Apa Bakat Anak Saya?

Wednesday, November 18, 2015

Ketika awal-awal punya anak dan melihat banyak anak-anak berprestasi di umurnya yang baru 5 tahun, 7 tahun, saya sempat terobsesi ingin membuat Abiy berprestasi di umur segitu. Ketika Abiy berumur 6 tahun, saya sempat memasukkan dia ke taekwondo, berharap dia bisa ikut turnamen-turnamen, lalu mengajari dia menulis dengan harapan dia mau nulis dan berprestasi di usia dini. Tapi melihat dia sepertinya tak nyaman dan tertekan, saya pun jadi mengurungkan niat.

Saya ngga mau ngotot. Apalagi ada keinginan juga mau memasukkan dia les musik, kali aja bisa jadi musisi muda. Di umur dia yang ke - 7 Abiy belum memperlihatkan bakat istimewa atau prestasi yang wah. Yang dia lakukan nyaris sepanjang hari hanyalah membaca-membaca dan membaca.



Sejak Abiy umur 1 tahun saya memang sudah investasi banyak buku bacaan anak-anak, tentu saja saya prioritaskan adalah buku anak-anak islami. Karena saya mau anak saya dekat dengan islam sejak kecil. Karena itu agama yang saya anut. Jumlah buku anak di rumah kami lebih dari 100 buku, mulai dari pict book sampai ensiklopedia. Di umurnya yang ke - 7 ini, dia udah nyentuh pict book lagi.

Kemarin waktu cacar 2 minggu nggak ke sekolah, yang dia lakukan hanya membaca dan main game yang saya batasi sehari 1 jam. Buku kisah-kisah Nabi dan Rasul dari berbagai versi penerbit serta ensiklopedia adalah buku favorit dia. Pagi baca buku, siang baca buku, sore, dan malam baca buku. Minimal ada 3 buku yang dia baca.

Akhirnya saya pasrah saja kalau anak saya belum menerbitkan bakat khusus, tapi kalau boleh ... saya ingin menyebut gila membacanya adalah bakat. Seperti ratusan anak-anak lain di luar sana yang juga gila baca sejak dini. Dari membaca itulah ia jadi tertarik dengan sains, dia jadi tertarik memperdalam agama Islam. Bahkan pada suatu ketika, saat saya bertengkar dengan suami, dia datang dan mengucapkan sebuat hadist dengan bahasa Indonesia, lengkap, tentang larangan marah. Kalau marah, duduklah.

Pada suatu malam ia merenung lalu berkata : Ma, kayaknya kasur kita terlalu empuk, deh. Rasulullah saja tidur di atas tikar. Tapi ketika saya dukung, ya udah besok kita beli tikar, eh dia bilang, sehari tidur di tikar sehari di kasur aja, Ma. Malam itu dia tidur di lantai beralas kasur palembang frown emotikon emaknya bingung kudu gimanaaa....

Lain hari dia bilang mau puasa daud tapi batal karena kalau jam makan siang di sekolah, dia ngga tahan lihat bekal menu temannya. Hehehe. Akhirnya minta puasa sabtu minggu aja, we will try ya dear.

Sekarang mudah saja kalau Abiy marah, ingatkan tentang Rasul. Kalau Abiy menghina makanan, ingatkan tentang Rasul, apa pun kejadiannya, kaitkan dengan Nabi dan Rasul maka ingatan dia akan melayang pada apa yang dia baca.

Jadi sekarang saya biarkan saja ia terus membaca, sambil terus menyediakan buku-buku terbaik. Saya percaya buku masihlah jadi gudang ilmu dan jendela dunia. Ada kalanya ia tetap bermain dengan teman sebayanya, tapi 80% waktu di rumah, dia habiskan untuk membaca buku.

Biarkan anak berkembang tanpa paksaan. Suatu hari nanti, saya yakin, dari kegiatan membaca dia akan lahir sesuatu yang luar biasa yang kelak akan membuat saya berdecak kagum. Karena membaca buku tak pernah sia-sia.

No comments:

Post a Comment

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati