belum layar warna.

Akhirnya suami mau bantu nulis. Saya mendiktekan cerita, dia ngetik di komputer pentium 1 punya alm. Ayah saya, dengan layar yang hanya separuh. Dia ngetik. Seminggu kemudian dia malah bisa bikin cerita sendiri dan mulai ketagihan.

Siapa yang nyangka dia bisa nulis naskah? Secara nulis puisi saja ngga bisa dan ngga pernah belajar nulis di mana-mana. Akhirnya dengan pemikiran matang, dia keluar kerja. Kami sepakat buat nulis bareng. Jadi freelancer bareng.

Meski ayah dan mama saya syok karena khawatir anaknya ngga punya kerjaan tetap. Soalnya meski gaji di pabrik kecil, tapi dia udah karyawan tetap.

Setelah kami berdua fokus nulis dan mulai menjalani kerja berdua di rumah. Tiba-tiba sinetron stripping yang kami garap diputus oleh stasiun TV. Jjejejejeejeng! Otomatis kerjaan kami berhenti. Lost job.

‪#‎bersambung‬ kapan kapan.

8 comments:

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati