Siapkah Kita Diberikan Sebuah Titipan?

Tuesday, July 31, 2012

Menjadi seorang penulis best seller bukanlah sebuah langkah mudah bagi seorang penulis. Dari sekian ratus penulis yang berlomba-lomba membuat buku, paling hanya lima sampai sepuluh persen yang bukunya best seller. Saya sendiri belum berani mengatakan bahwa saya penulis best seller toh memang belum ada buku saya yang sampai cetak ulang (kalau buku keroyokan seperti Love Asset) saya berani mengatakannya. Karena memang buku rame-rame dan kenyataannya sejauh ini penjualannya bagus.

Meski begitu, setidaknya penjualan buku saya rata-rata di atas 4000 eks dalam jangka 1-2 tahun. Nah ngomong-ngomong soal buku dan best seller, saya mau bahas sedikit soal alasan kenapa tahun ini saya sangat ngoyo membuat novel kembali. Fyi, novel remaja terakhir saya terbit tahun 2010, sedangkan novel anak terakhir saya terbit Februari tahun 2012 bersamaan dengan buku non fiksi kedua saya berjudul No More Galau - Dear Bunda Cuwiy.

Saya kembali giat menulis novel di akhir tahun 2011, saat itu saya seperti disadarkan oleh sebuah pengalaman pahit. Bahwa kebanyakan orang Indonesia masih menganggap penulis itu adalah orang yang punya buku. Padahal sejak tahun 2007, karya-karya skenario saya sudah wara-wiri di TV nasional dengan atau tanpa nama saya.

"Eh emang kamu penulis?" ini pertanyaan yang muncul karena secara tidak sengaja, nama FB saya : Achi TM Penulis tidak bisa lagi diganggu gugat. Sampai sekarang pun belum bisa diganti. Duh efbiih efbiih...
Biasanya kalau ada yang nanya seperti itu pasti saya jawab dengan sopan sambil bertanya dalam hati, kenapa juga lo nge-add gue kalo lo gak tahu gue siapa? *jiiih somboong... gak boleh tauuu...*

Ada lagi yang lebih parah... "Emang si Achi bisa nulis apa? Cuma nulis lucu-lucuan doang." Deziiig...
Oke oke... lebih banyak lagi sebenarnya cibiran, memandang sebelah mata bahkan ngga yakin kalau saya penulis karena karya-karya saya ngga nongol di tahun 2011! Nerbitin buku pun hanya setahun sekali. *nangis di pojokan.

Tak apalah... orang mencibir seperti apa, itu hak mereka. Dan mereka benar. Saya belum mahir dalam menulis. Kata-kata saya masih kacau. Tidak efektif membuat kalimat, ngga efisien bahkan saya perlu search di KBBI soal kata 'spekulasi' 'tendensi' 'indikasi' dan si si lainnya. Saya bukan orang cerdas, saya akui. Nilai Bahasa saya juga jelek. Saya lulus SMA jurusan IPA dan kuliah di Manajemen, ilmu nulis saya cuma seupriiit... terus ketika saya membuka kursus menulis untuk pemula orang-orang mulai bertanya : elo siapah?

Ya saya adalah saya....
Dan hal-hal seperti itu memacu saya untuk bisa menulis lebih baik. Hal itu saya syukuri. Tanpa adanya cibiran dan kritik pedas kadang kita tidak tahu bahwa kita berada dalam jalan yang salah. Saya membaca lebih banyak jenis buku, belajar menulis cerita serius dan di sela-sela saya menulis skenario, saya kembali menulis buku. Novel dan non fiksi. Subhanallah... ternyata saya bisa! Terima kasih buat yang sudah menguatkan saya.

Kembali kepada judul tulisan ini, soal siap atau tidak siap kita diberi titipan. Ketika sahabat semua sudah mulai belajar menulis, berguru ke berbagai padepokan menulis, sudah menguasai jurus-jurus jitu menulis tapi saat berhadapan dengan media dan penerbit, sahabat malah keok alias ditolak. Kira-kira apakah penyebabnya harus selalu karena tulisan kita jelek? Tidak. Bisa jadi karena menurut Allah ternyata kita belum siap buat dapat titipan berupa : dimuat di media, diterbitkan penerbit, atau jadi penulis best seller.

Kalau kita ingin punya mobil apakah Allah akan memberikan kita mobil begitu saja? Sedangkan kita tidak mengerti sama sekali bagaimana merawat mobil bahkan tidak bisa menyetir. Logikanya, kalau kita mau menitipkan laptop kita untuk dipakai orang lain pasti orang tersebut harus bisa menggunakan laptop bukan? Ngga mungkin, dong, kita ngasih laptop kita ke orang yang ternyata berpikir bahwa laptop adalah alat untuk mengulek cabe!

Jadi begitulah Allah menitipkan sesuatu sama kita. Dia, Yang Maha Tahu segalanya, melihat apakah kita sudah siap untuk dititipkan sesuatu? Buat yang ingin punya anak, sudahkah siap untuk merawat anak? Bagi yang ingin punya mobil (gue) sudahkah siap untuk bisa merawat mobil? Nah, yang paling paling paling tahu kesiapan kita adalah Allah! Jadi jangan sampai kita bilang kita siap berlari sementara kaki kita ternyata diikat dan kita tidak mengetahuinya.

Terus gimana sama anak-anak terlantar yang dibuat ibunya? Bukankah itu tandanya si ibu ngga siap? Mungkin si ibu ngga siap merawat sang anak, tapi dia siap buat melepaskan anak itu untuk orang lain yang lebih siap darinya. Allah, kan, Maha Tahu segalanya. Semua misteri kehidupan ada di tangannya kita ngga bisa mengklaim segala sesuatu dari kasat mata saja.

Kembali lagi soal menjadi penulis. Siapkah kita saat tulisan kita akhirnya dimuat di media nasional setelah 70 kali kegagalan? Seumpamanya si fulan sudah 70 kali mengirim tulisan dan ditolak, pada tulisan ke 71 ternyata tulisannya dimuat! Setelah itu, si fulan mendadak sombong, merasa sudah jadi penulis hebat sehingga ia mematikan kesempatan untuk berkembang karena kesombongan itu. Bagaimana kalau sebenarnya Allah mempersiapkan si fulan harus 99 kali gagal dulu baru yang ke 100-nya diterima, si fulan ternyata tidak sombong, malah ia semakin berkobar untuk berkarya lebih baik. Nah, dari ilustrasi di atas, kita ambil kesimpulan kalau apa yang menurut kita sudah maksimal dan sudah baik, belum tentu menurut Allah.

Boleh jadi kalau naskah kita dimuat sekarang, ternyata kita belum siap lihat honornya yang kecil terus mutung nulis. Atau kita ngga siap nama kita dipampang di majalah beken terus tiba-tiba punya fans cowok aneh dan terus meneror kita tiap malam. Boleh jadi kita tidak siap untuk setiap hari ditelpon redaksi majalah lain yang ngeliat cerpen kita dan minta dibikinin majalah serupa.

Bagaimana dengan jadi penulis best seller? Selama ini saya selalu yakin, boleh jadi, Allah tahu bahwa saya belum siap untuk terkenal. Efek pasti dari menjadi penulis best seller adalah kita akan lebih dikenal. Kita akan mendapatkan pujian sekaligus cacian. Jangan salah, buku-buku yang mega best seller pun belum tentu terlepas dari kritik. Nah... waktu dan segala kehidupan pahit di dalamnya sudah membuat saya sedikit kebal dengan segala 'penyakitan' hidup. Dicaci, diomongin, dicibir, dipatahkan semangatnya, ditinggalkan, dimanfaatin, kesepian, penyakit, penolakan, bisnis macet, keguguran, dan lain sebagainya saya terima setelah saya menulis buku NO MORE GALAU! Tuuuh... Allah ngasih saya bukti langsung, siap ngga saya nulis buku NO MORE GALAU, memberikan spirit ke setiap orang, sedangkan saya dibombardir sama banyak kejadian pahit yang harus bergulir sampai pada titik saya SIAP!

Saya SIAP Ya ALLAH... saya siap jadi orang yang KUAT, TEGAR, TANGGUH dan gak melow-melow. Cukup saya melow masmaslow sama Allah saja, sama orang-orang terdekat aja. Saya memasang pagar besi dan pagar kawat di sekeliling hati saya supaya saya bisa kuat. Pagar-pagar itu adalah Ayat-Ayat Abadi Allah. Al-Qur'an.

Maka, sekarang saya sedang mempersiapkan diri untuk kelahiran 2 novel saya yang saya yakin bisa BEST SELLER. Karena itu, supaya Allah titipkan best seller itu ke saya, saya harus siap. Belajar lebih baik, diet lebih banyak, rajin nge blog, ngetweet, nge-efbi... dan lain-lain.

Ya, kalau pun ngga best seller, mungkin persiapan saya kurang. Setidaknya saya bisa belajar apalagi yang harus saya siapkan. Sama seperti ketika saya akan mendaki sebuah gunung, di tengah jalan ternyata saya kehausan, setelah saya cek persiapan saya, ternyata saya kurang bawa air. Aaah... lain kali kalau naik gunung saya akan bawa air yang banyak.

Lalu kenapa semua itu disebut titipan? Karena hidup kita ini saja adalah sebuah titipan bukan? Pada waktunya nanti, kita semua akan kembali sama Allah. Semua hanyalah titipan termasuk titel penulis yang kita sandang. Karena pada akhirnya nanti, titel itu akan hilang, berganti dengan almarhum.

Salam
Achi TM

4 comments:

  1. ya, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, segalanya harus dimulai dari nol dan kesiapan kita. makasih ya mbak achi, movitasinya mantep banget *jempol

    ReplyDelete
  2. makasih Nela Fayza, semoga bener-bener bisa nampol di hati ya ;)

    ReplyDelete
  3. iya :)

    hm, izin ngobrak-ngabrik isi blognya ya, kayaknya memotivasi semua nih :)

    ReplyDelete
  4. Ayo monggo diobrak-abrik Nela ;) lebih asyik lagi kalau dishare juga ke teman-teman kamu.

    ReplyDelete

 
BLOGGER TEMPLATE BY Langit Amaravati